Select Page

Kontan

Download KONTAN Daily Inovasi Bukanlah Mitos

oleh Jennie S. Bev, Santa Clara

Jalan-jalan
di Jakarta hampir sama saja dari tahun ke tahun, hanya bertambah padat, hingar
bingar, dan semrawut. Demikian pula bisnis-bisnis raksasa di tanah air.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengagumkan sesungguhnya merupakan
konsekuensi logis dari pertumbuhan penduduk yang luar biasa tinggi. Bukan
bersumber dari inovasi luar biasa yang mengguncangkan.

Bahkan
kata “inovasi” sendiri kurang mempunyai greget, seakan-akan hanya istilah
“bombastis” belaka. Seorang inovator tidak perlu menjadi inventor, alias
“penemu.” Anda bisa melakukan inovasi hanya dengan mengubah sesuatu, dari
teknis, bentuk, konsep, fungsi, dan tambahan-tambahan lainnya. 

Fareed
Zakaria pernah berkata bahwa cara paling jitu untuk ke luar dari keterpurukan
ekonomi adalah melalui inovasi. Bagi para penemu dan periset, kata “inovasi”
bermuatan perubahan-perubahan teknis yang signifikan. 

Beberapa
kerangka inovasi yang bisa diterapkan saat ini juga: menambah fungsi, menambah
efisiensi, menambah bentuk dan penampilan, menambah fungsi ergonomis suatu
produk, dan menambah unsur keamanan penggunaan. Kerangka-kerangka lain yang
bisa dipakai antara lain: faktor biaya, faktor fungsional, dan faktor-faktor
gabungan.

Inovasi
bisa dikategorikan berdasarkan lama penggunaan: permanen atau sementara.
Inovasi permanen bahkan bisa menggantikan fungsi-fungsi dari produk-produk
sebelumnya, seperti email dalam bentuk PDF sudah menggantikan fungsi fax.
Microwave untuk menghangatkan makanan sudah menggantikan fungsi kompor. MP3
player sudah menggantikan fungsi CD.

Inovasi
sementara biasanya bersumber dari tren sesaat, walaupun bisa saja suatu tren
bisa menjadi perubahan jangka panjang. Sudah saatnya bepergian dibatasi
mengingat video conference meeting
sudah lazim untuk rapat-rapat antar negara. Bahkan presentasi-presentasi pun
sudah bisa menggunakan video conferencing
berbentuk hologram, sehingga bisa menyaksikan dengan kasat mata kehadiran
seseorang dalam tiga dimensi. Sebuah stasiun TV di AS pernah menggunakan
teknologi ini ketika meliput perhitungan suara pemilihan presiden yang lalu.

Inovasi
dalam workflow dan manajemen sendiri
sering kali diabaikan mengingat perubahan merupakan sesuatu yang menakutkan
bagi banyak pihak. Manajemen Perubahan (Change
Management
) sendiri merupakan satu topik khusus yang penuh dengan mitos dan
miskonsepsi.

Dalam
proses kreatif, selain proses saintifik, memulai suatu inovasi membutuhkan
suatu dorongan ekstra. Dorongan ini bisa diartikan oleh awam sebagai “ilham.”
Nah, di mana bisa dicari? Metode yang digunakan bisa dengan transposisi, efek
afektif yang dirasakan ketika menggunakan suatu produk, serta mengikutsertakan
peran langsung konsumen. 

Metode
transposisi artinya manggabungkan produk atau kondisi yang ingin diubah dengan
menggabungkan berbagai fenomena yang ada. Misalnya, hubungkanlah komputer
laptop dengan buah yang telah dipetik. Semasa laptop komputer belum bisa lepas
dari kabel alias belum ada wifi, maka
ia diibaratkan buah yang masih menggantung di pohonnya. Sekarang laptop bisa
berinternet ria tanpa kabel, seperti buah yang sudah dipetik dari pohonnya.

Berbagai
“momen aha!” bisa serta-merta dirasakan inovator sepanjang ia peka akan
lingkungan dan menyadari kelebihan-kelebihan setiap fenomena. Perusahaan yang
inovatif lebih disegani kompetitor walaupun ia mungkin bukan first mover alias perusahaan pertama
yang memperkenalkan suatu produk atau sistem. Memang sebagai first mover ada beberapa kelebihan dan
keuntungan nyata, namun ini bukanlah keharusan.

Sebagai
contoh, Samsung Galaxy bukan pemain smartphone yang pertama, namun di pasar
Asia ia telah mendominasi. Berbagai produk yang laris keras di Indonesia dan
merupakan produk asal AS, misalnya, belum tentu dikenal di negara asalnya. Ada
beberapa produk AS yang dijual secara direct
selling
di Indonesia sebenarnya bukan produk ternama. Namun keberanian
mereka to go global patut diberi
jempol. 

Inovasi
bisa dilakukan dengan mengenali kemauan pasar dan kemampuan daya beli pasar.
Selain itu, memperkenalkan fungsi-fungsi baru dan kelebihan-kelebihan suatu
produk yang sebelumnya tidak terpikirkan bisa jadi membuka pasar baru yang
lebih besar.

Bagi
wirausahawan kecil, mungkin kata “inovasi” masih menjadi momok, mengingat
sumber daya dan kapital yang terbatas. Perlu diingat bahwa keberanian mencoba
sesuatu yang baru merupakan definisi paling sederhana dari “inovasi.” Intinya
adalah mencoba terus tanpa menyerah. Inovasi juga mempunyai arti “bermotivasi
untuk mengubah jadi lebih baik.” Selamat mengamati dan mencoba.[]

KONTAN Daily, Jumat, 10 Mei 2013

Pin It on Pinterest

Share This