Select Page

Kontan 

Download KONTAN Weekly Efek Rosenthal Ekspektasi Hasil

oleh Jennie M. Xue

Psikolog Harvard Robert Rosenthal bersama dengan kepala SD di San Francisco Lenore Jacobson bergabung dalam tim yang studi the Pygmalion Effect atau Efek Rosenthal. Dalam studi ini, hipotesis bahwa semakin besar ekspektasi yang dibebankan kepada seseorang, maka semakin baik pula hasilnya. 

Studi tersebut diawali dengan menguji 18 kelas sekolah dari tingkat taman kanak-kanak hingga kelas lima. Para siswa dan siswi diuji kognitifnya dengan Harvard Cognitive Ability Test di mana kemampuan verbal dan  berpikir diukur secara seksama. Mereka yang menunjukkan potensi secara intelektual diberi label “bloomers.” 

Para “bloomers” ini dimasukkan ke dalam kelas khusus dengan para guru yang menaruh harapan tinggi kepada mereka. Pelajaran-pelajaran yang diterima juga lebih sulit daripada apa yang para murid terima di kelas-kelas umum. Ekspektasi tinggi diberikan dalam lingkungan positif yang mendukung. 

Satu tahun setelah tes kognitif pertama dan setelah mengenyam pendidikan di kelas khusus untuk para “bloomers,” mereka dites lagi. Hasilnya bisa diduga: mereka melampaui kemampuan para murid yang tidak berada di dalam kelas khusus tersebut. Satu tahun berikutnya lagi, hasil tes mereka masih menunjukkan superioritas intelektual dibandingkan dengan para siswa yang duduk di kelas-kelas umum.

Yang menarik dari studi ini sebenarnya adalah: para “bloomers” yang diasumsikan berinteligensi tinggi tersebut sesungguhnya berinteligensi biasa-biasa saja, alias sama dengan mereka yang duduk di kelas-kelas umum dengan ekspektasi biasa-biasa saja. Trik ini sengaja digunakan untuk membuktikan bahwa apa yang kita pikirkan tentang diri kita membentuk siapa kita dan bagaimana kita berfungsi.


 

Luar biasa. Ekspektasi tinggi dengan pola pikir dan keyakinan bahwa “saya berinteligensi tinggi” (baca: saya pintar), ternyata memberikan hasil yang lebih tinggi dari rata-rata. Ini menunjukkan pentingnya asumsi bahwa setiap orang mempunyai kemampuan besar dalam pencapaian.

Optimisme bisa dipelajari dan dibentuk dengan kesadaran akan kemampuan terpendam setiap individu yang menggali dirinya sendiri. Dalam kelas khusus bagi para “bloomers” tersebut, para guru mempengaruhi para siswa dengan keyakinan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan melebihi rata-rata dan potensi berkembang yang sangat besar. Dalam dua tahun, terbukti inteligensi mereka naik 50 persen. 

Dengan bermodalkan keyakinan akan kelebihan dan kemampuan diri, maka fondasi hidup dan berkarya dengan sukses terbentuk dengan sendirinya. Di dalam kelas-kelas khusus para “bloomers,” para guru juga sangat berperan dalam memberikan semangat dalam berkarya. Ini bisa diterapkan di lingkungan bisnis dan kerja.

 Mindset seperti ini memprogram kembali cara kerja otak dengan memberikan pilihan-pilihan positif, baik, benar, dan besar. Mindset ini juga perlu dibarengi dengan kemampuan berinteraksi sosial sehingga pengaruh bisa ditularkan. John Maxwell menyebut “kemampuan mempengaruhi orang lain” sebagai “kepemimpinan/leadership.”

Para guru di kelas-kelas “bloomers” bukan hanya pendidik namun juga pemberi inspirasi dan motivasi dengan mempercayai kemampuan para siswa. Asumsi bahwa para “bloomers” itu berinteligensi tinggi bisa diduplikasikan di tempat-tempat kerja manapun. Dengan mengingatkan bahwa “kamu pasti bisa” saja merupakan dorongan besar untuk berkarya terlepas dari kemampuan sesungguhnya.

Berkomentar dan berkata-kata positif merupakan hal yang alami bagi beberapa orang, namun bagi sebagian orang lainnya, ini memerlukan latihan dan pengkondisian. Ini merupakan salah satu bentuk kepemimpinan yang mempengaruhi locus of control seseorang.

Locus of control sendiri merupakan terminologi tentang keyakinan seseorang akan kemampuan mereka dalam mengkontrol berbagai peristiwa yang berkenaan langsung dengan mereka. Konsep ini diperkenalkan oleh Julian B. Rotter di tahun 1954.

Internal locus of control mengacu kepada keputusan-keputusan diri sendiri yang besar pengaruhnya akan prestasi seseorang, sedangkan external locus of control mengacu kepada pengaruh dari luar diri mereka yang tidak bisa mereka pengaruhi. Dalam Efek Rosenthal, external locus membentuk internal locus of control sehingga keyakinan akan diri sendiri meningkatkan tinggi.

Keyakinan positif dapat dibentuk dengan berbagai pernyataan positif dalam atmosfir yang tidak menghakimi. Kombinasi lingkungan, locus of control, lingkungan aman dan positif serta memfasilitasi keyakinan diri sehingga bisa tumbuh menjadi besar meningkatkan produktivitas serta kualitas pencapaian. []

KONTAN Weekly, 6-12 Januari 2014

Pin It on Pinterest

Share This