[Download PDF KONTAN DAILY Balapan ke Mars]
oleh Jennie M. Xue
Ada belasan perusahaan yang sedang “balapan ke Mars.” Dan ini bukan makna figuratif. Siapa saja mereka? Bagaimana perkembangan terbaru mereka? Apa yang dapat kita pelajari dari fenomena ini?
Anda pasti sudah kenal SpaceX yang didirikan oleh Elon Musk, yang juga pendiri Tesla, Hyperloop, The Boring Company, OpenAI, dan Neuralink. Ia juga adalah co-founder PayPal.
Selain SpaceX, ada Boeing, Orbital Sciences, Space Adventures, Sierra Nevada Corporation, Virgin Galactic, Xcor Aerospace, Made in Space, Ad Astra Rocket Company, Planetary Resources, dan Airbus Defence, Blue Origin, and Space Nation yang juga membidik pasar yang sama.
Perlombaan teknologi menuju Mars ini juga diwarnai dengan rencana memasarkan produk perjalanan wisata ke luar angkasa untuk dinikmati oleh para wisatawan non-astronot. Untuk saat ini, perjalanan turisme dengan pesawat ulang-alik mungkin masih terlalu muluk karena harganya sangat tinggi.
Di tahun 2001, misalnya, Dennis Tito adalah turis luar angkasa pertama dengan biaya USD 20 juta kepada Space Adventures. Enam turis lainnya juga membayar sekitar USD 20 juta hingga USD 40 juta per kepala.
Virgin Atlantic telah menjual “karcis pra-luncur” sebesar USD 250 ribu sekitar 10 tahun lalu. Padahal, hingga hari ini masih belum berangkat.
Virgin Atlantic sendiri menerima kucuran dana segar dari Public Investment Fund of Saudi Arabia sebesar USD 1 miliar di tahun 2017. Rencana peluncuran satu tahun kemudian.
Blue Origin milik Jeff Bezos pendiri Amazon tidak mau kalah dengan ikut meramaikan sektor bisnis luar angkasa ini. Namun perkembangannya masih belum sejauh belasan kompetitor lainnya.
Selain menjadi turis luar angkasa “sungguhan,” ada juga turis luar angkasa “virtual,” yang biayanya lebih terjangkau. SpaceVR, misalnya menggunakan virtual reality dengan satelit kecil yang memancarkan gambar-gambar langsung dari luar angkasa untuk dinikmati secara virtual di bumi. Startup ini telah meraih dana investasi sebesar USD 1,4 juta.
Perjalanan ke luar angkasa suborbital dipioniri oleh Blue Origin dan Virgin Atlantic. Ketinggian yang dicapai “hanya” sedikit di atas 100 kilometer.
Sedangkan SpaceX menguasai perjalanan orbit dan di atasnya. Mereka telah mentargetkan 2024 untuk menempatkan awak di Planet Mars.
Negara-negara Skandinavia dan Asia juga tidak mau kalah. Jepang dan Finlandia telah memulai startup-startup luar angkasa. Space Nation milik Finlandia, misalnya melatih para astronot dengan 3 fase: latihan dasar dengan aplikasi mobile, bootcamp dengan astronot kawakan, dan perjalanan ke luar angkasa sebenarnya.
Jepang dengan startup Sky Perfect JSAT dan beberapa divisi Japan Airlines Corporation serta Nikon memeriahkan industri baru ini, walaupun termasuk agak ketinggalan. Salah satu startup angkasa menarik dari Asia adalah Astroscale asal Singapura yang telah meraih USD 25 juta investasi tahun lalu. Astroscale ini adalah pemulung sampah-sampah orbital, seperti satelit bekas dan bangkai-bangkai teknologi lainnya yang tidak lagi digunakan.
Beberapa hal penting yang dapat kita petik dari perkembangan bisnis luar angkasa gemilang ini.
Satu, industri luar angkasa terbagi dua: sungguhan dan virtual. Yang sungguhan terbagi lagi menjadi perjalanan di dalam orbit dan di luarnya. Yang virtual bukan berarti “menonton filem 3D” belaka, namun sungguh-sungguh menikmati pemandangan di luar dan di dalam orbit via kamera yang dipasang secara real-time.
Dua, banyak produk yang berhubungan dengan perjalanan luar angkasa baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap ada peradaban, pasti ada sampah. Jadilah Astroscale “pemulung” bangkai-bangkai satelit dan teknologi yang telah dibuang. Seperti bisnis smartphone, ada banyak “aksesoris” yang dapat diproduksi.
Tiga, para pebisnis Indonesia dapat mulai mempertimbangkan model-model bisnis dengan produk-produk inovatif yang dibutuhkan dalam perjalanan ke luar angkasa sungguhan dan virtual. Konsep “riding the wave” atau “piggybacking” telah lama menjadi basis berbagai bisnis. Jadilah bisnis luar angkasa menjadi basis bisnis-bisnis baru yang mendukungnya.
Akhir kata, manusia telah lama menjelajahi angkasa dengan pesawat-pesawat terbang antar benua. Kini adalah era luar angkasa dengan pesawat-pesawat ulang-alik antar planet. Jadilah the first mover agar dapat menikmati industri terkini ini sejak awal. Pikirkan.[]
KONTAN DAILY, Jumat, 10 Agustus 2018