[Download PDF KONTAN WEEKLY Kesiapan Eksekusi]
oleh Jennie M. Xue
Terlalu banyak ide yang bermunculan setiap saat. Miliaran janji, ide, idealisme, keinginan, harapan, dan imajinasi tidak punya arti apa-apa sepanjang tidak ada eksekusi memadai. Perbedaan seseorang yang telah matang dengan yang masih “mentah” adalah kemampuan membedakan antara ide alias “janji” dengan hasil eksekusi.
Rekam jejak seseorang sangat menentukan masa depan. Inilah alasan utama mengapa segala sesuatu yang kita kerjakan perlu dijalankan dengan sebaik mungkin. Setiap hasil eksekusi yang baik, sekecil apapun itu, merupakan pijakan untuk eksekusi-eksekusi berikutnya.
Sebenarnya sungguh memalukan bagi mereka yang mengaku “berpengalaman” atau ber-IQ tinggi, apabila rekam jejak mereka tidak sesuai dengan usia kronologis mereka.
Tentu saja, usia seseorang tidak hanya usia kronologis yang hanya berdasarkan tanggal lahir. Namun, usia seseorang juga sangat ditentukan dengan perkembangan psikologinya.
Berapa usia seseorang secara psikologis, sebenarnya lebih menentukan prestasi. Misalnya, seseorang yang berusia 40an dan 50an semestinya telah mencapai karir manajerial atas, bahkan CEO, bagi mereka yang bekerja sebagai eksekutif. Kurang dari itu, berarti performance tidak sesuai dengan usia.
Kematangan dalam bertindak dan mengambil keputusan sehari-hari juga merupakan indikator “usia psikologis” seseorang. Penulis kenal betul seseorang yang selalu bersumpah serapah untuk hal-hal kecil, sehingga energi yang dikeluarkannya tidak sepadan dengan problem yang dihadapinya, jadilah ia pencemar ambians lingkungan alias “energy vampire.”
Ini merupakan cerminan usia psikologis yang rendah, alias “bertubuh setengah baya namun psikis seperti anak remaja yang tidak mampu menahan emosi sedikit pun.”
Dalam dunia bisnis, kematangan pribadi punya korelasi langsung dengan sukses. Seseorang yang bergaya ala “saya pintar kok” sehingga apapun dipandang remeh, merupakan salah satu faktor kegagalan karena ia tidak punya urgensi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Ia menganggap remeh “saya pintar, semua gampang.”
Keyakinan akan kemampuan diri sangat berbeda dengan kepercayaan diri alias “PD.” Menurut psikolog Albert Bandura, self-efficacy adalah kepercayaan akan diri sendiri bahwa ia mempunyai kemampuan eksekusi sesuatu. Sedangkan self-esteem hanyalah kepercayaan diri. Jadi, seseorang yang self-esteem yang baik, seperti mereka yang merasa diri pintar, belum tentu punya self-efficacy yang baik.
Dalam menilai seseorang, yang perlu dinilai sesungguhnya adalah kemampuan bereksekusi. Bukan kemampuan berorasi, bernarasi, dan berangan-angan dengan seribu satu janji yang muluk-muluk.
Bagi para manajer personel, ini pasti telah mendarah daging. Mereka harus mampu mengenali siapa saja eksekutor yang baik dan siapa yang kedodoran.
Kesiapan eksekusi merupakan nilai tertinggi yang dimiliki seseorang. Bukan pendidikan, bukan IQ tinggi, bukan gelar, bukan impian, bukan kemampuan berorasi dan bernarasi. Apakah Anda memiliki kesiapan eksekusi yang baik? Hanya Anda sendiri yang mampu menjawab.
Pertama, kenali usia psikologis Anda. Ini bukan usia kronologis alias usia berdasarkan akte lahir. Ini merupakan usia kematangan psikis yang erat hubungannya dengan kemampuan eksekusi dalam bidang kerja dan kemampuan mengendalikan emosi negatif. Memancarkan emosi positif setiap saat sangat menentukan kualitas sukses seseorang.
Kemampuan mengendalikan emosi negatif ini sangat penting dan sering kali diabaikan. Dalam konteks kultur, ada kultur yang super negatif, alias berdasarkan emosi-emosi negatif, yaitu tidak percaya, curiga, takut, cemas, kecewa, iri, dengki, marah, dan sebagainya. Padahal, kultur di negara-negara beradab, misalnya, sangat mengutamakan kepercayaan, itikad baik, kebesaran hati, sportivitas, dan sebagainya.
Kedua, kenali apakah prestasi kerja Anda sesuai dengan usia kronologis Anda. Jika belum, kenali apa saja yang perlu diperbaiki. Sering kali, masalah utama seseorang bukan mengenali ketrampilan (skill), namun sikap, keyakinan, dan perbuatan yang berhubungan dengan ketrampilan tersebut.
Bayangkan, ketika seseorang pandai bereksekusi, sehingga prestasinya baik, alangkah baiknya apabila ia mempunyai keberanian dan kerendahan hati untuk mendengarkan. Sering kali, mereka yang mempunyai dua sikap tersebut akan berhasil mempertahankan prestasi untuk waktu lama.
Akhir kata, jadilah seseorang yang mempunyai kesiapan dan kemampuan eksekusi yang besar. Tidak banyak bicara, namun banyak berprestasi. Biarlah dunia mengenal Anda dari karya-karya Anda dan bagaimana mereka memberi makna baru dan positif. Nama besar seseorang hanya mampu bertahan dengan rekam jejak yang baik dan berkesinambungan.
Meraih prestasi itu gampang, yang sulit adalah mempertahankannya sepanjang hayat. Dan ini dimulai dengan kesiapan eksekusi yang riil, bukan sekedar janji atau orasi belaka.[]
KONTAN WEEKLY, 15-21 Mei 2017