Select Page

[Download PDF KONTAN WEEKLY Kebahagiaan di Tempat Kerja]

oleh Jennie M. Xue

Minimal 8 jam sehari diluangkan di tempat kerja. Mengingat sepertiga hidup kita berada di kantor, kebahagiaan di tempat kerja sangat penting. Mempertahankan positivitas di tengah hiruk-pikuk aktivitas merupakan suatu skill tersendiri yang perlu mendapat perhatian khusus dari manajemen.

Sayangnya, kebahagiaan di tempat kerja sering kali diabaikan, seakan-akan kantor hanyalah tempat mencari sesuap nasi. Padahal, kondisi mental terbaik diberikan di kantor, sedangkan di rumah umumnya kondisi telah menurun dan fisik telah cukup lelah. Kebahagiaan di tempat kerja akan terbawa ke rumah dan sebaliknya sehingga mempengaruhi tingkat kebahagiaan keluarga.

Jadi, kebahagiaan di kedua tempat tersebut sama pentingnya dan perlu diperjuangkan.

Sebagai individu, kita punya tanggung jawab untuk memberi makna hidup agar kebahagiaan dari dalam dapat dirasakan. Ini biasanya diawali dengan peta hidup (road map) tentang gol-gol yang hendak dicapai. Selain itu, lingkungan kerja yang positif dan kondusif untuk kemajuan merupakan faktor penentu kebahagiaan eksternal.

Unsur internal dan eksternal ini saling mempengaruhi kondisi mental dan emosi.

Dengan kondisi mental dan emosi yang positif, selain ada rasa bahagia dan tenang tenteram, produktivitas jadi meningkat dan kualitas output juga lebih baik karena fokus kerja semakin tajam. Fokus dan manajemen waktu yang baik merupakan dua syarat keberhasilan kerja tim.

Sebagai manager dan subordinat, Anda punya andil dalam menciptakan kebahagiaan kantor. Enam elemen penting untuk menciptakan lingkungan kerja positif, kondusif, dan progresif.

Pertama, ekualitas dan kepekaan gender.
Latih kepekaan akan ekualitas dan gender. Setiap anggota tim sama-sama dihargai terlepas dari posisinya dalam perusahaan dan tim. Suku, agama, etnisitas, dan orientasi seksual bukanlah obyek untuk ditertawakan dan bahan untuk difitnah.

Guyonan dan ucapan-ucapan perlu dijaga agar tidak menyinggung perbedaan-perbedaan di atas, gender dan orientasi seksual. Di Amerika Serikat, peringatan untuk guyonan-guyonan seksis di tempat kerja diberikan dua kali. Ketiga kalinya bisa saja diberhentikan karena ini merupakan salah satu bentuk sexual harrassment.

Kedua, memberi kesempatan berkembang tanpa pandang bulu.
Sebagai manager, berikan kesempatan berkembang kepada setiap subordinat tanpa pandang bulu. Sepanjang usahanya jelas dan outputnya sesuai standar kualitas, tidak ada alasan untuk menjegal atau menghambatnya. Berikan dukungan dengan berbagai bentuk, termasuk penggunaan kalimat-kalimat positif yang memotivasi dan menginspirasi.

Ketiga, transparan dan parameter jelas.
Setiap aktivitas, tugas, dan milestone hendaknya transparan dengan parameter jelas. Tujuannya agar eksekusi berjalan semestinya dan output dapat dipertanggungjawabkan. Definisi, deskripsi, dan budget hendaknya dapat dipertanyakan dengan leluasa agar terjadi check and balance organik.

Keempat, terbuka untuk negosiasi.
Beri kesempatan untuk bagi setiap anggota tim untuk bernegosiasi dengan argumen-argumen yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Jangan saling menyalahkan dan melempar batu sembunyi tangan. Akui kesalahan dan beranikan diri untuk menyatakan pendapat untuk mendapatkan sesuatu. Ini untuk menghindari manajemen otoriter yang tidak demokratis dan mengganggu progres.

Kelima, komunikasi terbuka vertikal dan horizontal.
Komunikasi terbuka antara atasan dan bawahan, serta antar para manager dan para anggota tim akan membantu eksekusi sehingga berbagai resiko dapat diperkecil atau bahkan diminimalkan. Walaupun terkadang bentuk komunikasi tampak hanya seperti ngobrol-ngobrol santai, bedakan substansi dengan gaya penyampaian. Substansi yang disampaikan lebih penting daripada gaya penyampaian.

Keenam, membangun harmoni dengan penerimaan dan keterbukaan.
Penerimaan (acceptance) dan keterbukaan (openness) memberi kesempatan bagi harmoni dan sinergi untuk terjalin. Setiap tim membutuhkan harmoni agar proses eksekusi bermuara kepada produktivitas dan output sehat. Lingkungan kerja yang harmonis dengan sendirinya memberikan rasa nyaman dan fokus.

Sebagai makhluk berpikir dan bersosial, manusia membutuhkan tempat di mana ia merasa diterima, dihargai, tidak dilecehkan, dan mampu berkomunikasi dan bernegosiasi tanpa rasa takut. Inilah ciri-ciri lingkungan positif yang sangat menentukan kebahagiaan di tempat kerja.

Kenali seperti apa lingkungan kerja Anda, perbaikilah dan optimasikanlah kebahagiaan kerja Anda. Mulai dari diri sendiri, tim, unit kerja, divisi, departemen, hingga ke seluruh organisasi. Selamat mencari positivitas di tempat kerja.[]

KONTAN WEEKLY, 13-19 Februari 2017

Pin It on Pinterest

Share This