Select Page

Image Source: CNBC


[Download PDF KONTAN DAILY Belajar dari Perjalanan Yahoo!]

oleh Jennie M. Xue

Jauh sebelum Google menjadi raksasa yang menggurita dunia maya, Yahoo! pernah merajai dunia Internet. Bagaimana kabar Yahoo! sekarang? Masih adakah harapan baginya untuk kembali merajai dunia Internet?

Terhitung 16 Juni 2017, Yahoo! telah diakuisisi oleh Altaba Inc, yang berbasis di New York City. Ticker YHOO di bursa saham kini tidak ada lagi. Telah digantikan oleh ticker Altaba yaitu AABA.

Bagaimana metamorfosis Yahoo! dari awal pendirian hingga hari ini?

Yahoo! didirikan oleh dua pemuda bernama David Filo dan Jerry Yang. Awalnya, mereka yang hanya membangun situs sederhana berisi link situs-situs di masa itu yang masih belum terorganisir dengan baik. Nama situs mereka cukup unik dan lugu: David and Jerry’s Guide to the Internet.

Ternyata situs sederhana tersebut meledak dengan 50,000 pengunjung per hari. Jadilah situs tersebut diganti dengan domain yang mudah diingat. Yahoo adalah singkatan dari “Yet Another Hierarchical Officious Oracle.”

Di tahun 1995, pengunjung Yahoo mencapai satu juta klik per hari, sehingga infrastruktur hosting Stanford University tidak lagi memadai. Dengan suntikan dana dari Sequoia Capital, Mike Moritz dan Tim Koogle bergabung sebagai CEO dan chairman.

Yahoo! 2.0 yang dikelola profesional ini menjadi “tempat pemasangan iklan” mengingat tingginya pengunjung per hari. Reuters mulai menerbitkan artikel di sana dengan biaya USD 20 ribu per bulan.

Di tahun 1998, revenue melampaui USD 200 juta dan julah klik mencapai 6 juta per hari. IPO digelar di tahun 1996 dengan nilai kapitalisasi USD 848 juta. Di tahun 1999, Yahoo! market value mencapai USD 23 miliar.

Sayangnya, revenue model Yahoo! itu-itu saja, alias menjadi tempat pemasangan iklan. Tanpa inovasi berarti, Yahoo! semata-mata demi mengejar revenue dari iklan.

Di tahun 1999, startup Drugstore.com mengucurkan dana USD 25 juta per tahun untuk iklan mereka di Yahoo!. Ini meningkatkan nilai IPO mereka.

Yahoo! sebagai tempat pemasangan iklan startup, akhirnya “kena batunya” karena tidak semua startup punya reputasi bagus. Sehingga pengguna pun berangsur-angsur meninggalkan Yahoo!.

Selain itu, kesalahan-kesalahan Yahoo! lainnya dapat kita jadikan bahan pembelajaran.

Satu, kesalahan terbesar Yahoo! adalah tidak membeli Google yang pernah ditawarkan oleh Larry Page seharga USD 1 juta saja yang perlu dana untuk riset doktoral. Beberapa tahun kemudian, Yahoo! menyesal dan melamar Google dengan tawaran USD 60 miliar di tahun 2002. Namun, Google menolak.

Dua, dengan 400 jenis produk yang ditawarkan Yahoo!, ini terlalu membingungkan konsumen. Tidak ada satu UVP (unique value proposition) Yahoo! yang jelas. Ada Yahoo! Finance, Media, listing iklan, dan 397 jenis produk lainnya yang kurang popular.

Kalau Google dikenal sebagai search engine dan eBay adalah tempat pelelangan, Yahoo! apa ya? Tempat listing iklan? Tempat membaca berita? Apa?

Tiga, terlalu banyak eksekutif yang terlibat dalam pengambilan keputusan, sehingga tidak ada satu individu yang bertanggung jawab. Beberapa kali manajemen berganti, tanpa hasil nyata kontribusi mereka.

Empat, fokus baru ke mobile internet atas saran CEO terbaru Marrisa Mayer. Dengan pengalaman UI (user experience interface design) di Google, ia mengutamakan bagaimana Yahoo! dapat menjadi the best app for mobile. Sayangnya, Yahoo! terlambat masuk.

Lima, Yahoo! Media sebenarnya cukup berhasil dengan revenue USD 5 miliar per tahun. Namun, di bawah kepemimpinan Mayer, divisi media ini tidak berkembang karena minimnya pengalaman Mayer.

Misalnya, Gwyneth Paltrow yang sangat berhasil dengan buku masakan best-selling-nya pernah ditolak Mayer sebagai editor, dengan alasan Paltrow tidak pernah duduk di bangku perguruan tinggi. Dalam konteks bisnis media, Mayer termasuk buruk track recordnya.

Enam, Yahoo! Mail versi baru telah di-launching padahal belum siap, sehingga banyak problem dalam penggunaan. Jadilah para pengguna email Yahoo! mengganti email mereka dan meninggalkan.

Tujuh, aplikasi Yahoo! tidak menarik cukup trafik. Yahoo! gagal masuk ke pasar mobile internet yang telah lama dikuasai oleh Apple iOS dan Android. Kedua platform ini telah punya pengguna evangelis yang fanatik.

Perjalanan bisnis Yahoo! yang fantastis di era Web 1.0 kini telah bermetamorfosis menjadi situs tua yang masih eksis namun kurang greget. Berbagai masalah manajemen, product development, dan revenue model menjadi penghambat perkembangan di era Web 2.0 dan Web 3.0. Pelajaran berharga.[]

KONTAN DAILY, Jumat, 16 Maret 2018

Pin It on Pinterest

Share This