[Download PDF KONTAN DAILY Design Thinking dan AirBnB]
oleh Jennie M. Xue
AirBnB adalah singkatan “Air Bed and Breakfast” alias “Kasur Angin dan Sarapan Pagi.” Didirikan di tahun 2008 oleh tiga sahabat Joe Gebbia, Brian Chesky dan Nathan Blecharczyk. AirBnB dikenal sebagai disruptor pioner akomodasi yang menggetarkan dunia perhotelan. Valuasi terkini situs penyewaan akomodasi ini bernilai USD 10 miliar.
Joe dan Brian sama-sama kuliah di Rhode Island School of Design (RISD) Jurusan Industrial Design. Sedangkan Nathan adalah lulusan Ilmu Komputer di Harvard. Bertiga, mereka membangun AirBnB dengan bermodalkan berjualan sereal sarapan pagi.
Metodologi design thinking tampaknya telah mendarah daging di dalam diri mereka. Dengan mencocokkan antara data kebutuhan akan kamar dengan adanya ruang kosong di apartemen mereka, mereka menggabungkan data dengan empati, angka dengan kebutuhan. Dalam design thinking, data menggerakkan daya kreatif mereka.
Awal mulanya, sebuah design conference di San Francisco meledakkan vakansi hotel-hotel di downtown. Terbesitlah ide jenial untuk menyewakan apartemen mungil Joe dan Brian yang sangat tinggi harga sewanya itu. Kebetulan lokasinya dekat konferensi tersebut.
Apa daya? Tiada lagi kamar yang bisa disewakan. Tanpa kehilangan akal, mereka sewakan kasur berisi udara yang diletakkan di ruang tamu. Jadilah “air bed” rental. Segera, mereka buatkan situs Web sederhana yang dipromosikan di beberapa blog rekan mereka.
Air bed rental mereka berhasil menarik 3 penghuni. Uniknya, mereka berusia 30an dan telah bekerja, bukan para mahasiswa pencari tempat tinggal murah meriah. Dari 3 penyewa tersebut, berbagai ide menarik terus bergulir.
Di bulan Agustus 2008, di kota Denver, negara bagian Colorado, Democratic National Convention diselenggarakan. Barack Obama memberikan presentasi di hadapan 100.000 orang, sedangkan hanya ada 30.000 kamar hotel di kota tersebut.
Melihat ini sebagai kesempatan emas, AirBnB diluncurkan tepat sebelum diselenggarakannya Konvensi Nasional Partai Demokrat tersebut. Jadilah timing ini sangat tepat.
Namun, bagaimana dengan kapital awal? Tiga serangkai ini mempunyai ide yang tepat untuk dijual di masa konvensi tersebut. Menjual sarapan pagi sereal berdesain eksklusif Obama O’s dan Cap’N McCain’s masing-masing seharga USD 40 per kotak sebanyak 500 kotak.
Ternyata, ide “setengah gila” fund raising ini berhasil mengumpulkan USD 20.000 untuk kapital awal AirBnB. Dan proyek ini sangat menarik inkubator bisnis Y Combinator di California, jadilah mereka diterima bergabung. Inkubator prestisius ini dikenal lebih sulit ditembus daripada Harvard Business School.
Tiga serangkai kemudian berkeliling AS ke kota-kota di mana para pemakai jasa AirBnB banyak berkumpul. Dari pengalaman tersebut, mereka mengenal apa saja keunggulan AirBnB dan bagaimana dapat dikembangkan lagi.
Ada tiga hal menarik yang dapat dipelajari dari pendirian AirBnB.
Pertama, sering kali akomodasi hotel tidak memadai dari segi kuantitas maupun jenisnya. Penyewa kamar tidak selalu wisatawan, sehingga kebutuhannya pun berbeda-beda. Ada yang hanya perlu tempat rebahan pada malam hari, ada yang ingin menikmati kamar.
Jadi ada kebutuhan akan akomodasi “non hotel” yang dapat dipenetrasi oleh AirBnB. Apa saja jenis akomodasi yang ditawarkan mereka? Kasur udara, kamar tidur, apartemen, kapal yacht, kastil, pulau pribadi, iglo, mobil, tempat kerja bersama, rumah pohon, rumah mikro, galeri seni, dan tenda antrian bermalam.
Kedua, penyewaan kamar di dalam rumah atau apartemen telah ada sejak dulu, namun banyak konsumen yang kurang nyaman dengan transaksi cash. Situs dengan kemampuan e-commerce membuat proses booking lebih cepat dan akurat. Dan uang berpindah tangan dengan aman dan terdeteksi.
Faktor kenyamanan dan keamanan booking merupakan salah satu unsur penting yang sangat menarik. AirBnB juga menyeleksi ketat kualitas dan lokasi akomodasi yang disewakan, sehingga ada faktor kepercayaan ekstra bagi penyewa.
Ketiga, faktor koneksi sosial merupakan salah satu daya tarik utama AirBnB. Dengan menginap di apartemen, Anda serasa menjadi bagian dari kota baru. Bukan semata sebagai pendatang. Ada pengalaman bertualang berbeda dengan tidak menginap di hotel yang steril dan telah dapat diduga sebelumnya.
Kontak dengan pemilik apartemen juga memungkinkan untuk mempunyai kenalan baru yang dapat menjadi tempat bertanya. Semakin banyak teman baru di tempat baru, tentu semakin baik.
Akhir kata, AirBnB mungkin tidak mengubah dunia namun mereka mengubah bagaimana kita mengalaminya. Mereka menjawab kebutuhan pasar dengan menggunakan kacamata desain, yaitu ruang kosong di ruang tamu yang bisa dimonetisasikan. Pelajaran unik dan berharga untuk kita terapkan dalam mengisi kesempatan yang ada.[]
KONTAN DAILY, Jumat, 13 Januari 2017