Select Page

Kontan

Download KONTAN Fenomena Angel Investor

Entrepreneurship atau kewirausahaan lebih dari sekadar jalur mencari nafkah dan sekantong berlian. Seorang entrepreneur hidup dalam napas kewirausahaan. Ia dan kewirausahaan adalah satu.

Bagi para entrepreneur sukses, setiap bibit yang berpotensi sukses memberi suatu gairah tertentu dan mereka ingin memberikan harapan bagi para penerus. Lahirlah istilah “angel investor”. Para “malaikat” ini adalah pebisnis berideologi.

Laporan yang diterbitkan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menyebutkan, dalam resesi Amerika Serikat (AS) dan global yang berkepanjangan, makin sedikit bank yang mengucurkan dana buat perusahaan tahap awal dan startup. Selain itu, venture capitalist lebih fokus ke usaha yang telah melampaui fase tersebut.

Kekosongan ini diisi oleh para angel investor yang makin gencar mencari dan dicari. Mereka bermain dengan insting bisnis dan keyakinan yang mungkin sulit dikuantifikasi. Ini adalah kelebihan mereka yang sulit dijumpai di lembaga keuangan lain, seperti bank.

Di Silicon Valley, misalnya, yang merupakan surga bagi para teknokrat IT berkulit putih dan beretnis Asia, affirmative action mewajibkan para angel investor mencari dengan gigih perusahaan-perusahaan startup yang didirikan orang berkulit hitam dan Hispanik. Berbagai kompetisi disponsori untuk mencari bibit-bibit yang masih hijau dalam dunia bisnis.

Para angel investor ini mempunyai berbagai kriteria dalam mengucurkan dananya yang berkisar ribuan sampai jutaan dollar AS untuk setiap proyek, unit usaha, maupun perusahaan startup. Kriteria itu termasuk jenis usaha (IT, retail, manufaktur, dll.), jumlah lapangan kerja yang diciptakan, etnis dan gender pendiri (untuk kepentingan affirmative action dalam ekualitas ekonomi) dan status minoritas. Seperti kita ketahui, serupa dengan dunia akademis, pemberian scholarship, fellowship, dan grant mempunyai kriteria-kriteria khusus pula.

Paul Allen dari Microsoft, misalnya, merupakan salah satu pemimpin Tribe of Angels Group. Beberapa tycoon bisnis lain juga memiliki organisasi angel investment yang handal dalam mencari bibit-bibit pengusaha sukses. Para tycoon dan pengusaha sukses ini tidak hanya memberikan dukungan dana, namun juga pengalaman kewirausahaan serta kehandalan teknis. Seperti para profesor emeritus mendidik akademisi penerus mereka.

Dunia angel investment ini masih didominasi kaum pria. Hanya 5% angel investor di Eropa dan 13% di AS yang perempuan. Perempuan sendiri termasuk gender minoritas yang cukup banyak didukung untuk berwirausaha oleh Pemerintah AS. Golden Seeds di AS dan Go Beyond di Eropa diprakarsai untuk lebih memopulerkan angel investing di kalangan perempuan.

 Posisi angel investor

Di Indonesia, MEKAR di bawah Sampoerna Foundation memelopori angel investment. Mereka aktif mencari startup baru melalui kompetisi proposal bisnis, sarana inkubasi bisnis, pelatihan bisnis, dan networking mereka. Sayangnya, kebijakan pemerintah belum memprioritaskan pertumbuhan angel investment. Di Inggris, Prancis, Belanda, Skotlandia, dan Selandia Baru, insentif pajak diberikan untuk menggairahkan angel market.

Dalam sejarahnya, angel investing sudah dilakukan sejak beberapa abad lampau melalui jaringan pribadi, termasuk berlatar kekeluargaan dan kesukuan. Imigran India di AS, misalnya, mempunyai jaringan kuat dalam membantu mendirikan bisnis tertentu. Saat ini, keluarga Patel mempunyai jaringan bisnis hotel yang cukup diperhitungkan. Imigran Taiwan di California, misalnya, juga mempunyai jaringan kuat di bisnis grosir.

Angel investors juga lebih tersebar secara geografis, tidak terbatas di hub teknologi dan intelektual belaka. Mereka banyak bergerak di tingkat lokal dan regional, sehingga memperkuat perekonomian akar rumput dan lokal. Karena itu, mereka kurang dapat perhatian para elite nasional dan internasional. Dalam resesi global, kekuatan ekonomi lokal dan regional-lah yang bisa bertahan dan masih bertumbuh.

Spirit kewirausahaan memerlukan tempat tumbuh di dalam ekosistem yang mendukung. Para angel investors memenuhi kebutuhan para tunas muda dengan mentoring, financial capital, dan technical capital. Selain itu, ekosistem ini perlu didukung kebijakan bisnis, hukum, dan lingkungan.

Semua bisnis raksasa dan para tycoon dimulai dengan bisnis kecil. Kunci sukses tidak hanya berada di tangan pelakunya, namun juga di tangan para penentu arah ekonomi makro. Perspektif mikro, meso, dan makro perlu digunakan serentak agar bisnis sukses. Spirit bermain di level mikro individu. Kebijakan ekonomi di level makro. Dan, para angel investors bermain di level menengah (meso) yang menjembatani level mikro dan makro.[]

Kontan, 5-11 Maret 2012

Pin It on Pinterest

Share This