Download KONTAN Weekly Sun Tzu dalam Perusahaan
oleh Jennie M. Xue
Lima prinsip kepemimpinan dalam Strategi Perang Sun Tzu adalah: kecerdasan, kepercayaan, kebajikan, keberanian, dan ketegasan. Kitab ini ditulis sekitar 400 sampai 300 tahun sebelum Masehi, yaitu 100 tahun setelah kelahiran Lao Tze dan Confusius. Prinsip-prinsip kepemimpinan Sun Tzu ini baik untuk diterapkan di dalam perusahaan. Bahkan sangat bisa untuk membawa perusahaan ke tangga pertumbuhan yang lebih baik.
Pertama, kecerdasan mencakup lebih dari kecerdasan intelektual. “Kecerdasan” di sini meliputi kemampuan mencerna, menganalisa, dan mensitesa informasi yang didapatkan dari pengalaman, pengetahuan, dan kebijaksanaan (wisdom). Walaupun berbagai benchmark digunakan, namun tanpa kemampuan menganalisa dan mensintesa, maka segala macam studi kasus akan tidak seberapa berguna.
Gabungan berbagai “kecerdasan” alias inteligensi ini sejalan dengan pemikiran Howard Gardner seorang psikolog Harvard University dengan sebelas jenis multiple intelligences-nya. Seorang pemimpin besar sebaiknya tidak hanya mengandalkan satu jenis inteligensi saja, namun mengkombinasikannya secara baik sehingga berbagai inteligensi bisa saling menunjang dalam menjalankan berbagai kegiatan kepemimpinan dan peneladanan.
Kedua, kepercayaan terhadap seseorang atau suatu perusahaan hanya bisa diberikan atas dasar integritas. Integritas yang mencakup kejujuran, moralitas tinggi, rasa hormat, berprinsip, tulus hati, dan berkarakter baik merupakan dasar kepemimpinan yang utama. Karakter yang membawa aura kepercayaan menjauhkan diri dari kesan oportunistik. Dalam bisnis memang perlu cepat dalam menangkap kesempatan, namun kita tidak perlu menjadi oportunis untuk bisa berhasil. Timing dan perhitungan yang tepat sudah merupakan instrumen jitu dalam membidik kesempatan.
“Tes integritas” merupakan ujian tertinggi bagi setiap individu dan organisasi. Bisnis apapun yang tidak berintegritas merupakan bisnis yang pasti gagal. Integritas setiap industri juga berbeda tingkatnya. Ada yang lebih mementingkan utmost good faith seperti dunia asuransi, ada juga yang lebih fleksibel. Dunia periklanan mungkin agak fleksibel dalam hal penggunakan kata-kata bombastis, namun ini bukan berarti mereka tidak berintegritas.
Ketiga, seorang pemimpin berprinsip Sun Tzu mengutamakan kualitas “kebajikan.” Ini berarti lebih dari sekedar “baik” belaka. Seseorang dengan kebajikan, bisa bekerja sama dengan siapa saja secara setara, tanpa memilih bulu. Ia juga mempunyai kebesaran hati dengan tenggang rasa dan toleransi tinggi. Juga penuh pengertian akan apa yang dibutuhkan oleh para pengikutnya. Ia juga bisa memahami kapan perlu melalukan sesuatu dan kapan membiarkan suatu kejadian.
Mengerti berbagai perbedaan di antara followernya, seperti karakter dan kepribadian merupakan skill pemimpin yang lumayan rumit. Keadaan psikologi setiap orang berbeda sehingga kita tidak bisa dengan serta-merta mengharapkan aksi dan reaksi yang sama. Idealnya, seorang pemimpin menawarkan berbagai kesempatan untuk berbicara dekat guna saling mengenal mereka yang dipimpinnya.
Keempat, seorang pemimpin yang baik mempunyai keberanian. Tentu saja ini sangat penting karena tanpa keberanian untuk memulai, pasti akan sulit untuk bisa menyelesaikan tugas apapun. Perhitungan matang sebelum mengambil keputusan sudah merupakan syarat untuk dipenuhi. Namun perhitungan matang ini sebaiknya memberikan kesempatan untuk membenahi hal-hal yang masih kurang lengkap atau kurang matang sebelumnya, bukan untuk menjadi seorang pemimpin perfeksionis yang sangat demanding.
Keberanian inilah yang membedakan seorang pemimpin sebenarnya dari mereka yang wannabe saja. Perhitungan matang memang kondisi ideal sebelum mengambil keputusan apapun, namun tentu saja improvisasi yang tepat dan bisa dipertanggungjawabkan juga sangat penting.
Kelima, seorang pemimpin yang baik mempunyai ketegaran di dalam segala situasi, termasuk di masa-masa sulit dan ketika harus mengambil keputusan yang keras terhadap para pengikut maupun bawahan yang mempunyai prestasi cukup baik. Dengan kata lain, seorang pemimpin yang baik mengerti cara menangani setiap kasus secara unik lengkap dengan berbagai kesulitan dan kelemahannya dengan prinsip yang kuat.
Akhir kata, seorang pemimpin ibaratnya seorang penari ballroom yang perlu menguasai berbagai jenis tarian dan mempunyai kemampuan untuk berimprovisasi dengan baik agar tariannya bisa dinikmati oleh para penonton. Namun kepemimpinan Sun Tzu ini tidak hanya tentang improvisasi, namun menggunakan apa yang ada di dalam diri pemimpin sendiri dan para pengikutnya untuk visi yang sebaik mungkin di masa depan.[]
KONTAN Weekly, 27 Januari-2 Februari 2014