Select Page

[Download PDF KONTAN WEEKLY Dari Manajer jadi Pemimpin]

oleh Jennie M. Xue

Bagi para manajer yang dipromosikan sehingga “melompat” dari level unit ke level korporat sering kali mengalami “culture shock.” Transisi tersebut perlu ditangani dengan hati-hati dan konfiden. Pakar HR Michael Watkins berpengalaman menemukan adanya 7 hal penting dalam transisi manajer unit kepada pimpinan korporat. Apa saja?

Satu, jebakan “overmanaging unit yang dikenal dan undermanaging divisi-divisi lain.” Dari spesialis menjadi generalis memang merupakan lompatan jauh dan sering kali membingungkan karena “panggilan” dari posisi sering kali terasa lebih kencang.

Padahal, undermanaging unit-unit yang kurang dipahami dapat diatasi dengan belajar bertanya secara tepat sehingga apa yang belum dipahami dapat terjawab dalam proses belajar.

Untuk mengatasi hal ini, seorang pemimpin korporat perlu mengenali sub kultur, metriks, dan terminologi alias “bahasa” yang dimiliki semua fungsi di dalam korporasi. Ia perlu mengenali tools yang digunakan di dalam setiap unit, sehingga ia dapat berkomunikasi dan melakukan supervisi sebagaimana dibutuhkan.

Dua, dari analis menjadi integrator. Memimpin unit berarti sangat spesifik dan mengandalkan ketrampilan menganalisa. Sedangkan pemimpin korporat mempunyai tugas mengintegrasikan berbagai fungsi agar tercipta harmoni dan sinkronisasi.

Ia perlu mengenali pendekatan-pendekatan dalam menyeimbangkan derap kerja setiap unit. Misalnya unit pemasaran perlu mengenali kemampuan produksi sehingga jumlah order dapat dikerjakan dan sebaliknya.

Tiga, dari manajer taktis menjadi pemimpin strategis. Sebagai manajer unit, fokus adalah aktivitas-aktivitas taktis per unit dan lingkup tanggung jawab terbatas. Pola pikirnya terbatas dalam satu lingkup saja tanpa perlu terlalu memperdulikan unit-unit lain.

Sebagai pemimpin korporat, ia perlu mengenali berbagai pola, struktur, proses, dan eksekusi serentak. Intinya, ia perlu mengenali bagaimana satu perubahan mempengaruhi unit-unit lain dan korporasi secara keseluruhan. Satu unit tidak berjalan baik, maka sistem korporasi keseluruhan terpengaruh.

Empat, dari pemecah masalah menjadi pendefinisi masalah sebelum masalah terjadi. Untuk itu, seorang pemimpin korporat perlu mengenal big picture industri dan ekonomi makro yang mempengaruhi industri.

Dalam operasional perusahaan, perlu juga dikenali masalah-masalah di grey area, seperti faktor-faktor motivasi agar semua unit berjalan optimal. Setiap organisasi punya berbagai masalah yang perlu didefinisikan dari awal, sehingga eksekusi berjalan dengan kesadaran akan berbagai resiko (risk management).

Lima, dari seorang “warrior” menjadi seorang diplomat. Me-manage sebuah unit hanya mempertimbangkan berbagai kemungkinan pencapaian gol belaka. Dengan kata lain, seorang manajer hanya perlu menjadi “warrior” dalam satu hal.

Seorang pemimpin korporat perlu mengenali berbagai isyu dan menjalin aliansi sambil mengatasi berbagai masalah kompleks yang saling bertalian satu sama lain. Selain itu, ia juga perlu membangun kepercayaan internal dan eksternal. Ia perlu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan

Enam, metode komunikasi berubah dari personal menjadi komunikasi massa. Jadi, pandangan sempit per fungsi perlu diperbaharui dengan pandangan holistik yang disampaikan secara masal.

Dulu mungkin sangat mudah untuk meladeni pertanyaan dari anak buah satu per satu. Kini, berbagai isyu dikumpulkan dan tanggapan diberikan melalui berbagai forum resmi, sehingga tidak membuang terlalu banyak energi.

Tujuh, dulu satu fungsi, kini cross-functional, sehingga perlu kenali banyak ketrampilan baru tanpa mendalami secara berlebihan. Sebagai pemimpin korporat, Anda tetap perlu mengenali skill-skill inti yang sangat mempengaruhi jalannya roda bisnis. Untuk itu, kenali setiap skill hingga kedalaman memadai.

Dengan kata lain, Anda perlu kenali lebih dari “sekedar tahu” namun kurang dari “eksekusi menyeluruh dari A sampai Z.” Pemahaman mendalam tentang cara kerja berbagai fungsi dan ketrampilan akan sangat membantu pendefinisian masalah dan pengambilan keputusan.

Analoginya, Anda perlu tahu betul kualitas terbaik sebuah produk. Dengan demikian, Anda juga lebih sulit untuk “ditipu” oleh mereka yang mengaku mampu eksekusi, namun ternyata hanya “sekedar tahu.”

Akhir kata, ekonom dan ahli matematika Eric Weinstein pernah berkata bahwa seorang (pemimpin) jenius bukan berarti yang terbaik namun menjalankan sesuatu secara berbeda. Genius is not about excelling at something. It is about doing things differently.

Bagaimana Anda menjalankan kepemimpinan secara holistik di tingkat korporat akan sangat menentukan arah bisnis dan ujungnya akan mempengaruhi kondisi ekonomi makro. Perdalam kemampuan menganalisa dan diplomasi holistik saat ini juga. Skill ini dapat melontarkan karir Anda.[]

KONTAN WEEKLY, 19 – 25 Juni 2017

Pin It on Pinterest

Share This