Select Page

Kontan

KONTAN Daily 23Nov2012

Download PDF KONTAN Daily Make a Fool


[Di bawah adalah versi yang belum diedit.]

oleh Jennie S. Bev

Agustus lalu,
saya diundang makan malam di San Francisco Pier oleh Ricardo Bellino penulis
best-seller asal Brazil dan partner bisnis Donald Trump yang bukunya You Have Three
Minutes! Learn the Secret of the Pitch from Trump’s Partner
telah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Di sana, saya belajar langsung
mengenai filsafat sup batu.

Sir Richard
Branson sang mogul pendiri Virgin Group juga tokoh pebisnis yang lebih dari
sekedar inspiratif dengan filsafat “menjadi si bodoh.” Walaupun saya belum
pernah berjumpa dengan bapak berambut perak ini, filsafatnya sangat mengena
dengan entrepreneurship style saya.

Branson
berpendapat bahwa kesempatan itu seperti stasiun bis. Selalu masih ada bis yang
akan datang berikutnya. Ia juga diajarkan oleh ibundanya Eve untuk selalu
memandang ke depan, terlepas dari masa lalu yang kurang sedap. Kegagalan
hanyalah bagian dari learning curve.


Ketika ia baru
mendirikan Virgin Airline, salah satu British Airline executive Freddie Laker
menyarankannya untuk “make a fool out of himself” agar mendapatkan publisitas
di halaman depan suratkabar. Saya ingat betapa ia pernah menjadi figuran di
film-film James Bond, seperti Casino Royale. Juga ia memegang record dunia
menyeberangi Atlantik dengan balon terbang di tahun 1987 dan Pasifik di tahun
1991. Kerendahan hati Branson dengan mendengarkan saran orang lain juga
merupakan wujud filsafat bisnis.

Bagi Ricardo
Bellino, sup batu mengandung spirit petualangan yang sama. Intinya: insting
meracik dalam bisnis sangat penting. Seseorang bisa menyajikan sup yang lezat
hanya dengan meletakkan batu ke dalam air mendidih. Dengan mengundang beberapa
teman untuk mencicipi sup tersebut, mereka memberi saran dan menyumbangkan
rempah-rempah dan bahan masakan tambahan untuk “memperlezat” sup tersebut.

Baik Ricardo
maupun Richard sama-sama membawa identitas yang jelas dalam menjalankan bisnis
mereka. Yang pertama bergerak dalam hitungan menit sebagaimana bukunya tentang
presentasi 3 menit di hadapan Donald. Yang kedua selalu mencari
kesempatan-kesempatan bisnis baru serta juga berspirit petualang menjadi
pemegang rekor dunia dan berani tampil bersahaja, bahkan pernah memakaikan
sepatu Guy Kawasaki yang saat itu “dirayunya” agar bersedia untuk naik Virgin
Air.

Buku Identity: Your Passport to Success oleh
Stedman Graham, konsultan manajemen dan pemasaran asal Chicago yang juga
dikenal sebagai partner hidup Oprah Winfrey, berpremis bahwa identitas diri
bermodalkan panggilan hidup, proses pembelajaran dan menciptakan value di dunia. Selain nama, identitas
seseorang berdasarkan filsafat bisnis juga merupakan personal brand.

Mungkin hanya
segelintir pembaca yang menyadari bahwa dari antara tujuh miliar umat manusia
di muka bumi ini, hanya 1% pemikir, sisanya adalah pelaku alias pekerja. Untuk
menjadi entrepreneur sukses seperti
Richard dan Ricardo, berpikir dengan identitas mereka sendiri sambil menerapkan
hasil pikiran mereka dalam strategi bisnis yang pantas kita emulasikan.

Kisah “sup batu”
mengandung filsafat meredefinisikan diri kembali secara terus-menerus. Setiap
rempah dan materi yang dimasukkan ke dalam sup akan membawa nuansa rasa yang
berbeda. Demikian pula filsafat “make a fool out of yourself” yang selalu
bergerak dengan ide-ide dan inovasi-inovasi baru.

Diterapkan dalam
bisnis, identitas individu pionir seperti Steve Jobs, Jeff Bezos, duo Larry
Page and Sergey Brin di AS dan Ir. Ciputra di Indonesia, mempunyai karisma
tersendiri terlepas dari produk-produk yang mereka tawarkan. Filsafat bisnis
mereka dalam menjalankan bisnis telah identik dengan identitas mereka dan
kultur perusahaan.

Apple stores di
seluruh dunia misalnya, mencerminkan kepribadian Steve Jobs, dengan identitas
yang inovatif, minimalis, jelas, intuitif, dan clean. Kampus Google yang brilian dan mendukung kegiatan yang fun mencerminkan filsafat duo Page dan
Brin yang juga terus-menerus belajar.

Sedangkan Jeff
Bezos dengan pasukan Amazon-nya sudah menelurkan beberapa generasi Kindle
e-reader yang murah meriah berdaya guna tinggi, sebagaimana filsafat bisnis
Bezos yang dari awal menawarkan metode belanja buku yang murah sebagai
alternatif toko-toko buku.  Identitas Ir.
Ciputra yang mendukung kegiatan-kegiatan entrepreneurship
dengan berbagai institusi pembelajaran telah melegendariskan beliau sebagai The
Ultimate Entrepreneur Indonesia.

Akhir kata,
dengan menyadari “kebodohan” maka kita akan selalu belajar, baik sebagai
individu maupun institusi. Filsafat bisnis bukan lagi slogan-slogan semu, namun
sesuatu yang hidup dan bertumbuh.[]

KONTAN Daily, 23 November 2012

Pin It on Pinterest

Share This