Select Page

Image Source: LonelyPlanet.com

[Download PDF KONTAN DAILY Jalan-Jalan Lonely Planet]

oleh Jennie M. Xue

Pasangan hippy Maureen dan Tony Wheeler memulai petualangan mereka di tahun 1972. Hubungan mereka berdua diawali dengan kencan pertama yang diwarnai dengan “tersesat” di jalan. Setahun kemudian mereka menikah.

Di masa itu, gaya hidup para hippy sangat mendominasi. Kultur anti kemapanan, anti perang, lagu-lagu The Beatles, dan hidup nomadis mewarnai perjalanan dengan mobil tua mereka. Inilah awal bisnis Lonely Planet yang merajai buku-buku perjalanan wisata dunia.

Tampaknya hobi berwisata mereka menyatukan hati dan pikiran, yang kemudian berkembang menjadi bisnis “serba kebetulan.” Dimulai dari ide bisnis hingga ekspansi bisnis, faktor “kebetulan” mewarnai setiap langkah yang diambil.

Petualangan mereka dimulai di London ke arah timur. Tibalah mereka di Afghanistan, India, dan Thailand. Dengan membawa biaya awal hanya 400 poundsterling, mereka berkeliling dunia selama tiga tahun. Selama itu, mereka tinggal di tenda camping, tidak di kamar hotel. Mereka juga melakukan “hitchhiking” alias “menebeng” setiap kali ada kesempatan.

Edisi pertama “Across Asian on the Cheap” setebal 96 halaman dijual seharga AUD 1,80. Isinya mencakup negara-negara yang pernah mereka kunjungi, yang termasuk seluruh Asia. Toko-toko buku membeli puluhan hingga ratusan kopi dan fulfillment dilakukan via pos.

Big break pertama mereka terjadi ketika edisi pertama ditawarkan kepada sebuah toko buku. Ternyata, pemilik toko buku berteman baik dengan seorang jurnalis televisi yang sedang mencari narasumber untuk diwawancarai. Wawancara “kebetulan” tersebut merupakan publikasi penting.

Nama Lonely Planet sendiri terinspirasi dari lagi soundtrack Space Captain yang dinyanyikan oleh Joe Cocker. Bunyinya, “.. travelling across the sky, this lovely planet..” Suatu inspirasi nama yang sangat mengena dan “kebetulan.” “Lovely planet” dipelesetkan menjadi “lonely planet.”

Bisnis Lonely Planet sendiri bergerak bertahap dan serba “kebetulan.” Satu “kebetulan” penting yang membangun momentum terjadi ketika Tony berhasil menjual 1.000 kopi edisi perjalanan Asia Tenggara “Southeast Asia on a Shoestring” kepada sebuah toko buku di Singapura. Ini mencakup 20 persen oplah mereka saat itu.

Setelah itu, penjualan sebesar ribuan kopi bergulir otomatis. Mereka juga menerima banyak ide untuk edisi-edisi berikutnya dari para penjual dan pembaca buku. Bahkan para pembaca yang juga petualang menawarkan diri untuk menuliskan edisi-edisi lainnya, seperti Amerika Selatan, Eropa, dan lainnya.

Di tahun pertama mereka membangun bisnis, Maureen masih bekerja full-time dan Tony menuliskan buku-buku tersebut. Mereka masih belum yakin apakah bisnis ini dapat berjalan dengan baik. Semua ditangani berdua dan berbagai “kebetulan” menjadi sumber semangat tempur mereka.

Turning point masif terjadi ketika edisi India diriset di tahun 1980 dengan dua tim. Salah satu tim adalah mereka berdua dengan Maureen yang tengah hamil. Trek keliling India dilakukan dalam 5 bulan.

Di setiap tempat wisata, mereka mengumpulkan brosur dan pamflet untuk dirangkum dan ditulis dengan narasi beropini khas Lonely Planet. Edisi India setebal 700 halaman tersebut dijual seharga AUD 12 dan berhasil terjual 100.000 kopi.

Di masa itu, belum pernah ada buku wisata yang demikian lengkap mengenai India. Mengingat demikian besar minat dunia, terutama para hippy tentang India di akhir tahun 1970an, jadilah omzet dari edisi tersebut sebesar AUD 1.200.000. Luar biasa.

Di tahun 1980an, Lonely Planet telah mencapai maturitas dengan oplah jutaan kopi. Edisi Eropa menandai maturitas ini dengan semakin profesionalnya manajemen dan para penulis yang terlibat. Para pembaca pun sangat mendukung dan bahkan “tergila-gila.” Di tahun 1984, kantor California di kota Oakland diresmikan dan di tahun 1994, acara televisi Lonely Planet dimulai.

Namun masa suram dimulai ketika 9/11 terjadi di tahun 2001. Saat itu, Lonely Planet sedang melakukan ekspansi besar-besaran dengan program televisi dan digitalisasi. Kolaps tampaknya tidak terhindarkan.

Di tahun 2007, BBC mengakuisisi 75 persen saham Lonely Planet sebesar £350 juta. Di tahun 2013, miliarder Brad Kelley mengakuisisi di bawah harga pasar dari BBC sebesar USD 77 juta (senilai £45.5 juta), padahal nilai sebenarnya USD250 juta ketika ditaksir di tahun 2008.

Kini Lonely Planet masih dapat kita nikmati dengan berbagai buku cetak, ebook, seri televisi, dan aplikasi smartphone iPhone dan Android. Lonely Planet masih bervisi dan bertema sama, namun dijalankan oleh tim manajemen berbeda dan semakin “bergaya korporasi.”

Konklusinya, sebuah bisnis rumahan dapat menjulang menjadi merek internasional dengan konsep yang tepat dan timing yang tepat. Visi Maureen dan Tony yang menangkap tren para hippy mengunjungi India sangat mudah dijual di tahun 1970an. Resourcefulness merupakan kata kunci kesuksesan mereka. Planet Bumi kini tidak lagi kesepian dengan buku-buku mereka.[]

KONTAN DAILY, Jumat, 12 Agustus 2017

Pin It on Pinterest

Share This