Download KONTAN Krisis dan Gerakan Occupy Wall Street in PDF
oleh Jennie S. Bev
Gerakan Occupy Wall Street (OWS) telah memasuki fase baru, setelah dua bulan berlangsung dan tersebar ke 1.500 kota di seluruh dunia. Aktivisme yang mengklaim tidak memiliki pemimpin resmi ini telah memperlihatkan "gigi"-nya, paling tidak dengan semakin beraninya para demonstran. Apa sebenarnya pemicu gerakan OWS ini terlepas dari beberapa "mitos" tentangkapitalisme yang salah kaprah, ke mana arah gerakan ini, apa yang sesungguhnya perlu dibenahi dan diperbaiki baik di ASmaupun di negara-negara lain, termasuk Indonesia?
Saat ini, AS mengalami tingkat pengangguran yang tinggi sebesar 10,1%, resesi double dip sedang terjadi, 49 juta orang kekurangan pangan, dan lebih dari 5 juta properti yang akan disita bank masih dalam proses antrean. Sudah 5 juta-6 juta properti disita sejak tahun 2007. Sedangkan populasi dengan kekayaan 1% teratas mengontrol 40% kekayaan keseluruhan dan mengeruk 60% dari penghasilan 90-an persen sisanya. Jelas terbaca ada masalah dalam distribusi kekayaan yang parah. Di Indonesia, angka mungkin berbeda, namun yang terasa di masyarakat bisa saja serupa, sehingga gerakan serupa dalam skala kecil sudah dimulai.
Di Oakland, awal bulan November ini, para demonstran Occupy Oakland telah berhasil menduduki pelabuhan Oakland Port dengan damai sehingga kegiatan pengiriman barang terhenti untuk beberapa jam. Juga terjadi beberapa insiden pemecahan jendela-jendela kaca pada beberapa bangunan bank dan toko grosir papan atas.
Pada tanggal 2 November lalu, saya berada di pusat kota ini, yang juga merupakan pusat dari gerakan OWS di California. Saat itu, suasana cukup mencekam dengan ratusan petugas polisi berseragam hitam-hitam mengawasi setiap belokan dan mengintai dari dalam bangunan, termasuk dari dalam Starbucks coffee shop yang saya kunjungi.
Di pantai timur yaitu New York City, terhitung pertengahan November ini, gerakan OWS juga semakin terencana dan keras. Rencana pendudukan beberapa titik pusat finansial utama di Wall Street dicium oleh para polisi dan walikota, sehingga terjadi penangkapan yang cukup kasar. Sampai saat ini belum terjadi korban jiwa, hanya luka-luka.
Pemicu OWS bisa ditelusuri dari bulan September 2008, ketika implosi (ledakan) utang kredit rumah subprima (subprimeloans) dengan derivatif-derivatifnya, telah meruntuhkan bank investasi Lehman Brothers dan American International Group (AIG). Ini bermula dengan dibukanya pemisah antara bank investasi dan bank retail dengan Gramm-Leach- Bliley Act 1999, agresivitas para binatang ekonomi di Wall Street kian menjadi.
Tentu saja deregulasi ini ada campur tangan langsung dari para bankir investasi. Ditambah dengan fakta yang dikemukakanoleh ekonom peraih Nobel Joseph Stiglitz bahwa mayoritas para legislator AS termasuk dalam yang memiliki 1% kekayaan tertinggi.
Tidak mengherankan jika banyak regulasi yang pro mereka. Ia juga mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pemegang1% kekayaan tertinggi adalah mereka yang berpenghasilan setahun lebih dari US$ 1,5 juta.
Upaya Pertolongan Gagal
Bagaimana skema paket-paket derivatif kumpulan suprime loans (collaterized debt obligations) tidak runtuh? Telah jutaan yang dilegitimasikan dengan perhitungan matematika super kompleks dijual 30-an kali di pasar modal, yang disebutdengan istilah "leveraging."
Dexia Bank di Belgia, misalnya, dikenal me-leverage sampai 60-70 kali. Sedangkan paket-paket investasi tersebut berisi surat utang-surat utang subprima yang sangat berisiko.
Kausalitas bukan hanya dari segi ekonomi, namun sangat tinggi segi sosialnya, termasuk kesehatan fisik dan mental, serta kesejahteraan dan perlindungan anak-anak. Ketidakstabilan ini membawa dampak terhadap budgeting dalam administrasinegara tingkat federal dan negara bagian, bahkan sampai ke tingkat kota. Termasuk ditutupnya sekolah-sekolah publik.
Resesi double dip ini mempunyai dampak langsung terhadap usaha-usaha pemulihan, termasuk pemulihan harga properti. Satu properti yang disita (foreclosure) di suatu lingkungan menurunkan nilai sekitar US$ 9.000, sehingga jika ada sepuluh properti di dekat properti kita, maka sudah mendekati US$100.000 turunnya nilai. Sedangkan di satu kota saja, dapat dijumpai ratusan bahkan ribuan properti disita.
Tidak mengherankan jika di Detroit, satu rumah dengan tiga atau empat kamar bisa dibeli dengan belasan ribu dollarsaja, atau bahkan kurang. Dan properti-properti yang disita tidak jarang yang memang sengaja diserahkan kembali kepadabank karena ekuitas negatif yang diprediksikan mustahil untuk kembali kehar ga tahun 2006 dalam 20 bahkan 30 tahunke muka.
Apakah foreclosure massal ini sematamata karena ketidakmampuan membayar cicilan lantaran underwriting prosesnya yang terlalu rileks? Utang subprima memang hanya mempersyaratkan surat pernyataan mampu membayar cicilan, tanpa investigasi mendalam tentang kemampuan membayar sesungguhnya.
Loan-to-value seringkali juga melampaui 100%, karena ekuitas positif atau capital gain sudah diasumsikan sebelum penandatanganan akta, sehingga pemegang piutang (debitur) tidak perlu mengeluarkan sepeser pun ketika transaksi ditutup di hadapan escrow (semacam notaris).
Kegagalan Barack Obama adalah kegagalannya dalam memperkirakan kekuatan para pelobi Wall Street. Berbagai usaha pertolongan baik dengan program Making Home Affordable yang memodifikasi utang (loan modification), sampai dengan membeli sekuritas- sekuritas bermasalah tersebut dengan US$ 1,25 triliun tidak memberikan hasil berarti. Krisis foreclosuremasih berlangsung hingga 2014.
Distribusi kekayaan yang tidak merata dan tidak fair (unfair wealth distribution), yang didukung dengan para legislator yang tunduk kepada para pelobi binatang ekonomi Wall Street ini melahirkan deregulasi yang menguntungkan mereka. Dan ini dilandaskan dengan konsep kapitalis ortodoks yang sudah kadaluwarsa.
Adam Smith, Milton Friedman, dan Alan Greenspan memegang konsep kapitalis yang mengasumsikan kekayaan terbatasyang berada di lingkungan yang bergerak dalam derap moderat. Sedangkan di era internet yang serba instan, informasidan faktor-faktor penyetaraan semakin terbuka sehingga kompetisi semakin sempurna, serta kualitas dan kuantitas lingkungan alam yang semakin rendah.
Utang sosial yang ditimbulkan oleh kapitalisme ortodoks Smith sudah sangat tinggi, sehingga masyarakat sebagai pemegangpiutang sudah sangat terpojok dan lalu bergerak. Indonesia tidak terkecuali. Fundamental ini sudah saatnya perlu direvisi.[]
Kontan, 23 November 2011