Select Page

Kontan

Download PDF KONTAN Daily Bisnis 2020

oleh Jennie S. Bev

Bisnis
di tahun 2020 akan seperti apakah? Mengapa tahun 2020 merupakan milestone penting bagi ekonomi global
dan lokal? Apabila perubahan dan penyesuaian tidak terjadi, bagaimana masa
depan dunia dan dunia ekonomi?

Pertama,
konsensus di antara para pemikir and pemerintah dari negara-negara maju
mengakui bahwa model ekonomi yang pasar-sentris mendominasi dunia dan dunia
bisnis. Menurut Pavan Sukhdev dalam Why
Corporation 2020? The Case for a New Corporation in the Next Decade,
walaupun
pasar-sentrisme telah mengangkat banyak orang dari kemiskinan, pasar bebas
sangat rentan terhadap resesi, angkat pengangguran mudah naik-turun seiring
dengan berbagai variabel yang langsung maupun tidak langsung menyentuhnya, meningkatkan
jurang si kaya dan si miskin, merendahkan suplai air dan makanan, serta
meningkatkan resiko-resiko ekologi.  

Saat
ini, dunia tengah mengalami krisis yang salah satunya disebabkan oleh kegagalan
kerja sama antar pemerintah berbagai negara dalam mengenali peran vital
mengarahkan arah ekonomi dan sumber daya yang ada. Dunia bisnis perlu
disertakan sebagai pelaku besar dalam penentu arah ekonomi dan merosotnya
sumber daya alam dunia.

Sektor
bisnis privat bertanggung jawab atas 60 persen dari GDP global dan pekerjaan
yang ada. Mereka juga bertanggung jawab atas kultur konsumtif melalui berbagai
usaha-usaha pemasaran, termasuk iklan-iklan yang menggiurkan keinginan dan
mengubah keinginan menjadi kebutuhan. Sektor ini juga bertanggung jawab atas berbagai
kebijakan publik yang dipengaruhi oleh lobi-lobi mereka.

Produksi
dari sektor ini juga telah mengkonsumsi 150 persen kapasitas ekologi bumi.
Dengan kata lain, kelebihan 50 persen ini sebenarnya merupakan defisit yang
diderita oleh ekologi bumi yang pada titik tertentu (tipping point) akan
memutarbalikkan setiap hal yang kita kenal sehingga kerusakan alam akan hampir
mustahil untuk diperbaiki kembali. 

Pasar
bebas mungkin lebih cocok disebut sebagai “status-quo market” daripada “free
market” mengingat USD 1 trilyun per tahun subsidi diberikan untuk
mempertahankan pengambilan minyak fosil dan agrikultur yang merusak ekologi.
Pavan Sukhdev berargumen bahwa di tahun 2020, aturan main bisnis dan ekonomi
global sudah waktunya diubah total. 

Aturan-aturan
main yang perlu diubah adalah: praktek-praktek pembukuan, provisi-provisi
perpajakan, financial leverage, dan
praktek periklanan dari “ekonomi konsumtif” menjadi “ekonomi hijau
berkesinambungan.”

Sebagai
contoh, perusahaan sepatu Puma telah mempraktekkan fase transformasi ini dengan
pengukuran emisi karbon, penggunaan air bersih, polusi, dan sampah yang
transparan. Infosys di India mempekerjakan tenaga-tenaga muda India dengan
tujuan menekan jumlah pengangguran.

Beberapa
efek perubahan iklim akan dialami di tahun 2020 apabila tidak ada perubahan
dalam menjalankan ekonomi “pasar bebas” alias “pasar status-quo”: hasil
pertanian di Afrika akan menurun 50 persen, 250 juta orang akan mengalami
kesulitan air bersih, dan biodiversitas Australia akan rusak dalam skala besar.
Ini menurut analisa Intergovernmental Panel on Climat Change (IPCC).

Proses
peng-asaman air laut (acidification) telah terjadi saat ini, yang disebabkan
oleh larutnya berbagai zat yang digunakan dalam pupuk pertanian, seperti fosfor
dan nitrogen beserta ekses-eksesnya. Proses peng-asaman air laut ini akan
sangat mengganggu ekosistem laut di mana 2.8 miliar orang akan terpengaruh.

Tahun
2020 merupakan tahun penentu penting di mana tipping point bisa terjadi. Jika ini terjadi, maka ekologi dan bumi
akan sulit untuk dikembalikan ke kondisi asal. Pengambilan sumber daya alam
yang berlebihan dan dampak lingkungan yang keterlaluan dalam memberikan efek
negatif terhadap air, udara, dan kondisi alam lainnya mesti dihentikan atau
paling tidak diperlambat sejak sekarang. Sebelum terlambat. 

Perang,
kelaparan, dan penyakit menular akan semakin terjadi dalam frekuensi yang lebih
tinggi dan dalam skala masif, apabila tindakan nyata tidak dilakukan secepat
mungkin. Sektor privat sudah waktunya untuk tidak lagi berfoya-foya dengan
mengeruk keuntungan sebanyak mungkin.

Definisi
“bisnis” bukan lagi mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dengan menggunakan
sumber daya seminimal mungkin. Definisi bisnis dan ekonomi sudah waktunya
direfisi menjadi “mengambil keuntungan secukupnya dengan dampak negatif
terhadap ekologi dan kemanusiaan seminimal mungkin.”

Bukankah
tidak ada gunanya suatu bisnis jika membunuh konsumennya sendiri? Bukankah
suatu bisnis membutuhkan sumber daya alam yang berkesinambungan? Ekonomi “pasar
bebas” sesungguhnya “bebas sebatas tidak mengganggu kemanusiaan dan ekologi.”
Dunia korporasi sudah waktunya sadar sepenuhnya serta ditunjang dengan
kebijakan dunia yang mengatur soal ini.

Cintai
bumi dan kemanusiaan, terutama jika Anda adalah pelaku ekonomi.[]

KONTAN Daily, 8 Maret 2013

Pin It on Pinterest

Share This