[Download PDF KONTAN DAILY Kepemimpinan Gavin Esler]
oleh Jennie M. Xue
Topik kepemimpinan tidak akan habis-habisnya dibicarakan. Dan kepemimpinan merupakan ketrampilan (leadership skill) yang diperlukan oleh siapapun, termasuk Anda dan saya. Dengan memiliki ketrampilan ini, Anda dapat memimpin diri sendiri sebagai modal untuk memimpin orang lain. Dalam dunia bisnis, pengaruh merupakan mata uang yang sangat ekspansif.
Seorang komunikator kelas dunia asal Skotlandia yang bekerja sebagai presenter dan host TV BBC bernama Gavin Esler mengenal betul bahwa seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang mempunyai kemampuan bernarasi sangat baik. Semakin baik kemampuan bernarasi pemimpin, semakin tinggi pengaruh yang ditimbulkannya.
Esler berkata, “We tell stories. The world is run by stories. Leaders are doing it a bit better than the rest of us. In a more organized fashion.” Kita semua bernarasi. Dunia dibangun oleh narasi dan para pemimpin adalah narator yang lebih baik dibandingkan kita semua. mereka bernarasi dengan lebih berstruktur.”
Komunikasi via media sendiri merupakan konstruksi yang sengaja dibangun untuk mempengaruhi konsumen. Dan ketrampilan kepemimpinan dasar yang perlu dimiliki oleh semua pemimpin dan konsumen media adalah: dekonstruksi. Apa yang perlu didekonstruksi? Narasi dan non-narasi.
Dalam narasi, perhatikan secara kritis struktur, pemilihan kata/frasa, gaya bertutur, dan “in between the lines” alias “ada apa di balik narasi ini.” Tentu saja, setiap pemimpin mempunyai gaya tersendiri yang membentuk narasi berbeda untuk suatu tujuan serupa. Dengan kritis membaca, mendengar, dan melihat, konsumen dapat mengenali hal-hal manipulatif.
Perhatikan gaya komunikasi Anda setiap hari. Anda akan jumpai bahwa setiap kalimat yang Anda ucapkan dan tuliskan merupakan bagian dari narasi panjang. Narasi terpanjang Anda adalah “siapa saya.” Misalnya, Anda memandang diri Anda sebagai “orang baik,” maka Anda percaya akan berbagai aksi kebaikan yang dijalankan secara fisik maupun dengan tutur kata.
Kita mengenal setiap orang dalam hidup kita, seperti sahabat, kolega, dan pemimpin melalui apa yang mereka narasikan kepada kita dan dunia. Bagi pemimpin, narasi adalah kisah yang dimanufaktur untuk kepentingan tertentu dengan publik sebagai audiens.
Tiga pertanyaan penting yang membentuk narasi seorang pemimpin.
Who am I as a person? Siapa saya sebagai individu? Narasi mengenai siapa Anda berbicara tentang latar belakang keluarga, pengalaman hidup, dan berbagai prestasi. Terkadang insiden-insiden sedih juga dimasukkan sebagai penyeimbang yang “manusiawi.” Kita kenal bagaimana Presiden Joko Widodo beranjak dari anak miskin menjadi pengusaha furnitur hingga menjadi walikota Solo dan gubernur Jakarta. Ini adalah kisah perjuangannya sebagai individu.
Who are we as a group? Sebagai kelompok, seorang pemimpin harus berpikir dalam kerangka “kami” dan “kita” daripada “saya.” Kisah bagaimana seorang pemimpin memotivasi dan menginspirasi kelompoknya merupakan daya saing dan pengaruh yang punya efek jangka panjang.
Where is my leadership is gonna take us? Apa manfaat dari mengenal pemimpin tersebut sebagai individu dan pengarah kelompok? Dalam kampanye pemilihan pemimpin politik, biasanya dikenal istilah “platform.” Sebagai pemimpin kelompok apapun, apa manfaat dari kepemimpinannya yang membedakannya dengan yang lain sangat membantu pengikut/konsumen dalam memilih produk maupun diri Anda.
Tentu saja, tidak setiap narasi berhasil karena ada “counter story” dan “pre story.” “Counter story” adalah narasi yang menyudutkan atau menjelekkan narasi utama diri atau grup. “Pre story” adalah narasi tentang latar belakang alias “praduga” tentang individu atau grup tertentu. Bisa saja “counter story” dan “pre story” lebih berpengaruh daripada narasi sebenarnya dan ini merupakan tantangan yang perlu diperhatikan sejak awal.
Margaret Thatcher dengan “iron lady,” Bill Clinton dengan “a boy from Hope, Arkansas,” dan Deng Xiao Ping dengan “Doesn’t matter if the cat is black or white, as long as it catches the rat.” merupakan narasi individu dan grup yang sangat mengena. Bahkan Steve Jobs dengan gaya santai berkaos hitam dan bercelana jins membawakan narasi “casual and cool.”
Akhir kata, seorang pemimpin perlu membekali diri dengan kosakata-kosakata impresif yang positif dalam menggambarkan diri dan grup. Kepemimpinan merupakan ketrampilan alami seseorang yang bisa kita asah setiap saat dengan kesadaran akan struktur narasi, pengaruhnya terhadap diri, grup, dan publik, serta bagaimana kita menggunakan kosakata-kosakata tertentu dalam membentuk impresi diri influensial.[]
KONTAN DAILY, Jumat 28 Mei 2016