KONTAN Daily Kecepatan Komunikasi dan Ekonomi
oleh Jennie M. Xue
Berbagai studi menunjukkan bahwa kecepatan telekomunikasi punya korelasi dengan kecepatan pertumbuhan ekonomi. Dengan meningkatkan kecepatan perpindahan informasi, telekomunikasi dengan telpon genggam dan Internet meningkatkan produktivitas dan efisiensi, membuka pasar-pasar baru dan segala macam bisnis terkini yang melibatkan penggunaan gadget-gadget mutakhir.
Studi oleh GSM Association, Deloitte, dan Cisco menunjukkan bahwa perpindahan dari 2G ke 3G di 96 jenis pasar dunia menunjukkan pertumbuhan ekonomi 10 persen dan PDB per kapita mengalami kenaikan 0.15 persen poin. Dalam studi lainnya, terhitung antara 2005 dan 2010, kenaikan 100 persen dari pengguna mobile data meningkatkan PDB per kapita 0.5 persen poin.
Negara-negara dengan penggunaan 3G yang tinggi, seperti Russia, Korea Selatan dan Inggris raya mengalami kenaikan PDB per kapita lebih dari satu persen poin. Namun India tidak mengalami kenaikan PDB mengingat 3G baru diperkenalkan di tahun 2011 setelah bertahun-tahun mengalami stagnasi birokrasi.
Secara umum, kenaikan penggunaan mobile broadband data dengan kecepatan tinggi mempunyai korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi. Data menunjukkan demikian.
Seiring dengan pertumbuhan teknologi ini, perlu juga dilakukan sosialisasi dan edukasi publik akan pentingnya produksi kreatif dalam berbagai bentuk derivatif dan penghargaan hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Karena, seiring dengan semakin maraknya pemakaian smartphone dan Internet, semakin besar kapasitas serap pasar konten. Berbagai model bisnis e-commerce sudah kadaluwarsa dalam sekejap. Persaingan konten dan infrastruktur telekomunikasi sudah berubah.
Indosat dan Telkom, misalnya, sudah memfokuskan diri pada Internet dan konten berbasis Internet. Bahkan Telkom sudah memiliki online retailer ebook bernama Qbaca, seperti GetScoop dan Wayang Force.
Perkembangan bisnis konten yang erat hubungannya dengan advansi infrastruktur teknologi sangat luar biasa. DailyCandy.com sudah tutup pintu, padahal ini adalah majalah online berbasis email yang paling berhasil sejak 2000. Kini, kurasi konten sudah berjalan secara otomatis dan menguntungkan konsumen dengan berbagai program yang user-created, seperti Yelp.
Berbagai bentuk revenue model yang dulu tidak terpikirkan, misalnya LongReads.com, Medium.com Matter, dan Byliner.com yang mempunyai visi menjadi kurator informasi longform journalism terbaik di Internet, mulai menggaet pujian. Para pelanggan membayar nominal kecil per bulan untuk membiayai kegiatan-kegiatan mereka.
Business model dan revenue model seperti ini akan berkembang terus seiring dengan tingginya pemakaian smart phone dan Internet sebagai sumber informasi terpercaya. Dan ini berarti semakin diperlukannya infrastruktur teknologi yang mendukung kecepatan tinggi transfer informasi.
Content provider di Asia masih belum semarak di Silicon Valley and negara-negara maju berbahasa Inggris lainnya. Namun Singapura telah memposisikan diri sebagai hub intellectual property termasuk hub content provider dan IT. Dengan infrastrukur Internet mencapai 1Gbits per detik, Singapura siap menjadi Silicon Valley-nya Asia.
Dan di abad Asia yang berbasis informasi ini, pasca-industrialisme sudah semakin terasa. Indonesia juga sudah mulai merambah bidang ini. Beberapa pengusaha konten digital termasuk animasi telah mendirikan perusahaan di Singapura untuk mengkapitalisasikan berbagai fasilitasnya, termasuk juga kredibilitas internasional.
Kerajaan bisnis bisa didirikan dengan hanya mengandalkan infrastruktur Internet dan telpon genggam yang sudah semakin merambah ke pelosok dunia. Kombinasikan dengan pasar internasional yang dimotori oleh iTunes, Google top ranking, dan Amazon best sellers list, Anda memiliki dunia yang tanpa batas.
Para pebisnis pasca-industrialisme kini mempunyai pilihan untuk mendirikan perusahaan mereka dengan nexus legal di mana saja, mengingat geografi bukanlah lagi masalah dengan berbagai teknologi gadget mutakhir dan koneksi Internet yang memadai. Tantangan bagi Indonesia untuk mengambil kesempatan emas ini. Bisakah Indonesia menjadi nexus impian para pengusaha teknologi dan konten digital? Bisakah Indonesia menyaingi Singapura? Kita tunggu.[]
KONTAN Daily, Jumat 30 Mei 2014