Download KONTAN Daily Di Mana Posisi Google
oleh Jennie S. Bev, Santa Clara
Google
Ampitheater di Mountain View berlokasi sekitar 30 menit dari kediaman saya.
Sesekali melewati kampusnya yang putih bersih dengan aksen warna-warni dan
patung raksasanya. Terkadang tertegun memandanginya sambil berpikir, “So, inilah
perusahaan Internet paling berkuasa di dunia.”
Bekerja
di Google merupakan idaman setiap lulusan IT. Betapa tidak, kampusnya asri dan
rileks. Ruangan kantor dan kubikelnya sangat berseni, artistik dan nyentrik,
tidak terasa sedang berada di ruangan kantor, melainkan seperti di taman
bermain bagi orang dewasa. Makan 3 kali sehari ditanggung kantor dengan
fasilitas restoran bertaraf hotel bintang lima. Juga ada fasilitas olah raga,
laundry dan klinik gratis bagi semua pegawai.
Tentu saja proses diterima oleh Google memerlukan proses yang panjang dan cukup
sulit. Antara lain tes-tesnya yang hanya bisa dikerjakan oleh mereka yang
mempunyai IQ dan skill luar biasa. Google sangat menghargai inovasi,
kreativitas, dan kekuatan intelektual.
Dimulai
sebagai search engine alias “mesin penjelajah” Internet, kini Google telah
merambah berbagai industri, termasuk hardware dan telpon genggam cerdas
(smartphone). Revenue modelnya terkadang membingungkan, seperti memberikan
secara cuma-cuma sistem operasi Android sehingga mengalami opportunity loss
luar biasa. Belum lagi sistem operasi desktop-nya yang gagal.
Android
OS yang digunakan oleh Samsung Galaxy didesain dengan cermat oleh Google dengan
menghabiskan beberapa miliar USD. Samsung selama ini menikmati keuntungan luar
biasa atas kemurahan hati Google ini.
Google+
termasuk social media networking yang kurang berhasil dan Google Reader juga
segera dipensiunkan, padahal ini adalah platform pembaca RSS yang cukup
digemari. Kegagalan OS desktop dengan mudah ditelusuri: kegagalan bersaing
dengan Mac OS dan Windowsnya Microsoft. Kegagalan Nexus telpon genggam
disebabkan kesulitan bersaing dengan iPhone dan Samsung Galaxy.
Sebenarnya
apa sih keistimewaan Google dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan tech
lainnya? Google Ads-nya, yang memasukkan Google ke dalam kategori “perusahaan
periklanan.” Google Scholar dan Google Books memasukkannya ke dalam kategori
“perusahaan penerbitan dan penjelajahan properti intelektual.” Ambisi Google
dalam meng-katalog-kan semua buku yang pernah terbit sepanjang sejarah manusia
merupakan ambisi mulia namun sangat riskan dalam hal pelanggaran HAKI.
Lantas,
Google yang kelihatannya sudah “too big to fail” ini mempunyai masalah apa
saja? Pertama, masalah privasi pengguna produk-produk mereka. Walaupun sampai
sekarang Google sangat berhati-hati sehingga tidak meng-eksploitasi data-data
pengguna, tetap saja para pengguna jasa merasa “terlanggar” privasinya.
Kedua,
Google masih sulit menyaingi Apple dalam hal OS dan hardware. Android dan Nexus
menghabiskan biaya riset yang luar biasa, namun belum membawa keuntungan nyata
bagi Google, selain kapital kepercayaan (trust capital) dari para pengguna.
Ketiga,
mengingat smartphone Android sering kali diproduksi dengan sembrono karena OS
ini gratis bagi smartphone apapun, ini sangat merugikan Google. Produksi
smartphone Android yang serampangan menurunkan kapital kepercayaan dari
pengguna. Sebenarnya hardwarenya yang buruk, namun nama Android yang tercoreng.
Keempat,
Google akan terus berinovasi dengan berbagai cara untuk meningkatkan revenue
iklan Google Ads mereka. Ini merupakan pro dan kontra tersendiri. Dengan riset
yang memakan biaya super tinggi, seperti pengembangan OS dan hardware,
eksperimen-eksperimen bisa jadi hanya merupakan riset idealis.
Bottom
line Google adalah sebagai media online utama, namun bukan sebagai produsen
konten unik sebagaimana Yahoo!. Google hanya merupakan kurator dan pemakai
keywords yang sangat genial, sehingga berbagai produknya memakai keywords
tersebut sebagai pusatnya.
Yahoo!
Lebih memfokuskan diri dengan konten-konten unik yang tidak didapat di tempat
lain. Yahoo! dengan berbagai channel-nya merupakan perusahaan berita (news
corporation), sedangkan Google adalah advertising company dan news curator,
terlepas dari berbagai jenis industri yang ingin dimasukinya.
Sebagai
perusahaan periklanan dan kurator berita serta mesin penjelajah Internet,
Google sudah mencapai puncaknya. Namun, sebagai produsen hardware dan software,
Google berkompetisi dengan Apple, Microsoft, dan Samsung. Posisi rentan Google
ditambah lagi dengan isu-isu privasi dan pelanggaran HAKI mengingat ambisi
mengkatalog-kan semua buku di dunia sepanjang sejarah.
Google
tetap akan merajai bisnis Internet sampai ada yang bisa menandingi kejenialan
dan daya inovasinya yang luar biasa. Ini tantangan bagi para ahli IT di
Indonesia. Silakan dipelajari, ditiru, dan ditandingi. Salam dari Silicon
Valley.[]
KONTAN Daily, Jumat, 3 Mei 2013