[Download PDF KONTAN DAILY Kenny Rogers Roasters Berjaya di Asia]
oleh Jennie M. Xue
Bagi para penggemar musik country dan masakan “kampung” ala koboi, pasti kenal nama kondang Kenny Rogers. Penyanyi ala country dengan rambut dan jenggot putih berkilau ini telah memenangkan puluhan penghargaan musik internasional, seperti Grammy, American Music, dan American Country Music.
Penyanyi dengan rambut dan jenggot perak ini ternyata tidak hanya kondang di dunia musik, namun juga dikenal di dunia kuliner. Restoran Kenny Rogers pertama dibuka di Coral Springs, Florida Agustus 1991. Kini, Kenny Roger ROASTERS (KKR) yang dikenal dengan roasted chicken-nya dapat dijumpai di in Malaysia, Singapore, China, Indonesia, Brunei, Dubai, Kuwait, Cambodia, Thailand, Philipines dan Qatar.
Uniknya, Kenny Rogers ROASTERS sudah bukan milik Pak Rogers bersuara emas lagi, melainkan Berjaya Corp Bhd berbasis di Malaysia telah mengakuisisinya di bulan April 2008 dari pemilik lama Nathan’s Famous Inc. Konsep ayam bakar ini mulanya diperkenalkan oleh John Y. Brown, gubernur negara bagian Kentucky yang juga merupakan salah satu pelopor developer menu KFC.
Kok bisa? Lho, KKR ternyata perusahaan Malaysia toh? Lantas, bagaimana dengan KKR di Negara Paman Sam sendiri? Well, hanya tinggal satu KKR di AS, yaitu di Ontario Mills Mall, California.
Apa penyebab gagalnya KKR di AS dan negara-negara barat? Bagaimana perkembangannya sekarang? Sanggupkah KKR bertahan dan berkembang di masa depan?
Di tahun 1998, KKR bangkrut, padahal di tahun 1996, AS tergila-gila dengan ayam bakar ini setelah menjadi fokus dari salah satu episode Seinfeld. Kini, sudah lebih dari 140 gerai KKR di Asia Pacific. Dan revenue per tahun mencapai USD 100 juta.
Jumlah revenue ini luar biasa mengingat Berjaya mengakuisisi KKR hanya dengan USD 4 juta. Di China saja, diperkirakan akan dibuka 100 gerai KKR.
Kegagalan KKR sebagai merek asal AS mengikuti kegagalan Swensen’s ice cream, Esprit clothing, Tully’s coffee shop, Lawson convenience store, dan sejibun merek-merek lainnya. Mereka dibangun dan dibesarkan di negeri Paman Donald Trump, namun ternyata tumbuh dewasa di Asia Pasifik.
Beberapa pelajaran penting.
Satu, merek-merek kondang kelas dunia tetap mempunyai nilai dan mampu bangkit kembali dengan strategi yang tepat. Sepatu “Doc Martens,” Levi’s denim, Kodak camera, semua pernah mengalami masa-masa surut.
Mereka mampu mempertahankan merek dengan berbagai cara, walaupun belum melambung dengan gegap gempita lagi. Kemampuan untuk tetap “tampil” dalam segala keterbatasan merupakan “kelebihan” merek-merek kelas dunia.
Dua, persaingan bisnis di abad ke-21 luar biasa ketat. Hanya merek-merek yang mampu mengatasi berbagai halangan internal dan eksternal yang dapat bertahan. Dan masa “surut” sebaiknya tidak diterjemahkan sebagai “gagal,” namun sebagai masa beristirahat.
Tiga, KKR kurang mendapat tempat sepantasnya di AS mengingat kompetisi super ketat dengan ratusan bahkan ribuan franchise restoran. Nama Kenny Rogers sendiri sudah tidak sekondang dulu dan hanya dikenal sebagai penyanyi country oldies alias tempo doeloe.
Empat, selebriti-selebriti Hollywood dan dari negara-negara barat termasuk AS dan Inggris mempunyai “daya kenal” tinggi di negara-negara Asia Pasifik dan Afrika, mengingat kiblat budaya masih ke Barat. Jadilah merek-merek produk dan bisnis yang menggunakan nama-nama selebriti masih mempunyai “harapan” di luar negara asal mereka.
Konklusinya, bangunlah merek dengan sekuat tenaga. Jangan pernah berhenti membangun merek, karena ini adalah salah satu unsur penting keberhasilan suatu bisnis. Begitu suatu merek telah terbangun, percayalah setiap masa surut pasti dapat dipulihkan kembali dengan strategi dan bidikan pasar yang tepat.
Bagi para kontrarian, selalu ada kesempatan untuk menghidupkan “zombie” merek-merek legendaris yang sedang “beristirahat.” Kuncinya adalah mencari merek-merek tersebut dengan jeli dan menggunakan “pamor” masa lalu yang dibangkitkan dengan berbagai cara di pasar yang masih menghargainya. Belajarlah dari Berjaya dan KKR 2.0. Niscaya Anda pun berjaya.[]
KONTAN DAILY, Jumat 12 Oktober 2018