Select Page

 Kontan

Download KONTAN Weekly Keterbukaan Radikal

oleh Jennie S. Bev

Era
Internet membuka semua kecantikan dan keburukan seseorang dan institusi. Database-database
publik terbuka dengan lebar, sehingga satu search di intelius.com, misalnya
sudah membuka semua data individu: nama lengkap, alamat, tanggal lahir, nama
anggota keluarga, catatan kriminal, catatan kredit, surat lahir anak, surat
kematian anggota keluarga dan lain-lain.

Tentu
saja ini hanya terjadi di negara-negara maju yang sistem-sistem onlinenya
saling berkaitan satu sama lain, seperti di AS, Australia, Inggris, dan
lain-lain.

Penulis
masih menunggu database seperti ini di Indonesia karena akan sangat membantu
dalam mengontrol tingkat kriminalitas dan membentuk perilaku warga negara. Misalnya,
di kalangan pedagang di Indonesia, istilah “cek kosong” paling mengerikan.
Barang dagangan sudah dibawa pergi dan pedagang dibayar dengan cek yang tidak
ada isinya. Dengan adanya sistem online yang menghubungkan semua  data, praktik seperti itu bisa dihindari.

Sayangnya,
transparansi masih merupakan kendala utama dalam kultur sehari-hari dan kultur
bisnis di tanah air. Alangkah indahnya jika kompetisi begitu terbuka dengan
informasi yang tidak lagi merupakan rahasia. Keterbukaan yang radikal sudah
mulai menjadi bagian dari “doing business as usual” di era Internet, paling
tidak bagi beberapa institusi privat dan online businesses.

GlaxoSmithKline
(GSK) membuka semua data hasil percobaan-percobaan klinikal mereka di Internet.
Ini sangat bertentangan dengan prinsip perusahaan farmasi internasional yang
sangat terkenal dengan kerahasiaan data mereka. GSK meyakinkan publik bahwa
data klinikal mereka akan dibuka terlepas dari berhasil atau gagalnya percobaan
klinikal mereka.

Tony
Hsieh yang terkenal dengan Zappos-nya juga sudah lama membuka diri secara
besar-besaran. Bagi kebanyakan perusahaan, sales data sangat dirahasiakan
mengingat data ini sangat tinggi nilainya bagi kompetitor. Bagi Hsieh, sales
data yang dibuka bagi siapa saja yang berada di dalam supply chain, bisa
memfasilitasi bisnis yang berkesinambungan. 

Tony
juga pernah membuka rahasia operasi fasilitas Zappos melalui twit. Alasannya
agar para konsumen bisa melongok ke dalam perusahaan sehingga kepercayaan bisa
ditingkatkan lagi. Kepercayaan konsumen merupakan inti dari kesetiaan pelanggan,
yang merupakan gol jangka panjang Zappos. Semakin kenal, semakin sayang, bukan?

Organisasi-organisasi
yang cerdas sekarang membuka diri secara radikal, menurut Don Tapscott dan
Anthony D. Williams dalam presentasi TED mereka berjudul “Keterbukaan Radikal,
Empat Prinsip Sukses.” Di seluruh dunia, baik dibantu dengan Wikileaks maupun
tidak, pemerintah sudah semakin transparan. Berbagai industri baik industri
software maupun industri farmasi, juga semakin terbuka. “Keterbukaan” di sini
merupakan instrumen dan membentuk lingkungan baru.

Satu
hal yang perlu dijaga dalam transparansi adalah privasi. Transparansi dan
privasi sering kali dirancukan. Privasi berada di dalam ranah individu alias
privat. Privasi individu perlu selalu dijaga. Transparansi berada di dalam
ranah publik, terlepas di dalam organisasi privat maupun publik.

Sebagai
contoh, Zappos membuka sales data mereka, namun mereka tidak membuka data
pelanggan mereka, seperti nama-nama pembeli, alamat mereka, cara pembayaran,
dan tanggal pembelian. Ini adalah ranah privat individu yang privasinya sangat
dijunjung tinggi karena mempunyai potensi membawa hal-hal yang tidak diinginkan
oleh konsumen. 

Transparansi
di ranah publik merupakan kewajiban dari institusi dan merupakan hak dari
pemakai jasa mereka. Dan di era serba super-networked ini, transparansi
memberikan rasa aman akan akuntabilitas pihak-pihak yang mempunyai bargaining
position lebih tinggi daripada konsumen, walaupun mungkin termasuk dalam
kategori “sesama stakeholder.” 

Empat
prinsip yang termasuk dalam “keterbukaan radikal” adalah: terbuka untuk
transparansi, terbuka untuk inovasi, terbuka karena membuka diri merupakan
pilihan bisnis yang baik, dan terbuka dalam rangka memperjuangkan kebebasan dan
keterbukaan sebagai fundamental bagi keterlangsungan. Kepemilikan informasi
merupakan kekuasaan. Information is power.

Memberikan
informasi secara radikal dengan membuka diri berarti memberikan kekuasaan
kepada penerima informasi. Gerakan Occupy Wall Street mendesak agar
transparansi lebih digalakkan. Jaringan-jaringan global serta monitor dari
LSM-LSM serta penggunaan Twitter dan blog-blog anonim memungkinkan
whistleblower untuk menyebarluaskan informasi penting ke publik. 

Tendensi
perusahaan dan pemerintah yang membatasi publik dengan membatasi informasi
sudah bukan masanya lagi. Corpwatch.org LSM berbasis di San Francisco
memberikan pendidikan kepada publik tentang mengadakan riset terhadap
korporasi. Crocodyl.org merupakan LSM yang didukung ratusan periset penggali
informasi perusahaan-perusahaan terbuka yang merugikan konsumen. 

Keterbukaan
di Indonesia masih belum “telanjang bulat,” karena masih malu-malu dan banyak terjadi
tumpang tindih antar para pihak. Padahal, di belahan bumi lainnya, keterbukaan
radikal sudah lumrah dan meningkatkan daya tawar konsumen dan publik.[]

KONTAN Weekly, 10-16 Juni 2013

Pin It on Pinterest

Share This