[Download PDF KONTAN Daily Ferrari, QC dan Inovasi]
oleh Jennie M. Xue
Siapa tidak kenal Ferrari? Sejak 1971, dengan kepopuleran Dino 206 dan 246 GT, Ferrari berhasil memasarkan 1000 unit. Selain itu, kesuksesan seri Daytona 365 GTB/4 yang mampu menerjang 170 mil per jam mencapai penjualan 1300 unit. Di tahun 1974, 365 GT4/BB Boxer bersilinder 12 berhasil juga menggantikan seri sebelumnya. Juga partisipasi dalam Formula One (F1) semakin melambungkan nama Ferrari.
Namun, Enzo Ferrari sesungguhnya sedang mengalami kesulitan keuangan. Ekonomi Italia melambung terhitung 1957 hingga 1967 memperkuat perekonomian perusahaan dan keluarga para pekerja. Namun hubungan antara perusahaan dengan buruh mengalami friksi dengan serikat buruh yang semakin selektif dalam memilih jadwal kerja dan menolak kerja lembur.
Akibatnya, pabrik Ferrari mengalami kesulitan dalam memenuhi pesanan. Penyebab rendahnya produktivitas adalah banyaknya demo dan mogok kerja. Di masa itu, Italia sedang mengalami masa pergolakan kaum buruh yang menuntut kondisi kerja dan upah yang lebih tinggi. Di bulan Maret 1968, protes buruh semakin meningkat hingga mengarah kepada kekerasan.
Di tahun itu pula, Amerika Serikat mengeluarkan peraturan tentang emisi kendaraan. Untuk kendaraan balap, Ferrari pun harus memenuhi persyaratan ini. Sedangkan publik AS semakin sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan dengan menggunakan kendaraan yang rendah emisinya. Inovasi pembuangan emisi dan mesin kembali dilakukan untuk memenuhi persyaratan ini.
Sebagai solusi akan keadaan finansial Ferrari yang buruk, Enzo menawarkan Ferrari kepada Gianni Agnelli, pemilik Fiat. Di musim semi 1969, Scagletti menjadi bagian dari Ferrari dan Fiat mengakuisisi keduanya. Fiat menguasai 50 persen Ferrari. Sejak itu, Ferrari semakin melambung.
Ferrari 288 GTO memenangkan F1 di tahun 1983 dan di tahun 1985 berhasil memasarkan 3000 unit. Masa 1980an dikenal sebagai masa kejayaan koleksi mobil-mobil balap. Di tahun 1988, Ferrari memasarkan 4000 unit dengan produksi kendaraan jalanan F40 yang bisa dikendarai di luar medan balap. F40 adalah produksi Enzo Ferrari yang terakhir, mengingat kondisi kesehatannya yang terus menurun hingga meninggal di bulan Agustus 1988.
Sepeninggal Enzo, Fiat menambah 40 persen lagi saham mereka. Piero Ferrari hanya memegang 10 persen. Dalam pertandingan Formula One di 1990, Alain Prost tidak berhasil menang dan sejak saat itu Ferrari mengalami kevakuman kemenangan. Resesi 1990an juga menurunkan pemasaraan hingga kurang dari separuhnya.
Inovasi kembali menjadi semangat kerja ketika CEO baru Luca Cordero di Montezemolo memimpin dengan karisma dan fokus akan kontrol kualitas. Seri-seri baru 348, 355, 360, 430, 550 Maranello dan Enzo dikeluarkan. Termasuk mengakuisisi Maserati dari Fiat di tahun 1999.
Quality control (QC) dilakukan dengan proses inspeksi berulang-ulang terhadap komponen-komponen mikro. Juga tailor-made interior bagian dalam yang berlapis kulit asli lembut.
Dan ketika Fiat menjual 34 persen saham Ferrari-nya di tahun 2002 kepada beberapa bank sebesar USD 700 juta, nilai Ferrari-Maserati menjadi USD 2,1 miliar. Kombinasi produksi Ferrari dan Maserati per tahun 8000 unit, sedangkan Fiat memproduksi 1,7 juta unit setiap tahun. Di tahun 2013, omzet Ferrari mencapai USD 3,1 miliar dengan produksi 6922 unit (minus 5 persen).
Ferrari semakin membuka diri dan memperkenalkan kehebatan sistem manufaktur dan kecanggihan teknologi robotik dan desain pabrik barunya. Di tahun 1998, Renzo Piano mendesain pabrik dengan wind tunnel dengan divisi mesin dan proses pengecatan berteknologi tinggi. QC dan inovasi bisa dijalankan dengan cermat dengan fasilitas pabrik high-tech ini.
Ferrari tetap dikenal sebagai mobil berkelas butik namun kini bisa dinikmati dengan standar internasional sebagai road-car. Berkat inovasi dan QC ketat yang disertai dengan valuasi merek menggiurkan. Brand Finance menempatkan merek Ferrari di ranking 350 dengan nilai USD 4 miliar.[]
KONTAN, Jumat, 14 Agustus 2015