KONTAN Daily McDermott dan SAP
oleh Jennie M. Xue
“Strategi” merupakan kata kunci kemenangan. Tanpa berstrategi, akan sangat sulit untuk mencapai kemenangan. Bill McDermott memang belum seterkenal Steve Jobs pendiri Apple dan Larry Ellison pendiri Oracle. Namun McDermott semakin melegenda dengan sepak terjangnya di SAP, yang merupakan perusahaan software bisnis terbesar di dunia. Dan ia merupakan personifikasi kata “strategi” yang perlu kita kenal lebih dekat.
Ketika berusia 16 tahun di Long Islands, New York, ia bekerja 3 macam pekerjaan untuk membeli deli mungil sebagai bisnis pertamanya. “Deli” adalah semacam warung roti sandwich dan kopi sederhana di lingkungan rumah tinggal atau perkantoran. Bukan semacam warung kopi elegan ala Starbucks.
Setelah lulus dari universitas, ia mulai bekerja sebagai salesman door-to-door untuk Xerox, di mana ia selalu menduduki ranking pertama untuk penjualan terbanyak. Ia pun diangkat sebagai presiden salah satu divisi Xerox termuda. Setelah itu ia bergabung dengan SAP dan di tahun 2010 menjadi co-CEO. Kini ia adalah CEO tunggal perusahaan software terbesar di dunia ini.
SAP berbasis di Jerman. Ini menarik karena para kompetitornya seperti Oracle maupun Cisco berbasis di Silicon Valley.
Yang lebih menarik lagi adalah pangsa pasar SAP yang 80 persennya adalah perusahaan kecil dan menengah (SMEs). SAP menjadi motor 74 persen transaksi bisnis dunia dan 97 persen dari 1.8 juta SMS yang dikirim setiap hari di muka bumi ini.
Para pemakai SAP mendistribusikan 78 persen suplai makanan dunia, 76 persen produk-produk kesehatan dan kecantikan, 82 persen dari kopi dan teh dunia, 79 persen konsumsi coklat, dan 77 persen dari konsumsi bir dunia. Dan apa kelebihan SAP dari segi strategi pemasaran? Pemasaran substansi alias konten secara epik alias “epic content marketing.”
Joe Pulizzi dalam Epic Content Marketing: How to Tell a Different Story, Break Through the Clutter, and Win More Customers by Marketing Less membahas bagaimana bisnis-bisnis raksasa dunia seperti John Deere, Procter & Gamble, dan Red Bull “menjual” dengan tidak menjual. Strategi ini juga diterapkan oleh SAP.
Mereka berhasil mengidentifikasi gap antara harapan akan informasi produk dengan informasi solusi konsumen. Konten informasi yang SAP tawarkan mencakup: bagaimana mengembangkan bisnis, bagaimana menekan cost, bagaimana mengalahkan kompetitor, dan bagaimana mendapatkan konsumen setia.
Pertanyaan-pertanyaan kunci tersebut dijawab dalam bahasa konsumen yang sederhana. Bisa dilihat di sini: http://global.sap.com/campaigns/digitalhub-internet-of-things/index.html. Tersedia pula link untuk mengunduh ebook putih (white paper ebook) tentang fungsi-fungsi produktif SAP.
Bill McDermott dalam buku otobiografinya berjudul Winners Dream: A Journey from Corner Store to Corner Office, A Global CEO’s Life Lessons in Sales, Motivation and Leadership menggambarkan kehidupannya sejak masa kanak-kanak bersama orang tua yang optimis dan positif dengan nilai kerja keras. Ia dikenal sebagai pemimpi besar dan berkeyakinan bisa mencapai apapun yang dicitakan.
Di usia 11, ia bekerja sebagai loper koran di Long Island dengan 150 rumah tujuan antaran. Sering kali ia mampir ke rumah-rumah yang belum berlangganan koran sambil menawarkan jasanya. Dengan bersepeda di segala iklim dan cuaca, termasuk di musim hujan dan dingin, ia telah kenal dekat dengan konsep “selalu hadir.” Alhasil, dicapai 100% growth untuk bisnis loper korannya.
Pelajaran berikut yang berharga adalah ketika menagih bayaran yang perlu dilakukan dengan senyuman dan dengan “timing” yang tepat. Listen and learn merupakan motonya sejak masa remaja. Juga mendasari keberaniannya dalam berimprovisasi.
SAP dan Bill McDermott merupakan sinergi yang manis mengingat nilai-nilai kepercayaan, obyektif utama pembawa solusi, dan kesederhanaan dan simplifikasi fungsi produk yang mudah dipahami. Epic marketing strategy yang berbasis solusi dan presentasi narasi yang menjawab secara gamblang ala SAP memberi nafas empati manusiawi yang “menjual.” []
KONTAN Daily, Jumat 26 September 2014