[Download PDF KONTAN WEEKLY Cemas dan Ekspektasi]
oleh Jennie M. Xue
Sering kali kita mempunyai rasa cemas (anxiety) baik di tempat kerja maupun di rumah. Dari mana asalnya? Bagaimana kita dapat mengatasinya? Sehatkah untuk mempunyai rasa cemas? Bagaimana jika cemas berlebihan?
Intinya, kecemasan muncul karena adanya ekspektasi (expectation) akan kinerja (performance). Ada gap antara fakta dan harapan. Semakin besar gap tersebut, semakin cemas terasa.
Rasa cemas muncul ketika kita perlu perform untuk menghasilkan sesuatu. Baik untuk jangka pendek (saat ini), jangka menengah (minggu atau bulan), dan jangka panjang (beberapa tahun).
Bisa dimengerti mengapa public speaking termasuk salah satu aktivitas yang sangat mencemaskan. Ini termasuk rasa cemas yang terjadi pada saat ini.
Dalam public speaking, tampil “sempurna” dalam gaya pembawaan presentasi, materi pembahasan, infleksi bahasa, dan raut muka menarik nan positif merupakan performance kompleks yang membutuhkan energi fokus yang tinggi. Dan semua perlu dijalankan dalam waktu bersamaan di saat ini.
Dalam mempersiapakan materi pelatihan untuk bulan depan, misalnya, semestinya ini menjadi sumber motivasi pembelajaran. Namun gambaran bahwa perlu riset mendalam untuk menggali materi komprehensif, timbul rasa cemas akan keterbatasan waktu.
Cukupkah waktu untuk mempersiapkan dan mengemasnya dalam format-format tertentu? Belum lagi ekspektasi performance di muka para peserta training yang telah berpengalaman di bidangnya.
Rasa cemas juga sering muncul ketika membayangkan masa tua yang diharapkan (jangka panjang). Idealnya, masa pensiun adalah masa bertamasya keliling dunia, tinggal di rumah nan nyaman, dan bercengkerama bahagia dengan handai taulan.
Gambaran positif dan menyenangkan. Faktanya, sering kali ketika membayangkan masa tua, kita malah menjadi stres dan cemas.
Apalagi ada unsur “ketidaktahuan” di sana. Seperti apa 20 atau 30 tahun lagi? Apakah Indonesia dan dunia semakin membaik atau memburuk? Berapa harga sepiring nasi? Cukupkah tabungan hari tua Anda?
Semestinya, apapun gol Anda, bisa dijadikan sumber inspirasi dan tujuan hidup. Menjadi motivasi, bukan demotivator.
Ketika kita menjadi stres dan terdemotivasi, artinya kita membandingkan kondisi kita di saat ini dengan masa depan yang “belum jelas” atau dengan pencapaian orang lain. Padahal, ini hanyalah noise, bukan inti dari masalah.
Saat “mata terpaku pada gol akhir,” kita diingatkan bahwa sampai saat ini, tujuan masih belum tercapai. Semestinya, ketika “mata terpaku pada gol akhir,” kita kembali melihat apa yang telah dan dapat dikerjakaan saat ini. Bukan malah menjadi terbeban.
Kuncinya adalah memperkecil dan menyederhanakan langkah-langkah yang perlu diambil.
Misalnya, jika Anda beraspirasi pensiun di usia tertentu, berapa jumlah uang perlu dimiliki di dalam deposito bank atau akun investasi? Hitung mundur, sehingga Anda dapat mengkalkulasikan jumlah tabungan per bulan.
Ketika Anda berharap untuk menjadi public speaker yang baik, pilah-pilah apa saja yang perlu diperhatikan dan diperbaiki. Intonasi suara, kecepatan, ekspresi wajah, bahasa tubuh, penguasaan bahan, tanya jawab, bahan-bahan selingan, dan sebagainya. Semua bisa dipilah dan dijadikan “to do list.”
Gunakan formula observasi-kerjakan-koreksi dalam mengenali dan memperbaiki setiap langkah kecil performance. Ekspektasi perlu dikenali komponen-komponennya.
1. Observasi
Amati diri Anda. Hal-hal apa saja yang mencemaskan? Jangka pendek, menengah atau panjang? Pilah-pilahkan variabel yang ada dan kenali apa saja ekspektasi dan performance yang diharapkan.
2. Kerjakan
Setelah mengamati dan mengenali hal-hal yang mencemaskan dan variabel-variabelnya, tiba waktu untuk menjalankan per tahap terlepas dari rasa cemas. Setiap tahap kecil menjadi gol baru yang semakin mendekatkan kepada gol utama.
3. Koreksi
Evaluasi dan koreksi apa yang perlu diperbaiki per langkah. Seterusnya, jalankan setiap langkah dengan ekspektasi per langkah, bukan ekspektasi ketika gol tercapai.
Akhir kata, rasa cemas akan selalu datang silih berganti. Bagaimana kita mengatasinya menentukan bagaimana gol-gol kita dapat tercapai. Amati, jalankan, dan evaluasi serta perbaiki.
Gunakan rasa cemas sebagai alat pendeteksi adanya hal-hal yang perlu diperbaiki. Namun, apabila ada rasa cemas berlebihan, konsultasikan kepada psikolog, karena ada kemungkinan mengidap anxiety disorder.[]
KONTAN WEEKLY, 22-28 Januari 2018