KONTAN Weekly Kunci Sukses Startup
oleh Jennie M. Xue
Startup sukses meroket dengan cepat. Pertumbuhan ratusan persen dalam beberapa bulan. Tiada waktu dan kapital terbuang percuma. Prinsip ramping alias lean startup dijalankan secara profesional dengan kesadaran akan setiap dampak dari keputusan bisnis yang diambil.
Strategi “fail fast or win big” dipakai oleh startup-startup di mancanegara. Bernard Schroeder, direktur Lavin Entrepreneurship Center membeberkannya dalam buku bisnis “Fail Fast or Win Big: The Startup-Plan for Starting Now.” Velositas bisnis sudah sangat berbeda dibandingkan dengan beberapa dekade lampau. Terkadang business plan dan pergerakan antisipasi tidak sejajar. Business plan sering kali terlalu “lambat” dan tidak mendetil dalam implementasi.
Kuncinya adalah selalu siap mengantisipasi hal-hal baru. Termasuk perubahan cepat dalam perilaku konsumen yang banyak dipengaruhi oleh Internet dan media sosial. Pendiri Facebook Mark Zuckerberg berkata, “Move fast and break things. Unless you are breaking stuff, you are not moving fast enough.”
Bergeraklah dengan cepat dan patahkan hal-hal lama. Tanpa “mematahkan” hal-hal lama (kadaluwarsa), Anda tidak cukup cepat bergerak.
Penggunaan business plan sendiri dimulai tahun 1960an ketika perusahaan-perusahaan TI mulai bermunculan dan mereka membutuhkan kucuran dana dari venture capitalist (modal ventura). Sejak itu, para pendiri startup di AS terbiasa dengan berpikir kritis ala business plan.
Bernard Schroeder berpendapat bahwa sesungguhnya model business plan sudah kadaluwarsa. Prediksi dan menunjukkan potensi-potensi suatu bisnis sesungguhnya baru merupakan “rencana,” belum realisasi.
Strategi “fail fast and win big” mempertanyakan fungsi business plan, mengingat berbagai keterbatasannya. Yang lebih penting dalam bisnis masa kini adalah kemampuan untuk “berimprovisasi” dengan apa yang dimiliki dan berbagai perubahan instan.
Business plan “memandu” apa yang diharapkan terjadi, sehingga ketika kegagalan terjadi perlu jeda cukup lama untuk “mencocokkannya” dengan prediksi. Filosofi business plan bahwa “jika tidak sesuai rencana, maka sebenarnya bisnis telah gagal” jelas tidak lagi relevan.
Bisnis yang “tidak sesuai dengan business plan” tidak gagal. Juga bukan sukses yang tertunda. Ini hanyalah situasi di mana berbagai variabel berubah sangat cepat. Seakan-akan startup “gagal,” padahal situasi ini hanya karena belum seirama dengan perubahan.
Dengan prinsip LeanModel Framework, mulailah bisnis dengan kapital minimal, tawarkan produk secepatnya dan dengarkan keinginan konsumen tanpa banyak pikir. Richard Bransn, pendiri Virgin Group, menyarankan hal yang sama. Kita tidak maju karena mengikuti hal-hal lama, namun belajar dari aksi saat itu dan ketika mengalami “kegagalan.”
Kemampuan mengikuti derap perubahan sangat krusial. Kodak dan Sony tampak tertatih-tatih dalam mengikuti irama perubahan dunia. Malah Kodak telah “menyerah” namun Sony masih mencari bentuk model bisnis yang lebih relevan dengan situasi terkini.
VC ternama Sequoia Capital di Silicon Valley, misalnya mengikuti perubahan zaman. Mereka tidak lagi memperhatikan apa yang ditulis dalam business plan, namun informasi kritikal yang menentukan tingkat keberhasilan dalam berbisnis. Presentasi bisnis malah hanya menggunakan PowerPoint yang berisi beberapa poin-poin penting. Brad Feld mengiyakan.
Ada “bahaya” dari LeanModel ini, yaitu “tiada panduan” ketika pasar belum siap dengan produk. Atau mungkin ketika perilaku pasar menunjukkan perbedaan minat akan tren-tren tertentu. Waktu dan sumber daya lebih baik digunakan untuk hal-hal produktif yang langsung menghasilkan profit, sekecil apapun.
LeanModel mengadalkan eksperimen-eksperimen alias tes-stes, bukan ide-ide yang dituliskan di atas kertas. Mencari dan membuat suatu ide “bisa menjual” itu bukanlah prestasi. Ketika business model mampu menghasilkan profit, barulah prestasi terbukti. Kuncinya adalah identifikasi kesempatan, operasional, sumber revenue, lead generation, dan pendanaan.
Improvisasi cepat dan tepat ketika menjalankan bisnis baru jauh lebih berharga daripada “rencana” dan “prediksi” belaka. Ingat untuk selalu mencatat setiap langkah yang diambil dan hasilnya, sehingga bisa dijadikan benchmark di masa depan.[]
KONTAN Weekly, 26 Januari – 1 Februari 2015