Select Page

[Download PDF KONTAN WEEKLY Hustling dan Pacu Momentum]

oleh Jennie M. Xue

Ketika Anda berada dalam posisi “di antara,” apakah Anda melakukan hustling (hustle) atau settling (settle)? Hustling terjemahan bebasnya adalah terus bergerak, sedangkan settling merupakan kebalikannya, yaitu berdiam diri.

Posisi “di antara,” misalnya ketika berada dalam posisi “di antara” dua pekerjaan alias sedang mencari pekerjaan baru, ketika “di antara” dua bisnis alias sedang mencari ide bisnis baru, atau ketika “di antara” dua proyek alias sedang mencari ide proyek seni baru. Posisi “di antara” ini kadang membingungkan karena terasa vakum.

Jika diikuti, perasaan vakum ini akan menukik ke bawah dan menyebabkan frustasi atau bahkan depresi. Sebaiknya, perasaan vakum ini segera dialihkan dengan melakukan hustling alias terus bergerak.

Ingat hukum fisika ini: F = M X A (Force = Movement X Acceleration) atau Daya = Pergerakan X Percepatan.

Daya alias momentum hanya dapat diperoleh dengan pergerakan yang dikalikan dengan percepatan. Dan ini sesungguhnya merupakan default state diri kita. Sebagai makhluk biologis, sistem organ fisik kita tidak pernah berhenti bergerak dan secara psikis kita selalu mengalir.

Dengan berdiam diri (settling), sebenarnya kita mengalami kemunduran. Bayangkan saja, ketika setiap sel di dalam tubuh kita bergerak dan berubah setiap saat secara otomatis, semestinya kita juga bergerak terus secara sadar.

Dengan bergerak secara sadar, kita dapat membangun kembali momentum ketika mengalami masa-masa vakum yang membingungkan. Bagaimana bisa terus bergerak ketika kondisi vakum menyebabkan rasa gelisah dan frustasi?

Pertama, kenali bahwa setiap individu mempunyai kemampuan untuk bergerak terus dengan semangat bekerja keras dan cerdas. Bahwa setiap individu mau enak sendiri dan hidup santai tanpa kerja hanyalah mitos belaka.

Kenali dan akui bahwa sejak bayi, kita telah terbiasa hidup dengan merespons lingkungan. Tanpa kecerdasan dan kegigihan, mustahil Anda si bayi dapat tumbuh dewasa hingga membaca artikel ini.

Kedua, dengan bergerak terus, kita membangun realitas personal. Realitas setiap orang berbeda. Apa yang Anda akui, belum tentu saya temukan. Jadi, apapun gol Anda, itu merupakan akar realitas di kemudian hari.

Ada yang punya gol luar biasa seperti menjadi seorang presiden, namun ada yang punya gol sederhana seperti menjadi seorang guru. Apapun gol Anda, itu terbentuk dan akan terus membentuk realitas personal.

Ketiga, berpikir besar memberi kesempatan belajar dari kesalahan-kesalahan awal dan kecil. Bayangkan begini: ketika membangun konstruksi besar, setiap agregat aktivitas pasti punya konsekuensi dan resiko tersendiri. Salah satunya adalah berbuat kesalahan.

Jangan takut berbuat salah. Sebaliknya, berterima kasihlah kepada setiap kesalahan. Karena ia membantu pemahaman akan apa yang patut dan tidak patut dilakukan. Setiap kesalahan adalah anak tangga dalam tangga melingkar menuju gol dalam realitas personal.

Keempat, fokus akan setiap agregat gol dengan hati gembira dan pikiran positif. “Gembira” di sini merupakan terjemahan bebas dari “joy” dan “joyful.” Bukan berarti Anda perlu tertawa terbahak-bahak setiap hari, namun merupakan default state positif yang stabil dan produktif.

Kenali “default state” optimal Anda yang membawa kondisi pikiran ke dalam suasana yang paling produktif. Penulis selalu mempertahankan default state tersebut, sehingga kualitas dan kuantitas produktivitas cukup membanggakan. Ini juga membangun ambians positif setiap hari.

Mengenali “default state” optimal memerlukan skill tersendiri, yaitu mengenali kondisi fisik dan psikis, termasuk emosi dan kesehatan mental. Setiap orang tidak sama, mengingat ada 16 tipe personalitas menurut Myers-Briggs Type Indicator.

Misalnya, seorang introvert yang mengandalkan sumber energi dari dalam diri memerlukan lebih banyak waktu recharging baterai dengan melakukan aktivitas-aktivitas relaksasi seorang diri. Seorang ekstrovert yang sumber energinya berasal dari luar diri memerlukan lebih banyak waktu beraktivitas di luar rumah atau bersosial yang membawa relaksasi.

Akhir kata, setiap periode vakum di antara dua kondisi personal “besar” merupakan kesempatan emas untuk memperbaiki diri. Lakukan hustle. Bukan settle.

Dengan terus bergerak secara mental, Anda mengikuti derap irama biologis dan alam. Karena kita semua merupakan bagian dari alam, semodern apapun itu. Dengan derap itulah, momentum terbangun yang siap melontarkan Anda ke destinasi.[]

KONTAN WEEKLY, 6-12 Maret 2017

Pin It on Pinterest

Share This