[Download PDF KONTAN WEEKLY Bekerja Meaningful]
oleh Jennie M. Xue
“Meaningful work” alias “pekerjaan yang berarti” bagi diri sebagai individu spiritual. Dalam tradisi Kristiani, ada istilah “panggilan hidup,” yaitu vokasi yang menjadi pilihan hati terdalam. Tentu ini membutuhkan waktu untuk dicerna, bukan hanya ditunjuk secara random dan dalam sekejap saja. Juga bukan “kerja apa saja asal menghasilkan uang.”
Idealnya, setiap individu bekerja berdasarkan panggilan hati terdalam, sehingga ada kepuasan batin sehingga kualitas kerja dapat dipertahankan sedemikian rupa. Bahkan, hingga melegenda. Sayangnya, dalam iklim kapitalisme, ini sering kali dijadikan nomor kesekian.
Filsuf Alain de Botton pendiri The School of Life di London pernah berujar bahwa untuk mencari dan menetapkan “panggilan hidup” akan karir, diperlukan waktu kontemplasi yang cukup panjang. “Fulfillment” alias “kepuasan batin” merupakan inti dari pekerjaan yang terbaik bagi diri Anda.
Studi mengenai “meaningful work” oleh J. Stuart Bunderson dan Jeffery A. Thompson dalam Administrative Science Quarterly (2009) berjudul “The Call of the Wild: Zookeepers, Callings, and the Double-Edged Sword of Deeply Meaningful Work” menyimpulkan bahwa penjaga kebun binatang (zookeeper) merupakan salah satu pekerjaan yang paling memuaskan secara batin.
Apa indikator pekerjaan yang “memuaskan secara batin”? Tingkat stres dan depresi. Semakin tinggi tingkat stres suatu pekerjaan bagi seseorang, semakin tidak memuaskan secara batin pekerjaan tersebut. Tentu saja, ada beberapa pengecualian, seperti dalam situasi-situasi tertentu.
Dalam tradisi Ignasius de Loyola, Ignatian Discernment merupakan salah satu metode dalam menentukan keputusan penting dalam hidup. Ada 11 tahap yang perlu dijalankan, mulai dari identifikasi, formulasi masalah, membebaskan diri dari praduga, mengumpulkan data, membuat daftar pro dan kontra, evaluasi input, observasi suara hati, berdoa untuk kebijakan, dan mengambil keputusan final.
Alain de Botton merangkumnya dalam enam tahap.
“Paradox of choice.” Ketika sedemikian banyak pilihan karir dan pekerjaan, terjadi “paradoks akan pilihan-pilihan” yang menyebabkan kelumpuhan akibat analis (analysis paralysis). Tugas Anda adalah menyisirnya secara sistematis dan komprehensif. Tetap jelas dalam memandang gol dalam setiap langkah yang diambil.
“Know yourself.” Kenali diri Anda, luar dalam, pikiran dan hati, inventarisasi berbagai atribut diri. Ini bukan perkara mudah. Uniknya, kita selalu tahu apa yang ingin kita makan. “Saya ingin makan gado-gado” atau “Yuk kita makan siang di KFC.” Namun apa yang kita inginkan dalam hidup sesungguhnya dan sejujurnya?
“Think a lot.” Berpikirlah dalam dan luas. Ketika memilih mobil atau properti memerlukan waktu beberapa minggu atau bulan, mengapa Anda hanya menggunakan waktu beberapa hari saja untuk menentukan karir, jurusan kuliah, dan pekerjaan? Tanpa perlu meninggalkan kegiatan sehari-hari, sediakan waktu beberapa bulan untuk memilih jalan hidup yang tepat.
“Try something.” Cobalah dulu, jangan cepat mengatakan “tidak.” Gunakan data untuk mengenal apa saja pilihan-pilihan yang Anda dan kemampuan diri berdasarkan apa yang berhasil Anda kumpulkan.
“Reflect on what make people unhappy.” Ketika mencoba sesuatu, perhatikan apa yang membuat seseorang tidak bahagia. Apa saja yang membuat kolega kerja, partner, konsumen, dan stakeholder lainnya tidak puas. Apa yang membuat seseorang “tidak bahagia” atau “tidak puas” merupakan kesempatan untuk melakukan sesuatu secara proaktif.
“Be confident.” Beranikan diri untuk memulai dengan pengertian tepat akan bagaimana dunia bekerja. “Bagaimana dunia bekerja” tentu subyektif karena setiap individu mempunyai persepsi berbeda akan satu situasi yang sama, mengingat programming masa kecil yang berbeda serta nilai-nilai yang membentuk praduga.
Mengawinkan kebutuhan hidup dengan kepuasan batin dalam satu karir merupakan tantangan. Sering kali, apa yang memuaskan secara batin tidak cukup memuaskan secara ekonomi. Penulis sendiri tidak melihat ini sebagai masalah besar. Kuncinya adalah fleksibilitas dan adaptabilitas.
Apabila Anda menyukai seni, kenali berbagai media yang bisa digunakan untuk menyalurkan seni tersebut. Misalnya, jika Anda pandai melukis, pelajari berbagai jenis aliran dan alat, termasuk digital painting. Ini berarti Anda perlu update diri secara teknologi.
Adaptif terhadap teknologi dan instrumen, sehingga siap menghadapi setiap perubahan. Kenali juga bagaimana suatu karya seni dihargai. Jadi, kenali sisi bisnisnya. Tidak hanya sisi artistik belaka.
Setiap individu punya tempat tersendiri di dunia. Dan ini merupakan kelebihan dan keunikan Anda. Yang penting Anda lakukan adalah meningkatkan kompetensi dan konfiden sehingga dua elemen ini sama kadarnya, tidak berat sebelah.
Kenali secara mendetil apa yang jadi bidikan karir Anda. Luar dalam. Sampai ke ujung rambutnya. Work meaningfully. Anda adalah arsitek kebahagiaan hidup Anda.[]
KONTAN Weekly, 14-20 Maret 2016