[Download PDF KONTAN WEEKLY Fokus Paripurna]
oleh Jennie M. Xue
Semua yang Anda impikan sesungguhnya telah tersedia di dalam diri Anda, yaitu di dalam pikiran. Kuncinya adalah fokus paripurna untuk mewujudkannya.
Banyak buku yang telah berbicara tentang ini, mulai dari Think and Grow Rich oleh Napoleon Hill, The Science of Getting Rich oleh Wallace D. Wattles, Thoughts are Things oleh Bob Proctor and Greg S. Reid, dan The Secret oleh Rhonda Byrne.
Namun belum banyak yang membahas bagaimana membangun dan mempertahankan stamina fokus tersebut. Semakin baik stamina fokus, semakin besar kemungkinan keberhasilan di segala bidang diraih.
Cukupkah dengan hanya berfokus akan sesuatu selama sekian menit per hari? Seperti apa “fokus” yang dapat mengantarkan Anda kepada tujuan?
Kuncinya satu: kendalikan distraksi.
Penulis membagi distraksi ke dalam 4 kategori.
Pertama, distraksi internal yang berasal dari tingkat kesehatan fisik, psikis, dan emosi.
Semakin sehat dan stabil kesehatan fisik, psikis, dan emosi Anda, semakin stabil kemampuan berkarya Anda. Dan semakin tinggi kualitas dan kuantitasnya. Kestabilan ini sebaiknya diasah terus karena ini merupakan salah satu prasyarat seorang pemenang yang prestasinya terjaga.
Memang ketika baru bercerai, trauma psikis sangat mendalam dan penulis mengalami depresi berat. Namun bekerja sebenarnya sangat membantu melupakan masalah karena otak diisi dengan berbagai pikiran pengalih. Ini penulis rasakan sendiri.
Stabilitas kerja sangat didukung dengan stabilitas kesehatan fisik, psikis, dan emosi. Pastikan kesehatan Anda optimal dengan berbagai cara.
Kedua, distraksi internal yang berasal dari berbagai masalah yang berasal dari pola pikir yang keliru.
Sering kali, seseorang menurun stamina kerjanya karena sedang mengalami suatu masalah. Perhatikan apakah ini berasal dari pola pikir yang salah.
Penulis punya seorang teman yang tidak cukup cash flow untuk membiayai anaknya kuliah di luar negeri. Anehnya, sesungguhnya keluarganya memiliki properti senilai IDR 100 miliar.
Penulis sarankan agar properti tersebut digunakan sebagai sumber cash flow, seperti disewakan, dijadikan agunan pinjaman, atau bahkan dijual. Namun ia bersikeras bahwa itu tidak diperbolehkan oleh keluarganya.
Sudah jelas ini pola pikir yang salah. Pasif dengan aset bernilai tinggi namun mengeluh tidak punya biaya untuk menyekolahkan anak. Aneh, bukan?
Ketiga, distraksi eksternal yang berasal dari lingkungan fisik.
Jika Anda berada di ruangan yang gaduh, carilah tempat lain yang tenang atau gunakan noise cancellation headphones yang mampu melenyapkan frekuensi-frekuensi suara di sekitar. Kenali apa-apa saja di lingkungan Anda yang mengganggu fokus.
Penulis sendiri mempunyai target kerja yang jelas, sehingga distraksi sangat perlu untuk dieliminasi. HP dan TV dimatikan. Ruangan kerja sedapat mungkin kedap suara. Sampaikan kepada orang-orang sekitar untuk tidak mengganggu sampai ada kode tertentu.
Jika anggota keluarga Anda mempunyai perilaku yang mengganggu, tegurlah mereka dengan memberi penjelasan. Gunakan sumber daya yang Anda miliki untuk memperbaiki lingkungan fisik agar sesuai dengan kebutuhan tanpa distraksi Anda.
Keempat, distraksi eksternal yang berasal dari kondisi-kondisi di luar kemampuan untuk dikendalikan.
Ini lebih sulit untuk diatasi. Misalnya keresahan akibat dari ketidakamanan lingkungan. Ini perlu penanganan berbeda mengingat Anda tidak punya kontrol terhadapnya. Misalnya, ketika keadaan negara tidak aman, bagaimana kita bisa bekerja dengan nyaman dan tenang?
Cara mengatasinya mungkin tidak secara langsung. Apabila membantu, Anda bisa ikut serta memberi rasa aman kepada mereka yang ada di sekeliling. Dengan merasa “punya andil” dalam memberi rasa aman, rasa was-was mungkin dapat menurun.
Dengan mengatasi empat distraksi tersebut, semestinya Anda semakin mempunyai fokus yang baik dalam berkarya dan “menarik” (attracting) hal-hal yang diharapkan. Kunci keberhasilannya tentu saja dengan melatih diri terus-menerus tanpa kenal lelah.
KONTAN WEEKLY, 19-25 September 2016