Select Page


[Download PDF KONTAN Great Displacement dan Masa Depan]

oleh Jennie M. Xue

Sebagai konsultan di San Jose, dalam beberapa minggu ini saya berkecimpung dalam dunia “masa depan” alias futuristik. Terlihat dengan jelas seperti apa masa depan dunia, karena faktanya cukup banyak teknologi yang dilahirkan di Silicon Valley ini.

Sebagai contoh, sepanjang mata memandang, otomobil Tesla bertenaga listrik berseliweran. Kultur aplikasi smartphone juga “memaksa” kita untuk melek cashless saat ini juga.

Jadilah mata uang kertas dan koin semakin terasa “asing” dan hanya memenuhi dompet belaka. Segala sesuatu yang analog semakin terasa kadaluwarsa.

Kasir-kasir self-checkout juga telah semakin mendominasi toko-toko retail, sehingga bisa dimengerti mengapa para SPG malah “dirindukan.” Robot dan otomatisasi yang merupakan ciri dari Revolusi Industri 4.0 tampaknya semakin memasuki arus tengah.

Para futuris, termasuk think tank Venture for America, telah mencatat beberapa angka statistik penting tentang masa depan ketenagakerjaan. Tidak seindah yang diharapkan namun bukan distopia yang mengerikan.

Terhitung 2000, sekitar 4 juta pekerjaan manufacturing telah lenyap. Seiring bertambahnya tahun, semakin banyak pekerjaan buruh yang lenyap.

Sedangkan 3 juta pekerjaan supir manusia, termasuk supir aplikasi, akan segera digantikan oleh mobil-mobil tanpa supir (driverless) dalam beberapa tahun di muka. Bahkan berbagai aplikasi telah bermain dengan ide “autonomous car” alias mobil otomatis.

Selain itu, 80 persen pekerjaan buruh akan lenyap total. Hanya 20 persen tersisa untuk posisi-posisi yang tidak lagi tergantikan seperti pengontrol mesin dan robot. Serta QC yang membutuhkan sepasang mata manusia.

Dalam 10 hingga 12 tahun di muka, diprediksikan 30 persen dari tenaga kerja di AS akan digantikan oleh robot, artificial intelligence, dan otomatisasi. Jadilah pengangguran masif akan semakin merajalela.

Kalau 2008 adalah the Great Recession, kemungkinan 2030 adalah the Great Displacement. Saat itu, bisa dipastikan mereka yang mempunyai skill rendah tidak dapat bertahan. Ini di AS.

Bagaimana dengan di Indonesia? Bisakah Indonesia tidak terpengaruh oleh The Great Displacement ini?

Di dalam masyarakat manapun, strata sangat berhubungan dengan pendidikan dan kondisi-kondisi sosial lainnya. Mereka yang mempunyai pendidikan tinggi dan relevan, bisa dipastikan mempunyai akses teknologi dan pelatihan skill yang lebih baik sehingga lebih “tahan banting” dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan.

Satu, setiap teknologi tercanggih kini dapat dalam sekejap ditransplantasi di mana pun, termasuk di Indonesia. Jadi, Indonesia tidak imun dengan the Great Displacement. Namun pemerintah yang tanggap dan peka akan kondisi tak terelakkan ini semestinya mampu memberi alternatif.

Dua, kenali jenis-jenis pekerjaan yang tidak tergantikan oleh otomatisasi. Kuasailah dengan baik sehingga Anda tidak tergantikan baik oleh teknologi maupun sesama manusia. Kecerdasan memelihara dan menjaga merupakan dua lapangan kerja yang masih sulit digantikan oleh otomatisasi.

Tiga, machine learning dan NLP (natural language processing) akan semakin mendekati kemampuan berpikir manusia, namun masih akan selalu ada sisi-sisi tertentu di mana daya pikir manusia lebih superior. Misalnya, aktivitas yang mengandalkan spiritualitas, emosi, dan semangat kemanusiaan akan sangat sulit untuk digantikan oleh teknologi.

Masa depan manusia memang akan sangat tergantung oleh teknologi, apalagi harga semakin menurun. Bisa dipastikan manusia akan sangat tergantung olehnya. Aktivitas repetitif yang sangat tergantung oleh akurasi akan pasti digantikan oleh mesin.

Akhir kata, jadilah semakin memanusia dengan segala atribut yang khas kreatif dan intelektual. Niscaya the Great Displacement akan dilalui dengan tanpa gejolak berarti.[]

Pin It on Pinterest

Share This