Select Page

owl-450

Kontan Logo

[Download PDF KONTAN Weekly Informasi dan Wisdom]

oleh Jennie M. Xue

Informasi adalah raja. Bagaimana dengan pengetahuan dan wisdom? Informasi mempunyai banyak bentuk, yang paling umum adalah data dan deskripsi atau eksposisi. Pengetahuan adalah informasi yang telah mempunyai fungsi tertentu. Sedangkan wisdom merupakan pengetahuan yang digunakan untuk kebaikan dan hal-hal positif.

Tentu saja “kebaikan” dan “positivitas” bersifat relatif, sehingga seorang pemimpin mafia, misalnya, mengganggap kelompok mereka adalah “goodfellas,” alias “orang-orang baik.” Jadi, wisdom mempunyai spektrum warna yang sangat beragam dan sebaiknya Anda tidak terpaku akan satu “kebaikan” dan “positivitas” belaka.

Ketika “wisdom” hanya boleh diartikan secara absolut dalam satu interpretasi, ini dikenal sebagai “dogmatik.” Jangan terjerat oleh dogma, mendiang Steve Jobs pernah berujar. Kita hanya hidup sekali, maka jadilah versi terbaik akan diri Anda. Kali ini dan sekali ini saja.

Dalam Bahasa Indonesia, “wisdom” seringkali diterjemahkan menjadi “kebijaksanaan.” Jangan bergidik dulu ketika membaca terminologi ini. Ini bukan filsafat ala Plato, Sokrates, maupun Aristoteles. Juga bukan “kebijaksanaan praktis” ala Mario Teguh, Andrie Wongso, dan para motivator yang tidak berdasarkan ilmu pengetahuan, namun berdasarkan “street smart.”

Wisdom dalam bisnis merupakan kemampuan mentransfer informasi dan pengetahuan sedemikian rupa sehingga semangat dan spirit seorang thought leader tersampaikan dengan baik. Dengan harapan dapat tumbuh kembang di lingkungan yang baru.

Warren Buffett mengajarkan value investing kepada para investor muda dengan spiritnya sendiri yang khas dari thought leader lainnya. Entrepreneurship ala Elon Musk juga jelas berbeda dengan entrepreneurship Ir. Ciputra dan paman Anda, misalnya.

Setiap individu, baik yang telah diakui sebagai thought leader maupun yang “biasa-biasa saja,” mempunyai gaya kerja dan pandangan-pandangan tersendiri tentang dunia dan dunia bisnis. “Sidik jari” unik setiap individu ini merupakan “wisdom” yang istimewa.

Ketika membaca, mendengar, dan menyimak, perhatikan apa yang sedang Anda cerna. Informasi? Pengetahuan? Wisdom?

Buku-buku ilmiah terbatas pada informasi dan pengetahuan, karena dua ini mempunyai obyektivitas tinggi, walaupun margin of error dan deviasi pasti masih ada. Wisdom mempunyai elemen pengalaman dan opini yang subyektif.

Dalam percakapan sehari-hari orang awam (non-intelektual), biasanya yang kita dengar adalah opini. Mereka yang berbobot baik karena pendidikan yang cukup tinggi maupun pengalaman hidup dan kerja unik dan istimewa, biasanya mempunyai opini yang sarat akan wisdom.

Namun tidak semua orang mempunyai skill untuk bisa membedakan mana yang opini, mana yang informasi, mana yang pengetahuan, dan mana yang wisdom.

Ini merupakan tantangan dunia pendidikan Indonesia untuk mengajarkan bagaimana membedakan keempatnya. Mereka yang mampu membedakan dengan baik akan semakin sulit untuk ditipu, dihasut, difitnah, dan dicelakai dengan kata-kata.

Seorang pebisnis ulung mengerti dengan baik bagaimana membangun opini dengan menggunakan informasi, pengetahuan, dan wisdom.

Salah satu studi kasus yang menarik dalam kepiawaian berkomunikasi adalah keluarga Kardashian-Jenner yang terdiri dari Kris Jenner, Bruce Jenner (sekarang sebagai “Caitlyn Jenner”), Kourtney Kardashian, Kim Kardashian, Khloe Kardashian, Kendall Jenner, dan Kylie Jenner. Ternyata, gaya komunikasi “biasa-biasa saja” itulah yang berkemampuan luar biasa dalam menggalang pemirsa dan pengikut sosial media (follower) yang bermuara kepada pengaruh yang luar biasa terhadap pop culture (kultur pop dunia) dan daya jual merek-merek derivatif mereka.

Di mana wisdom The Kardashians? Nilai-nilai penghargaan secara elegan terhadap keluarga, sahabat, dan seni (fashion, musik, dll). Dengan informasi yang dihadirkan secara visual dan auditori dalam bentuk video TV show mereka, segala bentuk publisitas (good and bad publicity) merupakan sarana promosi produk.

Serial TV “I am Cait” yang merupakan salah satu derivatif dari seri “Keeping Up with the Kardashians” mengantarkan pemirsa untuk mengenal kehidupan para perempuan transgender yang diwakili oleh Caitlyn Jenner, sang tokoh ayah Bruce Jenner dalam The Kardashians yang dulu dikenal sebagai pemenang medali emas olimpiade Toronto 1976.

Wisdom kehidupan para transgender dikemas secara menarik dan menghibur sehinngga informasi, pengetahuan, dan opini terasa mengalir dan tidak membosankan. Produk dan bisnis Anda bisa saja disampaikan kepada konsumen dalam bentuk yang inspiratif dan memberikan wisdom kehidupan, sepanjang informasi dan pengetahuan yang disampaikan sahih (valid) dan opininya tidak asal debat kusir.

Kapan masyarakat dan kreator/produser Indonesia mampu menyajikan wisdom tanpa bernuansa condescending (menggurui) dengan gaya feodal, semestinya semakin dekat. Biasakan diri dengan tidak hanya beropini asal cablak. Gunakan informasi dan pengetahuan pada tempatnya.[]

KONTAN Weekly, 30 November – 6 Desember 2015

Pin It on Pinterest

Share This