Image Source: SuccessStory.com
[Download PDF KONTAN DAILY Jiwa Microsoft Satya Nadella]
oleh Jennie M. Xue
CEO Microsoft Satya Nadella telah bekerja lebih dari 22 tahun ketika ia diangkat sebagai eksekutif nomor satu di sana dan telah menghasilkan miliaran USD selama itu. Ia dikenal berhasil mengubah kultur korporat Microsoft.
Nadella dilahirkan di Hyderabad, India di tahun 1967. Ayahnya adalah seorang pegawai negeri yang ekonom dan ibundanya adalah dosen Bahasa Sansekerta. Pendidikan SMA-nya dienyam di SMU Negeri Begumpet Hyderabad dan Sarjana Insinyur Listrik diraihnya di Manipal Institute of Technology di tahun 1988.
Ia berangkat ke AS untuk studi S2 Ilmu Komputer di University of Wisconsin-Milwaukee dan menerima gelarnya di tahun 1990. Selanjutnya, ia meraih MBA di University of Chicago. Sebelum bergabung dengan Microsoft di 1992, ia bekerja untuk Sun Microsystems.
Nadella mengakui bahwa ia adalah produk dari “American Dream,” yang diawali dengan kekagumannya akan teknologi dan kebijakan imigrasi AS yang kini dinikmatinya hingga menjadi warga negara. Ini semua membuatnya sangat antusias dalam mendukung kebijakan DACA (Deferred Action for Childhood Arrivals).
Dinesh D’Souza, salah satu pundit favorit AS yang juga berasal dari India pernah menulis bahwa hanya di AS-lah seseorang dapat menjadi diri mereka yang terbaik sesuai keahlian masing-masing tanpa dikungkung oleh berbagai stigma kelas sosial dan kasta. Baik Nadella maupun D’Souza sama-sama mengakui persamaan kesempatan (equal opportunity) di AS yang tidak mereka rasakan di India.
Di Microsoft, Nadella melakukan beberapa gebrakan, termasuk pemindahan ke cloud computing, membangun infrastruktur cloud terbesar di dunia, mentranformasi kultur dari client services ke cloud infrastructure and services, dan meningkatkan revenue cloud services ke USD 20,3 miliar dari USD 16,6 miliar. Untuk ini, bonus yang diterimanya di tahun 2016 mencapai USD 18 juta.
Tepat pada tanggal 4 Februari 2014, Nadella ditunjuk sebagai CEO Microsoft menggantikan Steve Ballmer. Pencapaian luar biasa untuk seorang imigran asal India.
Salah satu statement pentingnya sebagai CEO adalah pentingnya posisi perempuan dalam suatu korporasi, sehingga semestinya perempuan tidak perlu minta kenaikan gaji. Sebaliknya, sistem korporasilah yang semestinya tidak mendiskriminasi jender, sehingga kepercayaan penuh dapat dinikmati semua pekerja.
Arah bisnis Microsoft juga semakin mulus semenjak Nadella menjadi CEO. Ia memulai kerja sama dengan Apple, Salesforce, IBM, dan Dropbox. Bahkan ia memulai kampanye “Microsoft ♥ Linux.” Microsoft semakin manusiawi dan sinergistis.
Filosofi bisnis Nadella menggantikan versi Bill Gates. Dulu, Bill Gates berpegang pada “setiap komputer di dunia menggunakan Microsoft.” Kini, ayah dari dua anak berkebutuhan khusus ini berpegang kepada “empowering every person and organization on the planet to achieve more.”
Jelas bedanya, kan? Versi Bill Gates lebih berfokus pada gol temporer, sedangkan versi Nadella merupakan misi jangka panjang.
Standing up to what’s right is fundamental to Microsoft’s progress. Inilah keyakinan Nadella. Microsoft perlu memposisikan diri sebagai salah satu penegak standar dunia. Sebagai CEO dan salah satu pemimpin, ia mengajak semua pemimpin di dunia dalam berbagai skala, untuk turut menegakkan standar kemanusiaan.
Bukunya yang berjudul Hit Refresh sangat sesuai dengan filosofi hidup dan bisnis. Alasannya, terkadang kita perlu tekan tombol “refresh” atau “reload” jika memang telah tiba waktunya. Tidaklah perlu berkecil hati untuk berbuat sesuatu, bahkan memulai kembali karena perubahan itu selalu akan terjadi.
Ada empat mindset penting yang dijalankannya.
One thing that’s constant is change and how one copes, deals, and thrives with it. Perubahan akan selalu ada, jadi biasakan diri untuk menghadai, mengatasi dan melampauinya dengan berbagai skill dan kemampuan beradaptasi.
You’ve got to be bold and right. If you’re not bold, you wouldn’t do much of anything. If you’re not right, you’d be dead. Beranilah untuk berbeda dan menunjukkan apa yang benar. Tanpa keberanian, tidak bisa mencapai apapun. Tanpa menjadi pihak yang benar, sulit untuk menang.
Be present. Be confident. Hadirlah dan percayalah akan kemampuan diri sendiri. Yang dimaksud dengan “hadir” di sini bukan hanya fisik, namun secara pikiran, mental, dan emosi. Dengan hadir, kita selalu ditempa oleh situasi sehingga mampu mengenali kemampuan diri sendiri.
At last, be empathetic. Inovasi hanya dapat dijalankan apabila kita memiliki empati terhadap konsumen. Apa sih sebenarnya yang dibutuhkan customer? Pandanglah dunia dari kaca mata mereka, bukan semata dari perspektif bisnis berprofit tebal.
Akhir kata, Microsoft semakin dewasa dalam berbisnis dan memposisikan diri di dunia. Dunia yang semakin chaotic ini membutuhkan CEO-CEO dengan EQ dan humanisme tinggi seperti Satya Nadella. Semoga Indonesia mempunyai semakin banyak CEO seperti dia.[]
KONTAN DAILY, Jumat, 27 Oktober 2017