Select Page

  Kontan

Download KONTAN Daily Arah dan Masa Depan Apple Google Facebook

oleh Jennie S. Bev

Tiga
perusahaan Silicon Valley Apple, Google, dan Facebook adalah idaman anak-anak
muda. Bagaimana tidak, sejak mereka anak-anak, mereka telah kenal merek-merek
berkaliber tinggi ini. Betapa bahagianya apabila diterima bekerja di sana. Belum
lagi para peminat saham. Saham tiga perusahaan ini luar biasa menariknya. Saham
APPL di pertengahan September ini sekitar USD 455. GOOG seharga USD 886. FB
seharga USD 45.

Dibandingkan
dengan September tahun lalu, APPL pernah mencapai USD 700.  GOOG masih menanjak terus. Sedangkan FB juga
menanjak namun keberlangsungan jangka panjangnya masih cukup meragukan. 

Apple
setelah ditinggalkan oleh Steve Jobs ke alam baka, mengalami stagnasi inovasi. Kesalahan
pricing telah terjadi dengan iPhone
versi murah yang ternyata tidak murah juga di Cina. Visi Steve Jobs adalah
Apple is a high-end product, sehingga mengacaukan visi ini dengan memproduksi
versi low-end hanya mengaburkan
kekuatan merek dan kepercayaan pemakai. Bisa dimengerti mengapa harga saham
APPL belum juga kembali ke USD 700. 

Facebook
tampak memaksakan diri dengan berbagai cara monetisasi tanpa memberikan nilai
tambah yang berarti bagi konsumen. Sedangkan Google-lah satu-satunya dari
ketiga perusahaan raksasa ini yang sungguh-sungguh memberikan nilai tambah bagi
peradaban umat manusia.

Setelah
Google glasses, GOOG mempersiapkan software bagi Tesla yaitu mobil otomatis
pertama di dunia yang tidak perlu disetir oleh manusia. Setelah 1 juta mil
percobaan di jalan-jalan California, belum terjadi satu kecelakaan pun. Ini
bisa mengubah transportasi publik dan privat di seluruh dunia. Dengan kata
lain, GOOG bisa mewujudkan dunia sebagaimana di dalam film-film fiksi sains.

Google
Fiber memungkinkan Internet berkecepatan 1000 GB. Ini masih dalam tahap riset
dan afirmasi. Google Loon yaitu wi-fi baloon memungkinkan koneksi Internet
berjalan tanpa interupsi bahkan ketika berada di alam terbuka yang biasanya di
luar jangkauan Internet. Google Glass versi-versi selanjutnya bisa saja
memungkinkan iPad dan TV menjadi kadaluwarsa. Bahkan pandangan 3D bisa jadi
menjadi standar pertelevisian di masa mendatang, tidak hanya HDTV. 

Facebook
hanya terbatas pada konektivitas jejaring sosial. Berbagai monetisasinya
berkisar kepada optimasi fitur-fiturnya, namun FB tidak pernah menanggalkan
“jubah” jejaringnya. FB hanyalah “blog raksasa” yang penuh dengan pay-per-click
dan iklan-iklan lainnya. 

Berbeda
dengan Google yang menggapai berbagai sisi kehidupan manusia, dari mesin
pencari situs berbasis teks, gambar, dan video, hingga ke pengembangan Android
yang diberikan gratis kepada para manufaktur smartphone, software self-driving
mobil Tesla, kacamata super cerdas yang menjadikan gadget James Bond 007 ini
menjadi realitas, Google Earth dan Keyhole-nya dengan digital satellite imaging
sangat mempesona dengan kekuatan intelijen luar biasa, belum lagi Google Sky
yang memungkinkan observasi astronomi dilakukan di layar monitor komputer.

Kekuatan
Google yang menjadikannya perusahaan legendaris yang mampu meminjamkan bahunya
sebagai pijakan kemajuan kemanusiaan antara lain adalah goodwill alias itikad
baik yang terdokumentasi dengan baik.

Ketika
IPO, Google menyediakan 3 juta saham yang sekarang bernilai USD 3 miliar untuk
kepentingan filantropi. Ditambah lagi dengan satu persen keuntungan per tahun
juga untuk kepentingan ini. Berbagai kegiatan-kegiatan komunitas disponsorinya
secara berkesinambungan, seperti bantuan kesehatan, pengentasan kemiskinan,
bantuan makanan, dan bantuan energi. Kelompok mentoringnya bernama Google for
Entrepreneurs memberikan arahan kepada para wirausahawan/wati muda di seluruh
dunia yang ditunjang oleh Stanford University.

Facebook
sendiri sudah mulai aktif dalam advokasi publik dan kegiatan-kegiatan
filantropis. Salah satunya adalah advokasi reformasi imigrasi AS yang selama
ini kurang ramah bagi para pendiri start-up yang tidak bermodal besar. FWD.us
menggaet Bill Gates selain Mark Zuckerberg serta para pendiri DropBox dan
LinkedIn. Namun kegiatan-kegiatan FB belum begitu dikenal oleh konsumen dan
belum membentuk citra FB sebagai “caring company.”

Yang perlu
diperhatikan dengan APPL adalah apakah visi Steve Jobs bisa berhasil diteruskan
oleh para penerusnya. Kita juga perlu memperhatikan FB apakah Mark Zuckerberg
bisa mengeluarkan perusahaan jejaring sosialnya melampaui jejaring saja.
Mungkin dengan Facebook Phone masih ada harapan. Terakhir, GOOG mestinya lebih
stabil dari antara ketiganya.[] 

KONTAN Daily, Jumat 1 November 2013

Pin It on Pinterest

Share This