Select Page

 Kontan

Download KONTAN Daily Kekuatan Senyuman

oleh Jennie S. Bev

Setiap
kultur memiliki frekuensi tersenyum yang berbeda, arti senyum yang
berbeda-beda, serta cara tersenyum yang berbeda pula. Yang dimaksud dengan “kultur”
di sini termasuk kultur di dalam suatu negara secara dominan, kultur dalam
etnis, kultur dalam kelas sosial, kultur dalam keluarga, kultur dalam
organisasi, dalam kultur dalam bisnis. Tersenyum adalah suatu “soft skill” yang
jarang diperhatikan. 

Senyuman
bisa membantu banyak hal, termasuk kelancaran berbisnis, memasarkan produk, dan
membangun kerja sama tim yang luar biasa.

Senyum
merupakan suatu kekuatan (power) yang bisa dilatih sebagaimana ketrampilan
halus (soft skill) lainnya. Para model dan para aktor dan aktris dikenal dengan
senyum mereka yang “menjual.” Mereka mampu menciptakan kegembiraan dan
melunakkan hati mereka yang menerima senyuman mereka.

Sering
kali kita tersenyum sebagai respon dari sesuatu. Padahal, memberikan senyuman
kepada orang lain maupun tersenyum bagi diri sendiri merupakan alat komunikasi
fisik non-verbal yang mendekatkan kita dan membuka hati penerima senyuman. Paul
Ekman seorang psikolog di tahun 1960an menyimpulkan bahwa ekspresi wajah di
kultur apapun memiliki universalitas makna. Detilnya memang agak berbeda,
seperti “tertawa karena malu” dan “tertawa karena nervous.” 

Charles
Darwin dalam Expression of the Emotion in
Man and Animals
(1872) menyimpulkan bahwa tersenyum adalah salah satu
elemen penting evolusi yang dimulai dari sebelum lahir. Di dalam kandungan pun,
seorang bayi tersenyum karena berbagai stimulasi. Setelah dilahirkan, mereka
tersenyum sebagai respon dan tersenyum untuk memancing respon. Dengan senyuman
pula, kita bisa mengenal bahwa seseorang merupakan “ancaman” atau “kawan.”

Ron
Gutman, seorang investor dan pendiri startup HealthTap di Silicon Valley, mempraktekkan
teori ini ketika berkeliling dunia selama 8 bulan di 36 negara dan 4 benua. Sepanjang
perjalanan seorang diri, ia ditemani oleh kamera digital dan foto-foto yang
mengingatkannya akan hari-hari bahagia yang diperlihatkannya di perjalanan.

Gutman
membuktikan bahwa dengan senyuman, suasana lebih cair ketika ia masuk ke
lingkungan baru. Secara psikologis, manusia pasti membalas senyuman dan sulit
menahan senyuman apabila menerima senyuman. Bahkan ketika dalam keadaan sangat
sulit, seperti sedang sakit dan sedih, senyuman yang tulus memberikan energi
positif. Ini dituangkannya dalam buku Smile:
The Astonishing Powers of a Simple Act.
 

Para
periset Carnegie Mellon University dalam jurnal Psychological Bulletin menyimpulkan bahwa senyuman mendorong
dikeluarkannya hormon-hormon anti stres seperti cortisol, hormon-hormon yang meningkatkan mood positif seperti endorphine dan oxytocin, serta
menurunkan tekanan darah. Dibandingkan dengan makan coklat, satu senyum identik
dengan 2.000 batang coklat. 

Juga
tipe senyuman merupakan indikator sepanjang apa Anda hidup, menurut para
periset di Wayne State University dalam jurnal Psychological Science. Mereka yang tersenyum penuh dan lebar dengan
gigi yang terlihat atas dan bawah rata-rata hidup hingga 79.9 tahun. Yang
tersenyum sedang-sedang saja hingga 75 tahun dan yang senyum tanpa kelihatan
gigi hanya 72.9 tahun. Kultur Jepang lebih menghargai “senyuman dengan mata”
yang sama-sama juga memberikan kontribusi bagi kesehatan fisik dan mental.

Para
pemimpin dunia yang enlightened seperti
Gandhi, Bunda Teresa, Paus John Paul II, Nelson Mandela, Dalai Lama, dan
pendeta Buddha Thich Nhat Hanh mempunyai senyum yang manis. Mungkin itulah jiwa
yang tersenyum, terlepas dari besarnya penderitaan yang mereka alami sebagai
manusia biasa. Bahkan mereka yang termasuk “tidak terlalu spiritual” Barack dan
Michelle Obama, Sir Alex Ferguson, mendiang Putri Diana, Tom Cruise, Anne
Frank, Walt Disney, dan lain-lain. Silakan diperhatikan foto-foto mereka.

Irama
kehidupan di Indonesia memang berbeda dan ini saya rasakan setiap kali saya
berada di sana. Sering kali senyuman menjadi langka dan mempunyai konotasi yang
berbeda. Tersenyum untuk kepentingan produktivitas bisa diterapkan tanpa banyak
perubahan sistem dan struktur. Thich Nhat Hanh berkata, “sometimes your joy is the source of your smile, but sometimes your
smile can be the source of your joy
.”  

Tersenyumlah
untuk kesehatan, membuka diri kepada orang lain, membangun kerja sama, dan
meningkatkan motivasi diri dan tim. Jadilah seorang sukses yang tersenyum dan
tersenyumlah yang membawa kesuksesan.[]

KONTAN Daily, Jumat 16 Agustus 2013

Pin It on Pinterest

Share This