[Download PDF KONTAN WEEKLY Kepemimpinan Jarak Jauh]
oleh Jennie M. Xue
Semakin populernya konsep bekerja jarak jauh, yang dikenal sebagai “remote working” atau “telecommuting,” kerja sama tim dijalankan tanpa terbelenggu lokasi. Bisa saja para anggota tim berada di zona waktu berbeda di seluruh dunia.
Bekerja jarak jauh tetap membutuhkan kepemimpinan. Dan ini berarti kepemimpinan yang tetap “ampuh” dalam kerja sama berjarak. Dengan Internet, segala jarak menjadi tak berjarak.
Bagi yang berpandangan tradisional, mungkin akan bertanya-tanya, “Bagaimana memastikan pekerjaan diselesaikan? Bagaimana memastikan seseorang hadir untuk bekerja?” Jawabannya mudah saja: management by result alias manajemen dengan hasil.
Seorang pemimpin jarak jauh tidak lagi perlu pusing dengan berbagai usaha dari para anak buah yang memainkan kartu politik kantor. Hubungan atasan-bawahan lebih dapat terbaca secara jelas berdasarkan komunikasi e-mail dan pesan-pesan elektronik. Transparansi ini kelak sangat berguna dalam memastikan produktivitas dan partisipasi setiap anggota tim.
Komunikasi sendiri jauh lebih cepat, transparan, dan praktis dengan berbagai aplikasi seperti Skype, Slack, Trello, dan lainnya. File dalam format apapun dapat dikirim seketika dan setiap aktivitas yang sedang dikerjakan atau telah diselesaikan dapat dipantau secara real-time dengan SaaS (software as a service) seperti Celoxis atau Google Doc.
Konflik di antara sesama bawahan juga semakin diperkecil, mengingat pesan-pesan teks biasanya lebih detil dalam konteks pekerjaan. Jadi, langkah-langkah yang perlu diambil lebih jelas, sehingga miskomunikasi dapat diperkecil. Jika ada yang kurang jelas, cukup dengan konfirmasi via telpon atau voice chat. Yang dapat ditindaklanjuti dengan pesan-pesan teks.
Namun tentu saja kepemimpinan virtual ada keterbatasan.
Pertama, beberapa hal tidak dapat dilakukan secara online karena membutuhkan pertemuan secara fisik dan hubungan yang lebih personal. Aktivitas-aktivitas yang membutuhkan sentuhan fisik dan pandangan mata langsung mustahil dilakukan secara online.
Kedua, efektivitas kepemimpinan terbatasi oleh teknologi yang digunakan. Ketika teknologi mengalami gangguan, maka dapat dipastikan proyek dan aktivitas kerja rutin terganggu.
Ketiga, interaksi face-to-face diperlukan untuk membangun hubungan yang lebih mendalam. Team building memerlukan rasa percaya yang saling mengisi. Kerja sama online lebih kepada mengikuti sistem daripada unsur “emosional” seperti rasa percaya.
Keempat, tugas utama seorang manajer adalah memastikan gol-gol tercapai. Sedangkan tugas seorang pemimpin adalah memastikan gol-gol tidak hanya tercapai namun para anggota tim juga tergerak untuk memberikan yang terbaik.
Tugas yang kedua ini menentukan “kualitas” yang dipengaruhi oleh unsur inspiratif dan motivasional dari si pemimpin. Dalam kerja jarak jauh, pengaruh pemimpin terbatasi oleh format teknologi, sehingga pesan-pesan tersebut berbentuk gambar dan teks, bukan jabat tangan yang erat misalnya.
Kelima, para pekerja virtual perlu mengandalkan unsur motivasi dari dalam yang tinggi untuk menghasilkan kualitas yang baik. Sedangkan mereka yang bekerja di kantor dapat “tergerak” oleh pengawasan manajer yang mondar-mandir, misalnya.
Keenam, para manajer yang mengawasi tim jarak jauh perlu kenal betul kecepatan dan ketepatan kerja setiap anggota tim. Terkadang satu pekerjaan (task) dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat atau lebih lambat dari yang diperkirakan.
Tentu saja kini ada berbagai aplikasi yang dapat memonitor kegiatan online seseorang, namun tanpa video yang micromanaging setiap gerakan anggota tim, mustahil dapat diduga aktivitas persisnya. Efisiensi dan produktivitas dapat menjadi masalah bagi tim yang sangat mengandalkan kehadiran seorang pemimpin secara fisik sebagai “sumber motivasi.”
Berbagai teknologi online kini dapat mendeteksi secara persis siapa yang sesungguhnya sedang bekerja (biometriks dan algoritma derap ketikan keyboard), sedang mengerjakan apa (aplikasi project management), dan kualitas kerja (algoritma QC), sehingga mengelola dan memimpin tim jarak jauh semestinya telah sangat terbantu. Hal-hal “konyol” seperti tugas di-outsource lagi kepada orang lain, mestinya tidak lagi terjadi.
Salah satu kelebihan dari kerja di era modern ini adalah gamifikasi alias “menjadikan setiap tugas sebagai game yang mengasyikan.” Ini dapat diterapkan untuk meningkatkan produktivitas dalam kerja tim jarak jauh. Ada berbagai aplikasi produktivitas yang dapat diunduh seperti Mind Bloom dan Task Hammer. Para anggota tim dapat ditantang untuk berkompetisi.
Akhir kata, memimpin tim jarak jauh diperlukan suatu ketajaman ekstra dalam memastikan produktivitas dan kualitas kerja. Untuk ini, teknologi kembali berperan dengan berbagai pilihan aplikasi. Namun tentu saja beberapa hal yang tidak dapat digantikan dengan gambar dan teks, tetap memerlukan pertemuan tatap muka.[]
KONTAN WEEKLY, 28 Agustus – 3 September 2017