Select Page

  Kontan

Download KONTAN Daily Era Plutoktrasi Global

oleh Jennie S. Bev

Now
is an interesting time. Era sekarang adalah era luar biasa. Di seluruh dunia, jurang
perbedaan pendapatan (income inequality)
sudah mencapai taraf luar biasa. Pergeseran ini paling terasa di AS, Inggris,
Kanada, Cina, Rusia, India, bahkan Swedia, Finlandia, dan Jerman. Unik sekali
karena ideologi-ideologi politiknya beraneka ragama. Negara-negara tersebut
bersistem politik dan ekonomi demokrasi kapitalis, demokrasi sosial, komunis,
dan merkantilis. Demikian hasil studi Chrystia Freeland.

Tidak
perduli sistem politik dan ekonomi-nya, jurang perbedaan pendapatan ini semakin
melebar. Di AS sendiri, pada tahun 1970an, satu persen yg berpendapatan
tertinggi menguasai sepuluh persen pendapatan nasional. Sekarang, mereka
menguasai sekitar 30 persen. Yang 0,1 persen teratas menguasai sekitar 8 sampai
10 persen pendapatan nasional. 

Ekonom
dan mantan menteri tenaga kerja di masa kepemimpinan Bill Clinton bernama
Robert Reich menggabungkan kekayaan Bill Gates dan Warren Buffett. Hasil jumlah
keduanya identik dengan kekayaan mereka yang berada di 40 persen terbawah. Luar
biasa bukan? Kekayaan dua orang ini identik dengan kekayaan 120 juta orang. 

Warren
Buffett sendiri mengamati fenomena ini dengan seksama. Ia menemukan bahwa di
tahun 1992, gabungan kekayaan 400 orang terkaya dunia versi Forbes mencapai 300
miliar USD. Tahun ini, angkanya mencapai 1.7 trilyun USD. 

Perubahan-perubahan
terjadi perlahan sehingga mayoritas penduduk dunia tidak menyadari prosesnya,
namun hanya dapat merasakan berbagai bentuk hasil dari era plutokrasi global
ini: menurunnya pendapatan dan memasuki status penghasilan yang semakin buruk.
Ini sangat terasa di negara-negara yang sedang mengalami krisis global, seperti
AS dan Uni Eropa. 

Indonesia
uniknya ternyata menikmati kejayaan ekonomi secara makro namun sama-sama
mengalami jurang perbedaan pendapatan yang semakin melebar. Kasus Indonesia
tetap termasuk dalam konteks plutokrasi global, walaupun jika dipelajari mendalam
agak “berbeda” mengingat konsumsi domestik yang sangat besar. 

Berbagai
kebijakan publik mempengaruhi konstelasi politik dan konstelasi bisnis
internasional seperti: penurunan pajak, deregulasi finansial, privatisasi, dan
melemahnya proteksi buruh. Dengan mengglobalnya bisnis dan semakin canggihnya
kerja sama internasional di berbagai bidang, seperti hukum perpajakan dan hukum
bisnis penanaman modal asing, negara-negara “tax haven” seperti Singapura
menjadi tujuan utama para pelaku bisnis global. 

Misalnya,
beberapa subsidiari Apple berneksus di Singapura sehingga jumlah pajak yang
dibayarkan dapat ditekan. Tax rate Negara Singa yang flat 15 persen tentu jauh
lebih menarik daripada tax rate progresif AS yang 40 persen. Dengan profit yang
semakin optimal, maka para pemegang saham semakin diperkaya dan para pegawai
tetap bisa mempunyai peace of mind
akan pekerjaan mereka.

Dalam
prakteknya, di AS berbagai cara telah dilakukan untuk meregulasi bank kembali
dan para demonstran terus-menerus menekan para pemegang kunci ekonomi agar
memperhatikan kepentingan kelas menengah. Namun kenyataannya, plutokrasi global
merupakan efek dari globalisasi dan revolusi teknologi terbaru yang mustahil
untuk dibendung. Populasi dunia yang sudah mencapai 7 miliar orang ini juga
membentuk pasar luar biasa besar. 

Globalisasi,
revolusi teknologi, dan populasi merupakan tiga unsur yang menjadi motor
kapitalisme global saat ini. Dan tiga unsur ini sangat tidak mungkin dibendung.
Pasar global yang tanpa friksi sudah bisa dicapai secara instan. Para individu
hebat seperti para atlit, para penulis, para programer komputer, para
pengacara, para dokter, dan para selebritis bisa menjadi super star dalam waktu
luar biasa singkat apabila kualitas mereka luar biasa.

Tiga
unsur ini sangat mudah dan cepat dalam mengangkat produk-produk dan
individu-individu luar biasa. Dengan merit luar biasa, maka sangat mudah untuk
bergabung ke dalam plutokrasi. Luar biasa bukan? Ini bukan hipotesis. Ini
fenomena global yang sangat bisa kita masuki sebagai pelaku bisnis.

 

Saat
ini meritokrasi merupakan pintu masuk ke plutokrasi dan aristokrasi modern.
“Para aristokrat modern” terdiri dari para individu ber-merit luar biasa dan
telah memiliki akses luar biasa dalam berbisnis (plutokrat). Para satu persen ini
semakin kaya dan perusahaan-perusahaan mereka semakin efisien tanpa perlu padat
karya. Ini memperbesar jurang pendapatan dan menciptakan pengangguran
struktural. 

Fenomena
ini telah, sedang, dan akan terus berulang.[]

 KONTAN Daily, Jumat 27 September 2013 

Pin It on Pinterest

Share This