[Download PDF KONTAN DAILY Kebangkitan Lamborghini setelah Bangkrut]
oleh Jennie M. Xue
Mengendarai Lamborghini jelas merupakan prestise tersendiri. Di Jakarta yang super macet sekalipun, Lamborghini bersliweran di jalan raya. Namun, rupa menawan dan kualitas mobil balap premium ini ternyata tidak merupakan garansi kesuksesan di pasar. Ada masa surut, ada masa bangkit.
Dan Indonesia ternyata punya andil dalam mempertahankan merek legendaris Lamborghini.
Automobili Lamborghini S.p.A.didirikan di tahun 1963 oleh Ferruccio Lamborghini dengan kantor pusat dan pabrik manufaktur di Sant’Agata Bolognese Italia. Di tahun 1966, tipe yang paling digemari adalah Miura sports coupé dengan mid-engine di belakang dan roda belakang turut berputar (4-wheel) yang kelak menjadi standar performance. Di tahun awal 1960an, bisnis sangat baik.
Ketika di bawah pimpinan Georges-Henri Rossetti, Lamborghini pernah memproduksi 400 unit untuk BMW untuk memenuhi persyaratan Group 4 homologation mengingat BMW masih belum berpengalaman dalam mendesain kendaraan dengan mesin tengah. Namun mengingat minimnya kapital, skedul produksi tidak tercapai dan BMW memindahkan produksi ke Baur. Di tahun 1978, BMW menamakan produksi terbaru itu M1.
Secara bisnis, terhitung 1971 hingga 1998, Lamborghini underperformed sehingga terjadi pindah tangan sebanyak 6 kali. Di tahun 1973, omzet turun drastis yang disebabkan oleh krisis moneter dan krisi minyak. Antara tahun 1978 dan 1981, Lamborghini malah telah menyatakan pailit secara hukum (bankrupt).
American Chrysler Corporation pernah mengakuisisi di tahun 1987 yang kemudian menjualnya kepada Mycom Setdco (Malaysia) dan MegaTech (perusahaan berbasis Bermuda milik Hutomo Mandala Putra asal Indonesia) di tahun 1994 sebesar USD 40 juta.
Di tahun 1998, Audi AG yang merupakan anak perusahaan dari Volkswagen Group akhirnya mengakuisisi Lamborghini dari MegaTech dan Mycom sebesar USD 110 juta. Portfolio Volkswagen Group kini termasuk 12 merek andalan: Audi, SEAT, ŠKODA, Bentley, Bugatti, Lamborghini, Porsche, Ducati, Volkswagen, Scania and MAN.
Krisis finansial global di akhir tahun 2000an menurunkan omzet hingga 50 persen. Sedangkan produksi andalan hingga hari ini adalah mesin V12 untuk offshore powerboat race, Aventador, dan V-10 Huracan. Di tahun 2014, dengan hanya 1175 pegawai, mereka memproduksi 1.711 unit kendaraan. Omzet tahun 2014 mencapai 629 juta Euro dengan peningkatan 24 persen dari tahun sebelumnya.
Di bawah naungan Audi, Lamborghini berhasil memperbaiki omzet dan malah memecahkan rekornya sendiri dan berhasil melampaui penjualan Ferrari di tahun 2006. Bagaimana kiprah kebangkitan si Raja Balap ini?
Kekuatan merek eksklusif jelas merupakan salah satu faktor utama. Kiprahnya dalam memenangkan berbagai lomba balap otomobil juga memberikan keyakinan lebih bagi para konsumen penggemar velositas. Menurut Presiden dan CEO Stephan Winkelmann, empat kunci sukses Lamborghini adalah R&D yang tangguh dan progresif, visi jelas, desain fungsional, dan performance teknologi premium.
Dua puluh tahun lampau, Lamborghini lebih dikenal dengan desain spektakuler daripada teknologi ultra modern. Namun demikian, menurut Direktur R&D Maurizio Reggiani, selama lima tahun terakhir ini, Lamborghini telah bertransformasi dengan mengadopsi teknologi otomobil tertinggi. Ini sama pentingnya dengan kekuatan daya tarik kuda (engine horse power) dan desain yang futuristik dan sepadan.
Bahkan plug-in hybrid telah dalam proses produksi untuk diluncurkan tahun 2018 dengan 4.0 liter dan twin-turbo V-8. Namun, terkait skandal emisi Volkswagen untuk tipe diesel, Lamborghini yang satu grup dengan VW dan Audi, kini juga semakin disorot soal emisi.
Komitmen untuk menjaga integritas teknologi, merek, dan perusahaan kini merupakan tantangan utama. Tanpa kepercayaan konsumen, merek sehebat apapun hampir tidak berarti.
Selain produksi otomobil balap dan mesin speedboat, di tahun 1980an, Lamborghini meluncurkan sepeda motor 1000 CC yang menandingi Kawasaki. Selain itu, berbagai lisensi untuk merchandise dengan logo dan desain Lamborghini seperti pakaian, aksesoris, jam tangan, elektronik, dan komputer laptop kini telah semakin dikenal.
Di bawah kepemilikan Audi, Lamborghini semakin berani dalam peremajaan model-model yang lebih mungil dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Di tahun 2003, Lamborghini memperbaharui seri Murciélago dengan V10 Gallardo yang lebih lincah.
Konklusinya, sebagaimana merek-merek lainnya, Lamborghini juga memerlukan peremajaan dari segi kepemilikan (berhubungan dengan kultur dan strategi), diversifikasi produk, pembaruan tipe-tipe lama, dan transfer teknologi dari produsen lain (dari Chevrolet asal AS hingga Audi asal Jerman). Merchandising merupakan daya tarik sampingan yang membantu meningkatkan awareness merek sambil menikmati royalti lisensi. Strategi jitu.[]
KONTAN DAILY, Jumat 14 Oktober 2016