[Download PDF Keberanian Imortalitas]
oleh Jennie M. Xue
Ketika apapun yang kita ciptakan dapat lenyap dalam sekejap (imortalitas), apa yang bisa kita lakukan agar tetap bertahan untuk berani? Dengan kata lain, ketika faktor-faktor eksternal tidak sejalan dengan harapan kita, seperti kondisi makro politik dan ekonomi, kita tetap perlu bertahan. Padahal, sangat sulit.
Satu hal yang bisa kendalikan adalah diri kita sendiri. Selama tubuh dan pikiran sehat, semua baik adanya. Ingat hal ini dan internalisasi dengan sungguh-sungguh. Mereka yang mampu mengendalikan pikiran adalah mereka yang paling survive, kuat, dan fleksibel.
Dua elemen ini perlu berjalan seiring dalam menciptakan “kedamaian tak terguncangkan” (unshaken peace) sehingga terjadi optimasi internal dan eksternal. Dalam kondisi inilah, produktivitas dan kualitas tinggi berjalan optimal atau bahkan maksimal.
Untuk itu, dua kebiasaan dan dua pola pikir perlu ditingkatkan. Pertama, nafas identik dengan afirmasi positif. Kedua, terus bergerak. Ketiga, kenali bahwa tidak ada yang abadi. Keempat, hari ini adalah hari terbaik.
Satu, setiap nafas yang kita hirup dan hembuskan merupakan bukti kelimpahan yang kita nikmati. Para spiritualis menyebutnya sebagai “berkat” atau “doa.” Kenali ini dengan kesadaran, sehingga setiap kali Anda sadar tentang ini, Anda bisa merasa positif dalam berbagai bentuk. Tidak perlu menjadi spiritualis untuk memanfaatkan Psikologi Positif.
Setiap ketidakpastian karena faktor eksternal dapat “terhapus” oleh afirmasi kelimpahan hakiki ini.
Dua, bergerak terus ketika ada rasa “takut” karena ketidapastian akan membangun momentum tanpa henti. Dengan terus berkarya dengan berani, faktor-faktor pengguncang belum tentu akan mampu mengguncang Anda. Dengan demikian, faktor “pengganggu” bisa saja terhapus secara alami.
Faktor berikutnya adalah mengenali keimortalitas kita dan sekeliling. Memang segalanya akan berakhir, baik sekarang maupun di masa depan. Ada imortalitas yang dapat diprediksi, ada yang tidak. Jadi, ketika Anda mengkawatirkan akan mengalami rasa “kehilangan” ketika itu terjadi, Anda telah siap.
Yang ditakuti ketika mengalami “kehilangan,” adalah rasa pedih dari kehilangan sendiri. Jika Anda mampu membingkai kembali (reframe) rasa pedih itu, maka Anda tidak akan merasakannya. Salah satunya adalah mengalihkan perhatian dari “kehilangan sekarang” dengan “kepemilikan kemarin.”
Dengan kata lain, hidupkan memori positif tentang keberadaannya ketika ia masih hidup bertahun-tahun, daripada memori negatif tentang kehilangan dirinya di satu hari. Jangan biarkan bias negatif kita sebagai makhluk yang berevolusi menguasai pikiran kita. Reframe bias negatif dengan menggunakan paradigma berbeda.
Faktor keempat adalah mengakui bahwa hari ini adalah hari terbaik. Jadikan ini pikiran pertama Anda ketika bangun pagi. Jadikan ini sebagai nada (tone) setiap hari. Mengapa? Begini, Anda berhak berpikir baik atau buruk, itu pilihan Anda. Namun apapun “nada” Anda, hal buruk akan tetap terjadi. Lebih baik Anda memilih “nada” positif.
Dengan “nada” positif, Anda akan mampu mengatasi rasa kehilangan dari imortalitas karya Anda. Bisa saja suatu kehilangan merupakan kesempatan emas untuk memulai sesuatu yang baru. Tanpa kepergiannya, sesuatu yang lebih baik belum punya momentum, bukan? Kini momentum telah ada.
Apapun yang kita ciptakan dan telah lama nikmati, suatu hari akan lenyap. Demikian pula dengan karya dan bisnis. Dunia dan ekonomi global bergulir terus, sehingga hanya yang kuat dan fleksibel dapat bertahan, demikian kata Darwin. Bagaimana kita mengolah diri agar menjadi kuat dan fleksibel jelas merupakan tantangan tersendiri.
Mulailah dengan keberanian menghadapi fakta imortalitas apapun dan siapapun. Ketika rasa ragu dan takut hinggap, reframe bias negatif dengan paradigma berbeda. Misalnya, ketika karya Anda lenyap dicuri, tukar rasa kecewa dan sedih dengan kesadaran bahwa ini adalah kesempatan emas untuk membangun sesuatu yang baru dan lebih baik.
Ulangi afirmasi nafas positif beratus-ratus kali dalam satu hari, sehingga Anda kembali centered ketika negativitas menyerang. Bergerak terus apapun yang terjadi, karena inilah pembangun momentum paling jitu. Kenali dan akui imortalitas namun selalu kembali kepada kerangka (reframe) bahwa hari ini adalah hari terbaik.
Imortalitas pasti terjadi, untuk apa memelihara negativitas? Reframe saja dengan paradigma yang lebih produktif. Ini lebih pragmatis dan menghasilkan.[]
KONTAN WEEKLY, 1-7 Mei 2017