Select Page

[Download PDF KONTAN WEEKLY Dari Pegawai ke Pebisnis]

oleh Jennie M. Xue

Jika Anda percaya bahwa menjadi pebisnis adalah jalan tol untuk menjadi kaya raya, pikirkan kembali baik-baik. Seorang pebisnis memang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menjadi kaya, karena penghasilan yang dapat diterima tidak terbatas.

Namun, ini bukan terjadi seketika dan dalam waktu sekejap. Perlu konsistensi, motivasi membara, manajemen waktu, dan skill-skill lain yang perlu dipelajari dan dipoles hingga optimal. Dan untuk memulai bisnis, diperlukan keberanian untuk mencoba, selain optimisme membara.

Sky is the limit, katanya. Nah, jika Anda masih berstatus sebagai pegawai, bisakah memulai bisnis? Tentu bisa. Berapa modal awal yang perlu dimasukkan, mengingat jumlah aset terbatas?

Menurut Patrick McGinnis, seorang venture capitalist dan penulis buku 10% Entrepreneur, tidak lebih dari 10 persen dari penghasilan bulanan dapat dipakai untuk memulai bisnis baru dari nol. Jadi, jika besar gaji Anda Rp 20 juta, sisihkan Rp 2 juta untuk memulai bisnis setiap bulan.

Kok sedikit banget? Bukankah untuk memulai suatu bisnis diperlukan modal miliaran Rupiah? Tergantung bisnisnya, tentu. Jika Anda ingin membuka sebuah department store atau pabrik elektronik, tentu perlu modal super besar.

Namun, Anda kan pebisnis pemula. Gunakan saja 10 persen dari penghasilan yang ada. Bisnis dimulai dari kecil-kecilan namun sustainable. Tidak perlu gengsi-gengsian dengan memulai bisnis yang bermodalkan miliaran Rupiah, padahal hasilnya tidak jelas.

Logikanya, angka 10 persen itu cukup besar untuk pemula, namun tidak cukup besar untuk mengganggu pengeluaran sehari-hari. Sedikit berhemat sudah cukuplah. Tidak perlu sampai mengencangkan ikat pinggang sampai kehabisan nafas, begitu kira-kira.

Juga, angka 10 persen itu berlaku untuk jumlah jam yang Anda luangkan untuk mempelajari luar dalam bisnis yang akan dimulai. Jadi, dari 10 jam kerja, tambahkan satu jam saja untuk mempelajari bisnis tersebut, jadi Anda tidak terlalu ngos-ngosan membagi waktu.

Angka 10 persen itu termasuk “angka ajaib.” Bahkan sejak zaman dahulu kala digunakan sebagai standar pajak, upeti raja, dan sebagainya. Sedangkan angka 20 dari Teori Pareto 80/20 agak terlalu besar untuk bereksperimen.

Di Google, misalnya 70 persen waktu digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas sesuai job description. Sedangkan 20 persen untuk menjalankan proyek-proyek baru. Nah, 10 persen lagi dipakai untuk melakukan hal-hal yang totally berbeda dari deskripsi pekerjaan dan proyek-proyek baru.

Jadi, dari 10 jam kerja per hari, hanya tujuh jam digunakan untuk menjalankan tugas utama. Dua jam lagi untuk menjalankan proyek-proyek baru dan satu jam lagi untuk “bermain” dengan berbagai konsep baru yang menggelitik.

Jika Anda bekerja lebih dari 10 jam per hari, hitung saja berapa jam 10 persen itu. Pasanglah weker agar tidak berlarut-larut. Gunakan waktu itu sebagai “intermeso” selingan ketika senggang.

Lantas, apa saja yang perlu Anda perhatikan tentang suatu ide bisnis? Dengan kata lain, bagaimana Anda bisa mengambil keputusan untuk memulai bisnis itu atau tidak?

Pertama, kenali luar dalam bisnis tersebut. Tidak hanya dari segi positifnya saja. Apa saja yang enak dan tidak enak dari bisnis tersebut.

Kedua, hitung leads yang telah tampak di hadapan Anda. Leads adalah siapa saja yang akan dibidik. Satu contoh kasus, misalnya seseorang yang hendak memulai bisnis kostum balet khusus untuk kompetisi.

Yang perlu Anda cari tahu adalah ada berapa murid balet di kota Anda berdasarkan jumlah kursus balet. Survei dengan berbagai cara untuk mengetahui jumlah murid rata-rata per kursus. Itu adalah jumlah sales leads. Berapa angka konversinya? Tergantung dari ada berapa kompetisi balet per tahun dan kostum apa yang digunakan mereka.

Siapa pensuplai kostum kompetisi selama ini? Jika memungkinkan, kunjungi mereka untuk lebih mengenali kompetitor.

Ketiga, cari tahu berapa keuntungan dari penjualan suatu produk. Berapa profit mark-upnya. Pakaian balet anak-anak leotard untuk latihan biasa, mungkin harganya hanya ratusan ribu Rupiah saja. Berapa profit marginnya, cari tahu. Berapa harga kostum balet kompetisi yang eksklusif? Tentu berbeda dan bisa mencapai beberapa juta Rupiah.

Perhatikan jumlah leads-nya. Jelas murid balet anak-anak ada ribuan orang, namun yang sangat berprestasi sebagai balerina bisa dihitung dengan jari. Hitunglah baik-baik jumlah leadsnya. Jika terlalu kecil, maka ini bukan bisnis yang feasible.

Bisa dipahami mengapa penjualan mi instan sangat tinggi. Ya, karena leads-nya ada 245 juta orang di Indonesia dan hampir setiap hari lebih dari separuh penduduk pasti makan mi instan. Luar biasa, bukan?

Yang terakhir, kenali resiko-resiko bisnis dan bagaimana mengatasinya sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Ini sangat penting agar Anda semakin siap ketika ada tantangan yang perlu diatasi. Silakan menyisihkan 10 persen dari gaji dan waktu untuk memulai bisnis baru.[]

KONTAN WEEKLY, 24 – 30 Juli 2017

Pin It on Pinterest

Share This