Select Page

Kontan

Download PDF KONTAN Daily Era P2P Sharing Economy

oleh Jennie S. Bev    

Generasi Y mungkin merupakan generasi yang paling sadar
lingkungan, peka akan keterbatasan yang disebabkan oleh ekonomi yang buruk,
sederhana tanpa bling bling berlebihan, dan senang berbagi dan bersikap sosial
terhadap sesama. Ini disebabkan antara lain karena situasi ekonomi global yang lebih
suram daripada dua dekade lalu. Dunia juga semakin tanpa batas, malah luar
biasa padat, panas, dan sesak dengan 7 miliar penduduknya.

Generasi Y sangat sadar akan betapa tidak pentingnya
“gelar” dan “kedudukan” seseorang, karena dengan kejeniusan seseorang, dua hal
ini tidaklah penting. Yang utama adalah kemampuan berinovasi alias berkarya.
Yang kedua adalah kemampuan sharing alias berbagi akan apa yang dimiliki. Budaya
sharing online dengan berbagai blog, twit, FaceBook notes, dan bisnis berbasis
sharing seperti AirBnB.com yaitu penyewaan kamar di rumah perorangan.

Bisnis-bisnis berbasis sharing lainnya seperti
DogVacay.com, TaskRabbit.com, GetAround.com, Zaarly.com, Lyst.com,
LendingClub.com, Fon.com dan NeighborGoods.com berbasis peer-to-peer (P2P).
Dulu ada B2C, B2B, dan C2C. Sekarang bentuknya adalah P2P karena para pengguna
jasa saling berbagi di antara para pengguna jasa.

Budaya sharing memang sangat berkembang dengan maraknya penggunaan
Internet dan smartphone. Dengan sekejap, berbagai informasi dapat dikirimkan.
Informasi timbal-balik pun dapat disimpan dengan mudah. Craiglist.org merupakan
salah satu pelopor ekonomi saling berbagi. Awalnya, Web site ini menginformasikan
barang-barang yang ingin dipindahtangankan, adanya kamar disewakan, dan “biro
jodoh” bagi yang ingin mencari pasangan. Craiglist.org serupa dengan majalah
gratis versi kertas PennySavers.

Uniknya, budaya berbagi ini memang tidak bisa dengan
serta-merta diterapkan, mengingat resiko dari dan atas pengguna jasa-jasa
tersebut. Berbagai bentuk security perlu diterapkan, sebagaimana bisnis-bisnis
berbasis Web umumnya. Amazon.com, misalnya sangat berhati-hati dengan
kemungkinan penjiplakan karya cipta dari ebook-ebook yang didistribusikannya.
PayPal.com juga sangat menjaga keamanan perpindahan uang dengan teknologi
enkripsinya.

Di Indonesia, beberapa kasus telah kita dengar dari para
pengguna FaceBook yang “menculik” anak gadis remaja. Salah satu kejahatan
spektakuler sebagai imbas ekonomi berbagi ini adalah “Craiglist Killer” yaitu
seorang mahasiswa kedokteran Universitas Boston yang ternyata adalah pembunuh
yang menggunakan jasa Craiglist untuk mencari mangsa-mangsanya.

Budaya sharing memang membawa resiko yang cukup besar,
yaitu semakin banyak kita membuka diri untuk berbagi, semakin rentan posisi
kita sebagai individu. Ini juga memungkinkan bagi para pencipta berbagai bentuk
security untuk menjual jasa-jasa pengamanan baik online digital maupun tatap
muka analog.

Sharing economy juga memungkinkan untuk mencapai
elastisitas harga yang sempurna, mengingat informasi komparasi bisa didapatkan
dengan sangat mudah dan usaha minimal. Persaingan harga, model, dan
lain-lainnya terjadi dengan alami dalam lingkungan ini.

KickStarter.com menawarkan crowdfunding, yaitu salah satu
bentuk pembiayaan dengan urunan alias ditanggung bersama-sama oleh para
simpatisan proposal. Ini merupakan budaya berbagi yang sangat menarik. Bahkan
crowdfunding sudah dilegalkan oleh Presiden Barack Obama sebagai salah satu
bentuk pembiayaan alternatif ketika bank-bank mengerem pemberian kredit dan
private equity firm tidak tertarik membiayai proyek-proyek yang “belum teruji.”

Ekonomi berbagi semakin menancapkan kaki di era Internet
dan smartphone ini. Berbagai model bisnis bisa dirancang dengan menggunakan
fundamental ini. Idealnya, model bisnis berbagi tidak hanya terbatas di ranah
maya, mengingat cukup banyak yang bisa dilakukan di ranah nyata. Sebagai
contoh, tukar-menukar alias barter benda-benda koleksi tentu bisa dijalankan
secara simpel. Juga car pooling.

Di negara berbudaya komunal seperti Indonesia, sharing
economy terjadi secara alami di masa lampau. Namun dengan teknologi mutakhir,
belum banyak yang dilakukan, padahal ini adalah kesempatan yang sayang
dilewatkan. Crowdfunding memang belum demikian populer, namun benih-benih awal
sudah bisa disaksikan.

Gobann.com, misalnya adalah Fiverr.com versi Indonesia
yang masih belum begitu populer namun sudah eksis. Dengan IDR 50 ribu, berbagai
jasa dijual-belikan. Ini juga merupakan benih one-price service yang bisa
menjadi semakin populer ketika bentuk-bentuk penyediaan jasa lainnya semakin
kurang praktis.

Ekonomi berbagi terjadi secara alami dan akan menetap
secara alami pula.[]

KONTAN Daily, 22 Maret 2013

 

Pin It on Pinterest

Share This