Download PDF: KONTAN Weekly Berkshire Setelah Buffett
oleh Jennie M. Xue
Credit rating agency Fitch menandai akun Warren Buffett dengan “bendera” resiko. Mengapa? Karena ia-lah individu kunci dalam menjalankan Berkshire Hathaway. Tangan dinginnya yang selalu berhasil memilih saham-saham investasi bisa jadi tidak tergantikan ketika ia tidak lagi berkarya di sana, mengingat usianya yang sudah lanjut. Demikian dugaan para analis. Benarkah itu?
Buffett mempunyai metode stock picking yang sudah semakin populer di seluruh dunia dan tidak dirahasiakan. Dalam buku Berkshire Beyond Buffett: The Enduring Value of Values ditulis oleh seorang profesor Hukum Korporat Lawrence A. Cunningham yang mengajar di George Washington University dan diterbitkan oleh Columbia University Business School, beberapa hal penting tentang Berkshire and Buffett dibahas dengan jenial dan cukup mencengangkan.
Pertama, perbandingan antara Berkshire Hathaway (BH) dengan kekuatan ekonomi dunia. BH termasuk ranking 50 setara dengan GDP (PDB) Irlandia, Selandia Baru, dan Kuwait. Sebagai negara bagian AS, BH masuk ranking 30 setara dengan Oklahoma, Kansas, dan Iowa. Subsidiari BH mempekerjakan 300.000 orang, yang setara dengan populasi kota Pittsburg di Pennsylvania.
Cash keras yag dimiliki BH mencapai USD 40 miliar, yang setara dengan aset 100 perusahaan terbesar di AS. BH selama ini menghasilkan annual gain dua digit, bahkan di tahun 2013 mencapai 19.7 persen. Annual gain ini dua kali lipat dari 500 Index S&P’s. BH memiliki 500 entitas bisnis di ratusan lini bisnis.
Hebatnya, lini bisnis yang dipilih termasuk low-tech seperti Acme Brick yang memproduksi batu bata, dan high-tech seperti FlightSafety yang melatih para pilot pesawat terbang dengan simulator. Diversifikasi industri pilihan BH cukup memberi kuriositas para analis dan pengamat.
BH memilih berinvestasi di bisnis-bisnis yang mempunyai “benteng transparan.” Apa itu? Profesor Michael Porter menyebutnya “sustainable competitive advantage” yang artinya nilai bisnis tersebut bersifat jangka panjang. Misalnya saja karena “barrier to entry”-nya, maka perusahaan kereta api Burlington Northern Santa Fe Railway masih menjadi primadona.
Logikanya, jika “barrier to entry” sangat mudah, maka kompetitor akan bertambah banyak dari masa ke masa, serta sulit terjadi “monopoli alami.” Selain pertimbangan “barrier to entry,” BH juga memilih produk-produk yang mempunyai “brand loyalty” tinggi, seperti See’s Candies, Fruit of the Looom, dan Brooks. Juga reputasi baik seperti asuransi mobil berpremi rendah GEICO dan GenRe and National Indemnity.
Yang terpenting dari kiprah BH adalah kultur korporat yang selama lima dekade dibangun dengan nilai-nilai tertentu. Kultur BH memberikan nilai tambah dengan akuisisi bisnis dan posisi kompetitif BH dibandingkan dengan pembeli stok lainnya.
Seperti RC Willey yang dibeli oleh BH di tahun 1995 dengan USD 175 juta, sebenarnya lebih rendah dari tawaran sebesar USD 200 juta, namun penjual memilih BH karena kultur integritas, otonomi operasi, dan komitmen untuk tidak menjual kembali. Jadi, kepercayaan akan nilai-nilai positif terjadi dua arah. Demikian juga ketika BH mengakuisisi Burlington Northern Santa Fe Railway di tahun 2011.
Jadi, kelebihan utama BH berada di diri Buffett dan nilai-nilai positif yang dibangun, diemban, dan dipercaya oleh industri dan dunia bisnis. Buffett mempunyai akumen bisnis yang dikalahkan oleh kemampuan manajerial yang sangat baik.
Benjamin Graham mungkin dulu mengajarkan Buffettuntuk memburu investasi yang harganya lebih rendah daripada nilainya. Harga adalah apa yang dibayarkan dan nilai adalah apa yang diperoleh dengan pengukuran pendapatan dan aset. Namun, seiring pengalaman dan waktu, Buffett mempunyai “formula” sendiri dalam memburu investasi, yaitu “margin of safety.” Marjin aman ini merupakan bantalan yang memberikan proteksi apabila harga saham turun.
Buffett juga dikenal dengan keberaniannya membeli di atas harga pasar, misalnya di tahun 2003 mengakuisisi perusahaan developer rumah Clayton Homes yang harga belinya 7 persen di atas harga pasar.
Ketika terjadi mortgage crisis yang bermuara kepada implosi industri keuangan di Musim Panas 2008, Clayton Homes tidak mengalami goncangan berarti, malah naik kelas menjadi pemegang pangsa pasar terbesar. Ini karena nilai yang menjadi dasar kepercayaan konsumen dan reputasi.
Bagaimana BH pasca Warren Buffett? Apakah perlu dikhawatirkan? Semua ini bisa terjawab dengan nilai-nilai konservatif dan kepercayaan serta kejelian dalam mencari “sustainable competitive advantage” yang menciptakan “natural monopoly.”[]
KONTAN Weekly, 4-10 Agustus 2014