Select Page

computer-room450

Kontan Logo

[Download PDF KONTAN WEEKLY Independensi dan Bekerja Solo]

oleh Jennie M. Xue

Setiap manusia pasti merasa sendirian dalam kehidupan, terlepas dari hidup dalam keluarga besar, komunitas, maupun yang secara fisik memang sendiri. Ini wajar. Dalam Ilmu Filsafat, ini dikenal sebagai existential loneliness (kesendirian eksistensial).

Dalam dunia kerja, bisa saja Anda merasa “bekerja sendiri” karena anggota tim lainnya hanya berkontribusi sedikit. Bisa juga Anda merasa “sendirian” karena mempunyai ide dan pikiran yang berbeda.

Dalam bisnis, bekerja solo membutuhkan skill dan kekuatan leveraging yang besar. Hard dan soft skill perlu digabung dengan kemampuan memilih anggota tim yang kompeten dalam eksekusi.

Penulis sendiri sering memilih berkarya independen dan tidak terikat dengan apapun, siapapun, dan institusi apapun. Walaupun ini bukanlah gaya kerja yang mudah, namun sangat efektif bagi mereka yang kompeten dalam manajemen waktu dan proyek (project management) serta kapabilitas eksekusi.

Dalam bekerja solo, kejernihan berpikir dengan distraksi minimal dapat dicapai dan ini sangat bernilai untuk jangka panjang. Ini bukan berarti bekerja dengan tim membuat keruh pikiran dan bukan pilihan favorit.

Jika Anda lebih produktif bekerja dalam tim besar, lakukan. Jika Anda lebih produktif bekerja dalam tim sedang dan kecil, pilihlah itu. Penulis sendiri lebih efektif bekerja independen dan solo atau dalam tim kecil yang personal dan saling mengenal dengan baik.

Independensi merupakan pilihan afiliasi, sedangkan kesendirian merupakan bentuknya. Bisa saja seseorang bekerja solo, namun mempunyai banyak afiliasi. Bisa juga seseorang bekerja dalam tim, namun sesungguhnya independen tanpa afiliasi.

Semakin tinggi ketrampilan kita dan semakin kompeten dalam manajemen waktu, sesungguhnya semakin kita independen dan mampu bekerja solo. Ini merupakan indikator kemampuan bekerja (ability) yang sering kali tertutupi oleh berbagai hal.

Baik ketika bekerja solo maupun dengan tim, sesungguhnya banyak hal yang dapat di-leverage di tingkat eksekusi. “Leveraging” artinya bagaimana memaksimalkan output dengan menggunakan apa yang ada dan menggunakan apa yang belum digunakan.

Bagi pekerja solo seperti penulis, teknologi dan Internet sangat membantu. Hampir semua aktivitas dijalankan dengan bantuan otomatisasi, seperti berbagai SaaS dan cloud. Dan dengan bantuan virtual assistant yang kompeten sebagai anggota tim, sebenarnya banyak yang bisa didelegasikan.

Berbagai aktivitas yang dapat di-leverage dengan didelegasikan kepada tim member kompeten dan teknologi.

Satu, mengetuk dan membuka pintu.
Ini membutuhkan kapital kultural dan kapital profiling yang besar, serta dibarengi dengan gaya komunikasi yang sesuai. Ini akan sangat berguna ketika berhubungan dengan para influencer dan thought leader yang punya pengaruh. Kenali beberapa hal yang men-turn off secara instan, baik dalam pertemuan tatap muka maupun via email dan media sosial.

Dua, negosiasi dan bargaining.
Ini perlu diberangi dengan poin pertama. Begitu pintu diketuk dan terbuka, negosiasi dan bargaining dimulai. Skill ini termasuk salah satu yang tersulit, sehingga merupakan salah satu yang paling berharga. Bagaimana seseorang membawakan diri dengan konfiden dan kompeten merupakan kunci sukses atau gagalnya negosiasi.

Tiga, membangun minat (interest).
Ini membutuhkan pitching skill yang jitu. Kemampuan mengajukan permohonan yang menghasilkan produktivitas merupakan ketrampilan langka yang sangat patut dihargai. Kemampuan menggunakan teknologi yang mendukung fungsi ini juga merupakan ketrampilan penting. Skill ini erat hubungannya dengan penggunaan kosa kata.

Empat, membangun proposisi penjualan dan manajemen bisnis.
Ini merupakan aktivitas eksekusi setiap hari mendetil dari A hingga Z. Dari scheduling, penerimaan order, pemenuhan order, stocking, employee rostering, penerimaan tamu, payroll, hingga pembukuan dapat di-leverage dengan teknologi berstandar baik.

Lima, menangani komplain dan problem.
Ini membutuhkan nafas panjang, ketebalan kulit muka, kreativitas berpikir, dan determinasi dalam mengatasi masalah. Bahkan dengan bantuan teknologi terkini sekalipun, masih memerlukan penanganan manusia di balik layar komputer.

Akhir kata, independensi dalam bekerja dan hidup solo bukan merupakan alasan untuk menjatuhkan bola (drop the ball). Ada berbagai cara leverage dengan didelegasikan kepada tim maupun dengan teknologi. Ditunjang dengan kemampuan eksekusi yang baik, segala sesuatu pasti dapat diatasi.[]

KONTAN WEEKLY, 21-27 November 2016

Pin It on Pinterest

Share This