KONTAN Daily Bisnis Ide Kreatif Kata
oleh Jennie M. Xue
Evolusi dunia pasca industrialisme sedang bergulir. Semakin banyak bisnis yang mempunyai kapital berbentuk ide kreatif, desain, dan kata-kata. Istilahnya adalah berbisnis intellectual property. Berbagai seminar publik tentu menjual ketrampilan yang diolah secara profesional dan disajikan secara menarik. Dengan berbagai desain dan kata-kata yang mendukung, menginspirasi, dan memotivasi. Juga memberikan rasa betah.
Para pemimpin besar dunia, bahkan coach berkaliber internasional seperti Vince Lombardi dan Alex Ferguson mengandalkan kekuatan kata-kata. Dunia realitas virtual juga menjual ide dan kata-kata, selain desain grafis yang menarik dan mencengangkan. Selain itu, sebuah film baik atau buruknya tergantung kekuatan penulisan skenario, yang merupakan dimensi kata-kata, selain tentu saja sinematografi, arahan sutradara, dan editing yang baik.
Perbedaan seorang salesman/woman yang superstar ala Jordan Belford Si Serigala Wall Street NYC dengan mereka yang biasa-biasa saja bisa dilihat dari kata-kata yang dipakai. Pemilihan kata-kata mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Termasuk keputusan membeli dan menggunakan produk.
Hampir semua bisnis mengandalkan kata-kata dan ide-ide kreatif. Coba kita perhatikan merek McDonald’s dan burger yang dijual dengan gerobak keliling kampung. Apa perbedaannya selain kualitas produk dan menu? Kata-kata yang dipakai dalam branding dan segala macam perangkat jual mereka. Apa perbedaan utama dari mereka yang pasar kelas atas dengan yang biasa-biasa saja? Pemilihan dan penggunaan kata-kata, juga warna, dan desain kreatif.
Bisnis kaos T-shirt yang warna-warni, misalnya, merupakan salah satu bisnis yang mengandalkan kata-kata dan desain fashion. Namun kualitas produk kaosnya sangat menentukan kualitas akhirnya, tidak hanya kata-kata yang disablon di atasnya.
Ide dan kata-kata merupakan bahan baku dalam industri kreatif. Di negara-negara maju, para penulis dan seniman mempunyai potensi tidak terbatas untuk mencapai kemandirian finansial optimal, bahkan tertinggi. Bayangkan betapa luar biasa para penulis buku fiksi pencipta seri Twilight, Harry Potter, Hunger Games, dan Divergent. Novel-novel tersebut mengandalkan ide kreatif, narasi, dan kata-kata yang mendukung industri buku, merchandise, film, dan game.
Terjadi interseksi antara industri film dan music Hollywood dengan industri Internet termasuk aplikasi dan computer games Silicon Valley. Di Asia, juga terjadi interseksi antara K-Pop dengan berbagai sektor industri, termasuk fast food. Channel TV di negara-negara Asia, seperti Singapura, Jepang, Taiwan, dan Tiongkok Daratan juga menayangkan berbagai musik dan film K-Pop yang mewabah. Korea telah menjadi kiblat budaya popular di Asia.
Di sinilah keindahan budaya yang menjadi “bahan baku” bisnis. Berbagai ide kreatif, koreografi, desain, kata-kata, dan teknologi konten yang mendukungnya memberikan “nafas” bagi berbagai produk. Hello Kitty dari Sanrio dan berbagai karakter Disney dan Nickelodeon, misalnya, merupakan produk budaya yang berasal dari ide-ide kreatif belaka.
Desain dan bahasa memberikan “nafas” bagi berbagai produk. Di Jalan Sunda berseberangan dengan Gedung Sarinah Thamrin Jakarta, berdiri hotel baru unik bernama Artotel. Ini adalah hotel butik yang unik dengan dekorasi berbagai art pieces yang kontemporer. Dari langit-langit yang bermural warna-warni, hingga dinding yang retro, patung, dan lukisan memberikan sentuhan jiwa tersendiri.
Tanpa desain, ide-ide kreatif, dan kata-kata, semua produk akan “telanjang” dan menjadi sama satu dengan lainnya. Ismaya Catering mengkapitalisasi desain restoran dan kafe sehingga para pelanggan merasa betah dengan berbagai sajian makanan yang bergaya modern dan cozy.
Kultur merupakan nafas dan bahan baku bisnis. Kultur mempengaruhi bisnis dan ekonomi global. Namun ekonomi global juga mempengaruhi kultur. Di saat ekonomi makro sejahtera, bisa kita temui produk-produk mahal dan luks. Di saat dunia prihatin dengan resesi, berbagai produk murah meriah dan sederhana fungsional merajarela. Kultur dan bisnis berjalan paralel dan saling berkaitan. Bagaimana dengan bisnis Anda?[]
KONTAN Daily, Jumat 13 Juni 2014