Select Page

lake sky blue 1500x1000

Luar Biasa

LUAR BIASA Eksternalitas dan Mindfulness

oleh Jennie M. Xue

Bagi siapapun, mindfulness merupakan kunci observasi yang mendalam, sesuatu yang sangat berharga. Seseorang yang mindful akan lebih mudah menjalankan hidup, karir, dan bisnis karena ia memiliki instrumen untuk menghadapi berbagai kesulitan dan stres. Ia siap memandang dunia sebagaimana apa adanya tanpa terlalu banyak dipengaruhi oleh subyektivitas.

Idealnya, setiap orang memiliki kemampuan untuk menjalankan ini sedini mungkin. Ilmu Manajemen dan Ilmu Psikologi mutakhir menekankan pentingnya mindfulness dalam melengkapi kemampuan kognitif, afektif, dan instingtif seseorang. Dalam hasil kasat mata, produktivitas dan kebahagiaan seseorang dapat berjalan paralel.

“Mindfulness” memiliki nuansa kesadaran akan pikiran dan lingkungan. Definisi yang paling tepat dalam Bahasa Indonesia belum ada yang memadai. Setiap definisi mempunyai kedekatan dan kejauhan arti, karena mindfulness sendiri merupakan spektrum. Jadi, bagaimana pelangi, mindfulness memiliki berbagai warna dan kadar.

Mungkin Charles Darwin dalam The Origin of Species memaparkannya dengan jenial, “It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survives. It is the one that is the most adaptable to change.” Dan ini dimungkinkan dengan kemampuan manusia untuk berkesadaran dan berobservasi mendetil yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.

Mindfulness manusia memungkinkan evolusi terjadi secara mengalir. Hal-hal kecil yang kita amati mendorong proses penciptaan, penemuan, dan inovasi. Bayangkan jika manusia tidak mempunyai mindfulness, mungkin kita masih bertelanjang dada berlari-lari di pegunungan memburu binatang dan hidup di dalam gua. Namun kini kita bisa hidup dengan teknologi luar biasa sehingga dunia menjadi post-industrial dan knowledge-based society, seperti yang telah dialami di negara-negara barat.

Mindfulness juga memungkinkan interaksi antar manusia yang berasal dari berbagai latar belakang dan mempunyai berbagai talenta dan ketrampilan untuk saling bersinergi demi kepentingan bersama. Di beberapa perusahaan Silicon Valley, mindfulness merupakan lebih dari sekadar filosofi. Ia merupakan metode analisis dan komunikasi yang sahih.

Sebagai contoh, seorang manajer mempraktekkan mindfulness dalam mengelola subordinat dan menjalankan tugas-tugas manajerial. Sebaliknya, para subordinat juga menggunakan mindfulness dalam menjalankan aktivitas. Ketika ada masalah, maka dengan mindfulness ini mereka ajukan dengan obyektivitas sebaik mungkin.

Mindfulness memungkinkan seseorang untuk berhenti sejenak (pause) untuk berkontemplasi dan merefleksikan berbagai kejadian dan aktivitas. Dan kultur perusahaan yang didasari oleh mindfulness ini dipercaya akan mampu mempertahankan inovasi dan kreativitas yang sangat diperlukan dalam meningkatkan growth dan ROI (return on investment).

Di Medium, Inc yaitu sebuah perusahaan online media di San Francisco, salah satu prinsip yang penting dalam menjalankan roda bisnis adalah keberanian membuka hal-hal implisit menjadi eksplisit. Jadi, situasi kerja tidak lagi diselimuti oleh aura ketakutan seperti yang banyak dirasakan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia yang mengelola subordinat dengan menebarkan “rasa takut” seperti takut berbuat salah, takut melanggar peraturan, dan takut melakukan improvasi atas benchmark terbaru.

Dengan mengeksplisitkan hal-hal implisit, maka obyektivitas bisa semakin baik dan memberikan energi ekstra dalam berkomunikasi. Eksternalitas merupakan proyeksi dari keadaan internal. Ini perlu dikenali dengan baik agar kultur perusahaan menjadi lebih manusiawi secara keseluruhan.

Dalam keadaan yang tidak ideal, misalnya, ketika seseorang melakukan kesalahan, maka ia akan “tebal muka” saja dan berharap tidak ada yang mengetahuinya. Dalam kultur yang mindful, kesalahan bukan sesuatu yang perlu membuat seseorang menjadi malu, namun merupakan suatu kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengambil aksi konstruktif.

Cukup banyak perusahaan di Silicon Valley yang mempunyai gym di dalam gedung kantor bahkan menawarkan sesi meditasi kepada para eksekutif dan pegawainya. Ini membentuk kultur mindful semakin dalam dengan saling menghargai dan bekerja sama sehingga bisa terbangun saling pengertian yang lebih dalam, bukan sekedar slogan maupun kata-kata manis belaka.

Akhir kata, seorang sukses mampu memadukan eksternalitas dengan mindfulness agar terbangun rasa nyaman, tenang, dan damai dalam berhubungan dengan stakeholder manapun.[]

LUAR BIASA, Desember 2014

Pin It on Pinterest

Share This