oleh Jennie M. Xue
Uber divaluasi seharga USD 18 miliar. Padahal Uber hanyalah sebuah aplikasi smartphone berbasis iPhone dan Android yang berfungsi “memanggil” kendaraan beroda empat di 128 kota dan 37 negara, termasuk Jakarta. Akankah “demam” Uber ini menggantikan posisi taksi legal dan “taksi gelap” di Indonesia, bahkan dunia?
Dalam kultur Indonesia, dikenal “taksi gelap” alias mobil pribadi yang disewakan per perjalanan, per hari, bahkan per minggu atau per bulan lengkap dengan supir. Harga berdasarkan negosiasi dengan pemilik atau pengendara. Berbeda dengan taksi legal yang menggunakan meter berdasarkan kilometer atau menit.
Uber sendiri memberikan kesempatan berbisnis bagi siapa saja yang memiliki mobil yang berjalan dengan baik dan representatif sebagai kendaraan sewaan. Jadi, siapa saja bisa dengan mudah mendaftarkan diri melalui Web site Uber “be a driver” di kota yang dipilih. Bahkan apabila berdomisili di kota yang belum dicakup oleh Uber, maka penetrasi pasar terbaru dibukakan oleh “new driver” tersebut.
Dengan kata lain, konsep bisnis Uber sangat jenial. Bayangkan, tanpa perlu memiliki aset kerja berupa mobil dan limo, Uber corporation dapat melakukan penetrasi pasar dengan mengkonsolidasikan pemilik, pengendara, konsumen, dengan kendaraan. Dengan bermodalkan sebuah aplikasi unik, Uber corporation “merajai” dunia dengan konsep bisnis disrupsi yang mengguncangkan model bisnis penyewaan taksi dan limo dunia.
Dengan penggunaan aplikasi smartphone yang semakin tanpa batas ini, planet bumi kini semakin “menyatu” sebagaimana diharapkan oleh Profesor Teori Astrofisika Michio Kaku dari CUNY. Dan ini membawa pro dan kon tersendiri bagi dunia bisnis dan para entrepreneur.
Para pedesain aplikasi-aplikasi smartphone yang merupakan kombinasi entrepreneur dan ahli teknologi informasi mempunyai kans untuk go internasional yang sangat besar. Dunia sudah tanpa batas, sepanjang koneksi Internet berjalan dengan baik dan smartphone semakin populer dengan harga terjangkau.
Valuasi Uber senilai USD 18 miliar tersebut melebihi nilai valuasi Alcoa, Tiffany, dan Whole Foods, bahkan melebihi perusahaan penyewaan mobil kawakan Hertz dan Avis yang telah lama dikenal di dunia internasional. Angka ini menimbulkan tanda tanya apakah “gelembung Internet” sudah semakin gendut sehingga siap untuk pecah lagi seperti di tahun 2001?
Di AS sendiri, dalam satu tahun industri taksi dan limosin sewaan mencapai USD 11 miliar. Di kota-kota metropolis seperti London dan New York City, setiap orang rata-rata menghabiskan sekitar USD 250 per tahun untuk biaya taksi dan limosin.
Uniknya, menurut para pakar valuasi bisnis, nilai USD 18 miliar untuk saham Uber masih terlalu rendah. Menarik dan mencengangkan, bukan?
Omzet Uber sendiri berlipat ganda setiap enam bulan. Di tahun 2013, booking melalui Uber senilai USD 1 miliar dengan keuntungan 20 persen, yaitu sekitar USD 200 juta. Saat ini, bisa diperkirakan, keuntungan Uber telah mencapai USD 800 per tahun. Fantastis. Ide sederhana yang bekerja dengan baik, terutama di era resesi global yang menyebabkan kepemilikan mobil semakin tidak dilirik.
Dan mereka yang memiliki mobil namun tidak bekerja mengingat angka pengangguran internasional sangat tinggi, kini mempunyai lapangan kerja baru sebagai supir Uber. Dalam satu bulan, Uber membukakan 20.000 (dua puluh ribu) kesempatan kerja alias menjadi supir Uber di seluruh dunia. Di AS, seorang supir Uber penuh waktu yang bekerja 8ñ10 jam per hari menghasilkan USD 90.000 per tahun. Bandingkan dengan supir taksi legal yang hanya menghasilkan sepertiganya plus tip.
UberX adalah bagian dari Uber yang menjangkau pasar kelas menengah dengan kendaraan efisien komuter. Dan CEO Uber Travis Kalanick berkeyakinan bahwa ceruk ini sangat empuk dibidik di negara-negara maju yang sedang mengalami resesi global.
Mengapa? Karena cost-effective-nya, car-on-demand ala Uber merupakan substitusi ideal bagi kepemilikan mobil. Biaya cicilan, depresiasi, bensin, bunga kredit pinjaman, asuransi, perbaikan dan perawatan, dan registrasi mobil per tahun untuk kendaraan ekonomis mencapai USD 9000. Sedangkan biaya sewa UberX per tahun untuk penggunaan ekonomis alias tidak terlalu sering hanya USD 6000.
Uber memberi solusi untuk tenaga kerja dan efisiensi biaya secara global. Juga membuka bab baru bisnis-bisnis on-demand dalam sharing economy, sebagaimana AirBnB dengan sharing akomodasi.[]
KONTAN Weekly, Jumat 16 Januari 2015