Select Page

Kontan

Download KONTAN Daily Intrapreneurship

oleh Jennie M. Xue

Intrapreneurship mungkin merupakan istilah baru, namun sesungguhnya bukan konsep baru. Sebagaimana entrepreneurship yang lebih dulu popular dan sinonim dengan “wirausahawan,” maka intrapreneurship memiliki arti yang mirip. Sama-sama mempunyai unsur kewirausahaan namun lebih berfokus kepada aktivitas-aktivitas di dalam perusahaan.

Kalau  seorang wirausahawan/wati mempunyai kepekaan tinggi akan berbagai kesempatan yang siap untuk diraih, demikian pula para intrapreneur. Baik seorang entrepreneur maupun intrapreneur sama-sama siap menjemput perbaikan di dalam perusahaan sendiri maupun dalam hubungan dengan para stakeholders, seperti para suppliers.

Para intrapreneur mempunyai rasa kepemilikan tinggi atas perusahaan. Mereka mengganggap apa yang mereka kerjakan adalah milik mereka sendiri, walaupun sesungguhnya mereka bekerja untuk para pemegang saham. Hasil akhir yang memuaskan dari mempekerjakan mereka adalah tingginya growth dan keuntungan bisnis. 

Kelebihan para intrapreneur selain rasa kepemilikan adalah loyalitas yang tidak mengutamakan akuisisi kekayaan pribadi, namun mempunyai persepsi yang jitu dalam mengamati berbagai kesempatan di dalam dan di luar perusahaan. Para pegawai yang berjiwa intrapreneur ini memang tidak banyak di dalam populasi.

Untuk itu, manajemen sebaiknya mampu untuk membedakan yang berlian asli dari yang hanya cubic zirconia. Berbagai bentuk penghargaan yang meninggikan loyalitas dan semangat kerja mereka, seperti bonus-bonus yang berharga dan tinggi nilainya merupakan pilihan yang baik. 

Di kalangan generasi muda milenial, intrapreneurship bisa sangat terasa terutama di lingkungan kerja yang sangat kondusif akan ide-ide kreatif. Mereka memiliki kemampuan berwirausaha yang mungkin jauh lebih baik daripada generasi-generasi sebelumnya, mengingat mereka dilahirkan di era free agent tanpa batas di dunia yang telah rata (flat). 

Para intrapreneur memiliki skill “menjual” ide mereka ke manajemen. Ini berbeda dengan para wirausahawan yang memiliki akses ke kapital mereka sendiri. Mereka tidak perlu “menjual” ide agar disetujui. Para intrapreneur bertanggung jawab atas ide-ide mereka dari awal hingga produksi dan pendistribusian.

Dengan demikian, seorang intrapreneur mempunyai banyak keterbatasan dalam bergerak. Bayangkan bagaimana mudahnya mereka bergerak apabila mereka mempunyai kebebasan dalam penggunaan kapital. Mereka bisa menjadi wirausahawan yang tahu luar dalam proses pengembangan produk dan perusahaan ketika mereka perlu mendirikan dan mengerjakan sendiri bisnis mereka sendiri. 

Bagi perusahaan-perusahaan yang selalu bergerak progresif dan tidak henti-hentinya berinovasi, para intrapreneur memberikan kontribusi yang luar biasa berharga. 3M dan GE, misalnya mengundang banyak tenaga muda sebagai tradisi pembaruan “kewirausahaan internal” mereka. 

Di Silicon Valley,  para milenial jelas mempunyai porsi yang sangat besar. Google, Apple, Cisco, Yahoo! dan para raksasa maupun startup dotcom dan IT jelas membutuhkan para intrapreneur sebagai penggerak motor inovasi. Mungkin setiap milenial bermimpi bekerja di Google dan Apple, namun sesungguhnya mereka bisa memulai karir dengan semangat intrapreneurship di mana saja.

Ketika Texas Instruments mempelajari 50 produk-produk barunya, setiap produk yang gagal mempunyai persamaan, yaitu tidak ada masukan dan komentar dari para intrapreneur. Selain memotori inovasi dengan berbagai ide, fungsi mereka juga memberikan masukan dan komentar dari berbagai perubahan baik sederhana maupun kompleks dalam bentuk produk maupun perbaikan sistem manajemen baru. 

Era Informasi yang sangat cepat kilat berlalu, membuat banyak hal kadaluwarsa secara prematur. Di sini peran para intrapreneur menjadi jembatan dari apa yang terjadi sekarang dengan apa yang terjadi di masa depan, serta bagaimana produk-produk yang sedang tren bisa saja menguap dalam sekejap.

Facebook saja sudah mengalami masa kemunduran yang berarti. Dalam beberapa tahun terakhir, ia melambung tinggi, namun tampaknya belum ada revenue model yang cukup memadai. Idealnya, para intrapreneur mampu untuk membaca masa depan dengan berbagai kelebihan mereka. 

John F. Kennedy pernah berkata bahwa ia ingin manusia bisa berjalan di permukaan bulan di akhir dekade 1960an. Ternyata ini tercapai. JFK adalah seorang pemimpin visioner dan memiliki kebanggaan akan bangsa Amerika yang tinggi. Dalam perusahaan, mereka dikenal sebagai “intrapreneur,” yang merupakan gabungan antara seorang pemimpin, seorang visioner, seorang inovator, seorang pemikir, dan seorang penjemput ide-ide dan kesempatan-kesempatan baru.[]

KONTAN Daily, Jumat 21 Februari 2014

Pin It on Pinterest

Share This