[Download PDF KONTAN DAILY Kisah Sukses Subway]
oleh Jennie M. Xue
McDonald’s sudah bukan franchisor restoran nomor satu di dunia lagi. Juga bukan Pizza Hut. Sekarang mahkota berada di kepala Subway, bisnis sandwich cepat saji yang menjanjikan kesegaran roti tipe “submarine” alias “kapal selam” dan isinya.
Kelebihan utama Subway yang langsung terlihat oleh konsumen adalah kesegarannya. Sandwich langsung dibuatkan di hadapan Anda dengan pilihan-pilihan jenis roti, daging, sayuran, dan dressing favorit Anda sendiri. Juga ada dua ukuran yang bisa dipilih. Selain itu, Subway punya beberapa kelebihan lain: peka lingkungan, peka perlindungan petani pensuplai, dan hemat energi.
Kebebasan memilih berbagai kombinasi sandwich oleh konsumen merupakan selling point utama. Di toko sandwich lainnya umumnya pembeli hanya dapat menunjuk dari menu. Di Subway, konsumen dapat menunjuk dari menu yang ada sambil dimodifikasi. Ada “ownership” dalam setiap sandwich yang dirancang sendiri oleh pemesan.
Saat artikel ini ditulis, Subway masih merupakan perusahaan privat dengan 44.576 gerai di 110 negara. Diprediksikan, outlet Subway akan mencapai 50.000 di tahun 2017. Setiap hari, lima outlet Subway baru dibuka di manca negara. Angka luar biasa ini ternyata tidak termasuk Indonesia, walaupun dulu pernah ada beberapa gerai.
Subway dibangun oleh dua partner pakar kesehatan yaitu Dr. Peter Buck dan Fred DeLuca. Partnership mereka dinamakan Doctor’s Associates. Diawali dengan DeLuca meminjam USD 1000 dari Dr. Buck untuk membuka toko sandwich di Bridgeport, Connecticut di tahun 1965.
Marketshare Subway di AS mencapai 60 persen untuk kategori sandwich. Mereka menawarkan alternatif sehat bagi konsumen di antara resto-resto cepat saji burger yang penuh dengan lemak dan zat pengawet. Sejak awal, nutrisi merupakan faktor yang dipertahankan. Carol Kur, MS, RD pendiri The Personal Training Institute merupakan partner Subway dalam hal nutrisi sehat dan melangsingkan.
Dengan semakin tingginya standar hidup konsumen, makanan sehat semakin dicari. Ini terbukti dengan semakin pesatnya pertumbuhan bisnis Subway. Kecuali dalam beberapa tahun terakhir, di mana perilaku konsumen Generasi Milenial semakin berpengaruh terhadap selera dunia.
Di tahun 2015, nilai merek Subway mencapai valuasi USD 6,8 miliar dengan omzet USD 19,8 miliar. Subway dikenal dengan paket franchise opportunity-nya yang lengkap dan profesional serta terjangkau, sehingga menduduki ranking pertama selama 24 sebagai “franchise opportunity” terbaik menurut berbagai media.
Gaya hidup sehat ala Subway semakin melambung ketika salah satu konsumen setia bernama Jaret Fogle berhasil menurunkan berat badan hingga 450 pon selama satu tahun berkat diet Subway. Digabungkan dengan olah raga dan banyak jalan kaki, Jaret berhasil menguruskan tubuhnya. (Berita terakhir agak kurang baik, ketika ia divonis penjara akibat dari perbuatan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Subway segera memutuskan hubungan kerja dengan Jaret Fogle.)
Terhitung 2005, Subway berkomitmen untuk menggunakan produk-produk dari supplier yang mempunyai sertifikasi SAFE (Socially Accountable Farm Employers). SAFE ini adalah organisasi non-profit yang didirikan oleh the Redlands Christian Migrant Association dan
the Florida Fruit & Vegetable Association.
Selain itu, di tahun 2011, “eco store” Subway dibuka di Perancis. Outlet tersebut mengikuti standar ketat ekologi ramah lingkungan berlabel HQE (High Environmental Quality) dan
HPE (High Enviromental Protection). Dua label ini merupakan sertifikasi bahwa outlet Subway tersebut menggunakan energi minim dengan dampak ekologi minimal.
Di mancanegara, lokasi-lokasi manufaktur dan distribusi Subway ditempatkan secara strategis untuk mengurangi biaya transportasi, menghemat biaya bahan bakar, meminimalisir emisi karbon, dan menghemat depresiasi kendaraan angkutan. Sekitar 3,6 juta galon minyak diesel berhasil dihemat setiap tahun di AS dan Kanada.
Selain produk makanan yang sehat serta pengolahan, distribusi, dan tempat penjualan (outlet) yang sehat, hemat energi, dan ramah ekologi, Subway juga gencar mengedukasi konsumen akan makanan dan gaya hidup sehat. Edukasi ini diberikan melalui informasi menu, kandungan nutrisi, kandungan kalori, dan berbagai side order lainnya.
Sebagai bisnis keluarga, Subway mengalami naik turun. Menurut Technomic, di tahun 2014, omzetnya menurun 3,3 persen dari tahun sebelumnya. Angka ini termasuk tinggi untuk ukuran restoran franchise cepat saji. Diduga, penurunan ini akibat dari gagalnya Subway dalam mengikuti tren makanan organik dan transparan mengenai pengolahannya.
Sebagai bisnis yang sangat mengandalkan franchisor, paket franchise opportunity Subway cukup menarik mengingat kapital awal startup fee cukup rendah. Ini dikompensasi dengan royalti yang dikenakan terhadap franchisee cukup tinggi yaitu sekitar 8 persen, sedangkan McDonald’s hanya 4 persen.
Yang bisa kita pelajari dari Subway adalah gaya penyajian, peka kesehatan, produk premium, peka ekologi, peka social causes, dan agresivitas business development. Bisa diterapkan dalam bisnis apapun.[]
KONTAN DAILY, Jumat 18 November 2016