Select Page

May I wish you the merriest Christmas and many blessings in the new year.


[Download PDF KONTAN WEEKLY Komunikasi Verbal]

oleh Jennie M. Xue

Ketrampilan komunikasi verbal merupakan salah satu survival skill terpenting. Berbagai kisah sukses menunjukkan bahwa seseorang dengan skill verbal yang superior mendapat kesempatan lebih dibandingkan mereka yang biasa-biasa saja.

Jika diperhatikan baik-baik, hampir semua eksekutif C-level dan VP mempunyai ketrampilan berkomunikasi verbal yang sangat baik. Bahkan, ada yang luar biasa.

Tingginya ketrampilan berkomunikasi verbal bukan berarti mereka “pandai mempengaruhi orang lain” atau “pandai menjual.” Ini juga bukan berarti mereka sangat cemerlang dalam memotivasi orang lain.

Mereka pandai menyampaikan informasi dan pendapat yang tepat, sehingga output yang dihasilkan optimal atau bahkan maksimal.

Ketrampilan komunikasi verbal ditandai dengan sepuluh ketrampilan, menurut seorang pakar komunikasi verbal Min Liu, seorang pengacara sukses berbasis di San Francisco.

Satu, membangkitkan rasa atau emosi.
Tingkatkan kesadaran bahwa setiap kata-kata kita mampu membawa muatan emosi bagi pihak lain. Para neurosains telah membuktikan bahwa komunikasi yang bermuatan emosi lebih diingat dan membangkitkan keinginan untuk bertindak.

Terkadang membangkitkan suatu emosi dapat mensukseskan komunikasi. Dan ini terbatas dengan emosi positif. Terkadang, ingatan akan emosi negatif juga mampu menggerakkan seseorang. Yang penting, apakah emosi tersebut memang sesuai dalam konteks dan tujuan komunikasi.

Dua, memberi nilai lebih.
Suatu komunikasi, baik satu atau dua arah, perlu mempunyai nilai lebih. Jika tidak ada nilai lebih, pihak lain akan merasa bahwa komunikasi tersebut tidak berguna. Malah, hubungan baik pun bisa saja terhenti.

Tiga, membingkai, kontrol bingkai, dan membingkai kembali.
Pastikan setiap komunikasi mempunyai bingkai (frame), bukan asal cablak dan tidak tentu arah. “Debar kusir” terjadi karena tidak ada pembingkaian, kontrol bingkai, dan usaha membingkai kembali suatu komunikasi dua arah.

Empat, bukan “apa,” namun “bagaimana.”
Bagaimana Anda sampaikan komunikasi menentukan hasilnya. Namun ini bukan berarti Anda bisa semaunya menggunakan berbagai cara agar komunikasi sukses. Intinya, penggunaan kosa kata yang tepat sangat menentukan hasil akhir yang positif.

Lima, keterbukaan dan otentisitas.
Berkomunikasilah dalam spirit keterbukaan dan fairness dengan segala bentuk otentisitas diri Anda. Tidak perlu terlalu merendahkan atau meninggikan diri. Juga tidak perlu berusaha agar pihak lain “senang” karena Anda juga mirip dengan dia. Otentisitas sering kali malah membukakan pintu persahabatan positif.

Enam, memperhalus.
Perbedaan seseorang berpendidikan dan berintelektualitas tinggi adalah penyampaian yang lebih halus. Ketika komunikasi terhambat karena pihak lain tidak mengerti “penyampaian” halus tersebut, bisa dipastikan telah terjadi miskomunikasi karena perbedaan kemampuan.

Jika ini sampai terjadi, barulah Anda pertegas apa penyampaian Anda, agar miskomunikasi tidak terjadi. Namun pertahankan penyampaian agar tidak bersifat binari (ya/tidak, salah/benar, baik/buruk).

Tujuh, memperlihatkan, bukan memberi tahu.
Show, don’t tell. Ungkapkan apa akibat dari suatu pilihan, misalnya. Usahakan dalam berkomunikasi untuk menggunakan kata-kata yang mampu menimbulkan imageri di dalam benak. Ini sangat berguna ketika berhadapan dengan mereka yang kurang berpengalaman dalam mengolah konsep-konsep abstrak.

Delapan, pra-pembingkaian.
Pra-pembingkaian ini termasuk skill komunikasi yang cukup tinggi. Ini dapat digunakan untuk menekankan hasil yang ingin dicapai, misalnya, “Setelah meetup ini selesai, diharapkan setiap peserta mampu menyelesaikan tugas ini” dan “Dengan memperhatikan masukan orang lain, kita dapat saling mengenal kelebihan masing-masing.”

Komunikasi pra-pembingkaian ini mirip dengan kalimat tesis (thesis statement) dalam penulisan artikel atau esai. Dengan mengemukakan di muka apa obyektif pertemuan, para peserta dapat memupuk harapan ketika komunikasi berlangsung dan dapat ikut mewujudkannya.

Sembilan, siapa sebagai target.
Siapa kawan bicara Anda perlu dikenali dengan baik. Misalnya, apakah ia seorang pebisnis, intelektual, dokter, pengacara, pemimpin perusahaan multinasional, seorang manajer, seorang mahasiswa, seorang kasir, dan sebagainya.

“Siapa” dia akan sangat menentukan gaya bicara seperti apa yang “kena” baginya. Misalnya, ketika berbicara dengan seorang intelektual, Anda dapat dengan nyaman menyampaikan gaya komunikasi abstrak. Bagi seorang kasir bank, gaya komunikasi abstrak akan membingungkan, maka pakailah kosa kata dan penyampaian yang lebih konkrit.

Sepuluh, penggunaan metafor.
Penggunaan metafor dalam komunikasi mempunyai beberapa fungsi dan bisa sangat efektif apabila digunakan dengan tepat. Misalnya, dalam menyampaikan kelebihan, Anda bisa menggunakan metafor. Namun pastikan bahwa kawan bicara Anda memahami arti metafor-metafor tersebut.

Akhir kata, komunikasi verbal turut membantu menentukan kadar sukses seseorang. Namun, ini bukan berarti satu-satunya faktor penentu sukses.

Tanpa dibarengi dengan daya nalar dan informasi yang cukup, gaya komunikasi sebaik apapun hanyalah sebuah sarana. Substansi alias konten komunikasi tetap merupakan faktor penentu.[]

KONTAN WEEKLY, 18-24 Desember 2017

Pin It on Pinterest

Share This