[Download PDF KONTAN WEEKLY Gratifikasi Instan]
oleh Jennie M. Xue
Setiap investasi memerlukan waktu untuk membuahkan hasil. Tidak ada investasi yang instan menghasilkan buah. Penulis paham betul setelah lebih dari satu dekade berkecimpung di dalam dunia investasi dan penciptaan HAKI (hak atas kekayaan intelektual). Dan untuk dapat mengoptimasikan kemampuan dalam “investasi” apapun bentuknya, gratifikasi instan perlu diminimalkan.
Menurut penelitian para psikolog, dari dua kelompok anak-anak yang diuji dalam suatu eksperimen, ternyata mereka yang berada dalam kelompok yang “menunda” kesenangan sesaat merupakan kelompok anak-anak yang lebih berhasil secara akademis dan ketika dewasa menjadi manusia yang lebih berarti bagi masyarakat.
Jadi, kunci sukses menurut Ilmu Psikologi adalah pola pikir berkembang (growth mindset) di mana setiap kesalahan merupakan materi pembelajaran dan menunda gratifikasi instan (delaying instant gratification).
Sayangnya, masih cukup banyak orang yang menginginkan “hasil instan” dari suatu investasi, baik investasi dalam bentuk uang, materi, maupun ketrampilan. Mungkin Anda pernah mendengar ajakan “bisnis miliaran Rupiah” yang bisa menghasilkan ROI (return on investment) dalam sekejap dengan profit margin beberapa puluh hingga ratusan persen. Luar biasa, bukan? Mereka yang berprinsip “hanya mau berinvestasi asalkan cepat kembali modal” perlu belajar untuk menunda gratifikasi instan.
Sebagai seorang entrepreneur di perantauan yang 90 persen aktivitas bisnisnya saya kerjakan sendiri, menunda gratifikasi merupakan kebutuhan dan ternyata merupakan “latihan” yang sangat baik untuk menambah kesabaran. Jika para investor lain mengeluarkan kapital awal cukup tinggi supaya bisa “membeli” materi dasar, saya sebagai investor tunggal biasanya “membuat” sendiri materi dasar dengan menggunakan sebanyak mungkin hasil swadaya.
Ini jelas menunda gratifikasi selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Namun sepanjang masa “menunda” tersebut, visi jangka panjang dapat diarahkan menuju garis finish dengan lebih mantap. Perhatikan para movers dan shakers kelas dunia. Apakah mereka mendapatkan kesuksesan secara “instan”? Tentu tidak.
Tiger Woods, misalnya, telah mulai memukul tongkat golf sejak usia 1.5 tahun. Nelson Mandela bekerja dari balik jeruji tahanan selama 30 tahun. Bahkan saya telah menekuni Bahasa Inggris sejak usia 3 tahun. Semua perlu waktu dan proses panjang. Kuncinya adalah tidak bosan, tidak jemu, dan tidak memaksa untuk “sukses saat itu juga.”
Visi jangka panjang seseorang jauh lebih penting daripada kerikil-kerikil selama di perjalanan. Lima hal penting dari menunda gratifikasi instan yang memperjelas pencapaian visi jangka panjang berikut ini.
Satu, kecepatan (speed) dan percepatan (velocity) bukan merupakan indikator sukses atau faktor positif. Kecepatan dan percepatan memang diperlukan ketika dalam kompetisi “adu cepat,” namun dalam pengembangan suatu konsep menjadi kenyataan, yang diperlukan adalah kematangan konsep, lengkapnya rencana, dan pelaksanaan yang seksama.
Dua, memberikan jeda agak panjang antara poin satu dengan poin berikutnya memberikan kesempatan untuk introspeksi, refleksi, dan perbaikan. Ini terjadi secara alami. Bahkan buah dari pohon memerlukan waktu bertahun-tahun untuk diproduksi. Tidak ada pohon buah yang langsung berbuah. Dalam proses dan perjalanan menuju hasil akhir, standar kualitas perlu dijalankan dengan seksama.
Tiga, sebagaimana dalam konsep “grace period” dalam dunia perbankan, menunda gratifikasi instan memberikan kesempatan suatu ide tumbuh, berkembang, dan mengkristal sehingga siap memberikan hasil terbaik. Sekali lagi ini adalah isyu kualitas yang pada akhirnya berkembang menjadi isyu kesempatan dan kuantitas.
Empat, memaksa sesuatu terjadi secara instan kesannya “hantam kromo,” kasar, dan tanpa pertimbangan panjang. Dalam dunia bisnis dan kerja, bahkan di bangku universitas sekalipun, penghargaan diberikan kepada mereka yang mempertimbangkan dengan baik apa yang dihasilkan.
Lima, memaksa sesuatu berhasil secara instan hanya mempercepat kegagalan, apabila persiapan dan pelaksanaan belum memadai. Dengan memberikan waktu untuk berencana dan menjalankan rencana dengan seksama dan teliti, probabilitas sukses bisa saja menjadi lebih baik.
Akhir kata, jalankan hidup, bisnis, dan karir sesuai visi jangka panjang. Jika visi Anda adalah menjadi pakar “nomor satu” di bidangnya, rintislah dengan sabar dari dasar piramida. Jalankan setiap rencana dengan persiapan matang dan kerjakan setiap aktivitas dengan sebaik mungkin. Niscaya visi tercapai. Pada waktunya.[]
KONTAN WEEKLY, 25 April – 1 Mei 2016