[Download PDF KONTAN WEEKLY Harapan adalah Pilihan]
oleh Jennie M. Xue
Lingkungan luar cukup banyak mempengaruhi perasaaan punya harapan atau tidak. Sesungguhnya, hingga kapan pun, kita punya pilihan untuk punya harapan. Bahkan ketika lingkungan sangat negatif dan pesimis.
Penulis ingat ketika sungai-sungai di Jakarta masih sangat penuh dengan sampah besar-besar, bahkan lemari pakaian dan kursi bekas pun ada. Saat itu, Jakarta adalah tong sampah besar yang luar biasa jorok tiada tara.
Ternyata, dengan usaha sungguh-sungguh dari Pemda DKI, sampah di Jakarta bisa diatasi. Padahal, penulis pernah bertanya kepada beberapa orang alias “survei” kecil-kecilan: Bisakah Jakarta bebas sampah? Jawaban mereka mengecilkan hati dan pesimis. Tidak bisa, katanya.
Jika Anda termasuk salah satu yang cukup pesimis dengan kondisi politik saat ini, sadari bahwa menjadi hopeless atau hopeful adalah pilihan. Dengan hopefulness (penuh pengharapan), maka perubahan baru dapat dilakukan, karena “hope” adalah kereta yang membawa suasana kerja positif. Dan positivitas ini sangat penting dalam eksekusi apapun.
Lingkungan luar sangat mempengaruhi suara hati. Padahal, sesungguhnya, suara dari dalam ini yang mempengaruhi lingkungan luar.
Baca dua kalimat di atas sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Pikirkan baik-baik. Luar biasa, bukan?
Ketika kita punya suara hati tertentu, itulah yang akan memprogram pikiran sehingga lingkungan luar pun berubah. James Allen dan Alan Watts menyebut ini kekuatan pikiran.
Pikiran kitalah yang menentukan apakah hidup kita baik atau buruk. Apakah kita punya harapan atau tidak. Apakah kita hidup berkelimpahan atau berkekurangan.
Behavioral management menunjukkan bahwa suasana positif, alias penuh harapan, dapat membangun semangat perubahan. Sehingga bekerja lebih giat, produktif dan fokus, sehingga hasilnya lebih baik.
Dalam konteks bisnis dan bekerja di kantor, bagaimana ini diterapkan?
Pertama, akui dengan sungguh-sungguh bahwa performance ditentukan oleh apa yang kita pikirkan dan pengakuan dari luar dipengaruhi oleh apa yang kita pancarkan dari dalam. Bayangkan mindset ini sebagai jalan tol tanpa batas kecepatan. Semakin mulus dan bebas hambatan, semakin baik.
Kedua, bergeraklah di dalam jalan tol mental Anda. Jangan pedulikan ucapan-ucapan negatif di sekitar Anda. Ingat bahwa semua perubahan bersumber dari dalam diri. Tidak pernah dari luar diri. Anda berprestasi atau tidak dan bahagia atau tidak, tentu lebih dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan sendiri daripada lingkungan luar.
Ketiga, ketika lingkungan luar negatif, jadilah semakin positif. Tentu ini memerlukan latihan setiap hari secara afirmatif dan spiritual. Setiap doa yang diucapkan hendaklah doa-doa positif, bukan yang mencelakakan siapapun, termasuk para rival dan musuh.
Keempat, isi pikiran dan hati dengan kasih. Kasihi diri Anda sepenuh mungkin. Dengan mengasihi diri secara penuh, barulah kelimpahan kasih dapat dinikmati oleh orang-orang di sekitar Anda. Jadilah sahabat yang baik bagi diri sendiri dengan tidak mengecilkan hati maupun berpikir negatif tentang diri sendiri dan orang lain.
Kelima, bangkitkan diri nan positif dengan mendinginkan hati yang cepat panas. Beri jeda sampai hitungan ke-8 sebelum menjawab atau mengomentari sesuatu. Beberapa detik ini sangat berguna untuk memikirkan kembali beberapa alternatif ucapan.
Keenam, pikiran, perasaan, dan ucapan hendaknya identik. Jika Anda menganggap diri “orang baik,” maka pikiran, perasaan, dan perkataan hendaknya juga baik dan positif. Dengan demikian, tidak ada konflik antara positif dan negatif di dalam diri, sehingga yang terpancar ke luar positif juga.
Ingat, harapan adalah pikiran positif. Dan pikiran positif inilah yang memotori perubahan dengan memberikan berbagai solusi. Pikiran negatif selain tidak produktif, juga tidak memberi solusi apapun. Pikiran negatif hanya menyebabkan panik dan rasa pesimis belaka.
Albert Einstein berkata, “We cannot solve our problems with the same thinking we used when we created them.” Kita tidak dapat menyelesaikan masalah dengan pemikiran yang sama ketika membuat masalah tersebut.
Dengan pikiran negatif, bisakah suatu problem (negatif) diselesaikan? Tidak bisa. Kita perlu pikiran positif untuk itu. Dan ini mudah didapat: cari di dalam suara hati. Positivitas dan harapan ada di sana.
Harapan adalah pilihan. Demikian pula miliaran pikiran kita lainnya. Kita dapat memilih untuk berpikir seperti apa. Dan itulah yang akan menjadi realita kita. Ayo, kita berharap dan bekerja dengan mindset positif.[]
KONTAN WEEKLY, 29 Mei – 4 Juni 2017