Select Page


Image Source: Vitkac.com


[Download PDF KONTAN DAILY Generasi Balmain 3.0]

oleh Jennie M. Xue

H&M menayangkan karya-karya fashion House of Balmain di tahun 2015. Fashion house ini dibangun Pierre Balmain yang berhasil membuat Paris kembali bermimpi indah setelah melewati masa-masa Perang Dunia Kedua.

Masih segar dalam benak penulis betapa panjang antrian para shopper untuk berbelanja di gerai-gerai H&M demi sepotong Balmain seperti yang dikenakan oleh Kendall Jenner dan Kim Kardashian. Kerja sama H&M dengan para desainer kelas dunia merupakan strategi bagus win-win bagi keduanya.

Konsumen H&M yang kelas menengah mendapat kesempatan untuk menikmati karya-karya Balmain yang telah mendekati haute couture dan pret-a-porter papan atas. Ketika mereka siap “naik kelas,” Balmain siap melayani mereka.

Jenius mode Olivier Rousteing creative director House of Balmain mulai bekerja pada tahun 2011, saat itu masih berusia muda 26. Koleksi Balmain di bawah pimpinannya banyak menggunakan bahan dari kulit yang dibordir, rotan, plastik, kaca, dan berbagai beads yang tidak konvensional.

Bahan dan proses produksi sebenarnya sulit, namun hasil akhirnya tampak semudah mengolah bahan katun. Bahkan Anna Wintour sekali pun sangat mengagumi desainer muda cemerlang ini.

Rihanna pernah menggunakan desain-desainnya dalam konser dan bersedia menjadi bintang iklan Balmain.

House of Balmain 100 persen siap melayani para milenial. Generasi ini mempunyai respek besar terhadap Olivier Rousteing yang super kreatif dalam mendesain, memproses, dan memperagakan karya-karya Balmain. Ia sendiri adalah seorang milenial, jadi selera dan gaya kerja dapat dipastikan sesuai.

Photo board Olivier dan tim desainnya dipenuhi dengan corat-coret lebih dari sekedar spidol. Ini adalah era copy paste,jadi berbagai desain digunakan secara bebas secara bebas, kreatif, dan jenial.

Bisa dimengerti Olivier pun memilih materi apa saja sepanjang mempunyai nilai seni, nyaman dikenakan di tubuh para model dan konsumen, serta dapat dijadikan representasi budaya.

Proses produksi untuk fashion show saja cukup mencengangkan. Dari ide hingga finished product yang diperagakan model langsung secara spontan dikerjakan oleh Olivier dan timnya yang terdiri dari puluhan orang artisan, seamstress, penjahit kulit, dan pengrajin lainnya.

Ketika Olivier mendapat ide, ide tersebut langsung digambar, berbagai bahan digunting untuk mewujudkan idenya, bahan dijahit atau disambung, selesai, disertrika, langsung diperagakan untuk photo shoot. Voila, langsung siap diperagakan di runway.

Selain proses kreatif dan produksi yang lean dan agile tersebut, siapapun yang bekerja di bawah fashion house membawa nama merek fashion yang bersangkutan. Jadi ada benang merah sejak pendirian oleh Pierre Balmain, termasuk draperi langsung di tubuh para model dan proses pengguntingan materi seketika.

Lantas, sebenarnya bagaimana Balmain dapat bertahan selama 71 tahun (didirikan 1946)?

Satu, menyadari “polusi fashion” dunia.

Karya-karya Balmain banyak dikenakan oleh para selebriti dunia, seperti Rihanna, Gigi Hadid, dan lima bersaudari Kardashian. Dengan para bintang sebagai model, Balmain dapat dengan mudah menembus “polusi fashion” yang mengaburkan produk berkualitas dari yang tidak berkualitas.

Dua, mengenali daya saing merek Balmain yang bersinar di antara “polutan” fashion.

Daya saing merek Balmain masih kuat, terlepas dari masa-masa sulit setelah meninggalnya Pierre Balmain di tahun 1982. Oscar de la Renta memperjuangkan Balmain dari 1993 hingga 2002, namun dua tahun kemudian, House of Balmain mendeklarasikan kebangkrutan secara hukum.

Berpindah tangan beberapa kali, pemilik terakhir adalah VC firm dari Qatar bernama Mayhoola, yang juga memiliki Valentino. Mayhoola membeli saham keluarga Hivelin sebesar €485 juta.

Tiga, visual merchandising yang berkonsep gabungan historis dan geometris.

Hingga hari ini, lokasi House of Balmain masih di 44 Rue Francois 1ER, studio couture Pierre Balmain orisinal. Di tahun 2009, renovasi diselesaikan oleh Joseph Dirand, yang mempertahankan nuansa residensi privat.

Pengunjung dapat merasakan visual merchandising yang menggabungkan histori dan geometri. Uniknya, semua tampak relevan di era Generasi Milenial ini.

Kini House of Balmain mempunyai jiwa baru dari Creative Director Olivier Rousteing yang super kreatif, inovatif, dan milenial banget. Kebangkitan ketiga Balmain ini sebenarnya cukup mencengangkan, karena level suksesnya cukup spektakuler. Siapa bilang bisnis sekarat tidak dapat melejit kembali? Gunakan Balmain 3.0 sebagai benchmark.[]

KONTAN DAILY, Jumat, 8 Desember 2017

Pin It on Pinterest

Share This