Select Page

Artikel di bawah diterbitkan di Harian Kontan
[Download PDF KONTAN DAILY Ekonomi Biasa vs Ekonomi Donat]

oleh Jennie M. Xue

Model ekonomi yang kita kenal dan gunakan hingga saat ini adalah yang diperkenalkan oleh Max Weber, Joseph Schumpeter, William Ashley, dan para pakar berikutnya. Termasuk juga para pakar ekonomi Indonesia yang kita kenal baik dan masih berkarya.

Untuk memudahkan membedakan konsep unik dalam artikel ini, kita sebut konsep ekonomi klasik tersebut sebagai “ekonomi biasa” (EB). Sedangkan konsep ekonomi unik yang dibahas adalah “ekonomi donat” (ED).

EB berporos pada ide growth alias pertumbuhan. Konsepnya sederhana, yaitu keuntungan dan produksi tahun depan mesti lebih baik daripada tahun ini. Jadi, “kesehatan” suatu unit bisnis, institusi, dan negara dinilai positif ketika hari ini lebih baik daripada kemarin dan besok lebih baik daripada hari ini.

Ya, pertumbuhan tanpa batas adalah ide dasarnya. Sayangnya, Planet Bumi dan peradaban manusia mempunyai keterbatasan, sebagaimana setiap makhluk biologis. Pada titik tertentu, pasti ada tipping point.

Tipping point adalah suatu kondisi epidemiologi di mana satu perubahan kecil akan membawa perubahan besar. Krisis iklim yang membawa demikian banyak bencana alam, termasuk tenggelamnya negara-negara pesisir seperti yang akan dialami oleh Indonesia, merupakan salah satu dampak langsungnya.

Kunci untuk menyelamatkan umat manusia bukanlah dengan terus-menerus berpegang teguh pada EB, namun sudah saatnya kita semua secara serius dari top to bottom untuk mengaplikasikan ED alias Ekonomi Donat. Ya, karena model ekonomi ini tidak mengenal “membuang sampah akhir.” Setiap produk di akhir hidupnya (life cycle) akan berubah bentuk menjadi materi dasar (raw material) untuk produk-produk berikutnya.

Dalam model ED ini, tidak lagi ada sampah menggunung yang sampai perlu diekspor ke negara-negara berkembang seperti yang telah lama kita alami. Tidak ada lagi sampah non-organik yang merusak ekosistem planet, seperti sampah plastik di laut.

Istilah Doughnut Economy sendiri diperkenalkan oleh ekonom Oxford University bernama Kate Raworth. Ia juga merupakan salah satu Senior Associate di Cambridge Institute for Sustaintability Leadership selain mengajar sebagai profesor dalam program Environmental Change and Management.

Di Eropa, Mud Jeans telah menjalankan sistem donat ini dengan menyewakan celana-celana jins. Bukan dijualbelikan. Dan ketika masa hidup produk telah habis, maka setiap pasang celana jins akan didaur ulang untuk dijadikan jins-jins baru yang kembali disewakan bukan dijual.

Mud Jeans sendiri memproduksi 50.000 pasang celana jins dalam satu tahun. Produksi global mencapai satu miliar pasang celana jins per tahun. Bayangkan seberapa banyak sampah celana jins dalam satu tahun yang dihasilkan.

Dominasi EB memang masih sangat terasa, apalagi di Indonesia yang belum terlalu sadar akan pentingnya Ekonomi Donat. Produk-produk satu kali pakai masih dapat kita jumpai di tempat-tempat penampungan sampah yang menggunung.

Bisnis-bisnis berbasis recyclable materials telah mulai memasuki mainstream namun masih perlu terus ditumbuhkan agar menjadi “default state” ekonomi dunia. Intinya, peradaban manusia tidak pernah kekurangan sumber daya alam. Kita hanya perlu lebih kreatif dan menggunakan akal kita untuk menggunakan kembali (reusing) produk-produk yang kita sangka telah habis masa hidupnya.

Pertumbuhan yang ideal tidak lagi yang membentuk garis menukik ke atas, namun yang membentuk lingkaran alias donat. Setiap bentuk hak azasi manusia dan perlindungan terhadap ekologi merupakan titik utama yang terpenting agar planet biru ini dapat bertahan dalam memberi kehidupan bagi setiap makhluk hidup, termasuk manusia.

Mari kita berbisnis dengan selalu mengingat bahwa setiap produk yang kita jual merupakan “pinjaman” dari anak dan cucu kita. Kita perlu gunakan kembali di akhir masa hidup produk tersebut agar dapat kembali bermanfaat tanpa perlu menjadi penghuni tumpukan sampah.

Ekonomi donat adalah ekonomi terbarukan yang dapat menyelamatkan planet dan peradaban manusia. Apa artinya kita kaya-raya secara finansial namun tidak punya planet lagi sebagai tempat tinggal? Absurd bukan?

Growth terbaik bukanlah yang membentuk garis lurus ke atas. Growth terbaik berbentuk donat. Dalam hal model ekonomi, donat itu sehat![]

KONTAN DAILY, Jumat, 6 Maret 2020

Pin It on Pinterest

Share This