[Download PDF KONTAN WEEKLY Anti Dimanipulasi]
oleh Jennie M. Xue
Selama 18 tahun hidup di Tanah Seberang, penulis terbiasa dengan kultur “terbuka dari awal.” Terbuka dari awal lebih baik daripada menutup apa yang sesungguhnya dituju dan membiarkan orang lain menduga-duga.
Terbuka dari awal juga berarti setting tone alias menerapkan standar default yang jelas. Artinya, Anda bukan seseorang yang bisa diajak berputar-putar atau dibiarkan dalam kabut kebingungan.
Sedahsyat itukah efeknya terbuka dari awal? Ya.
Apabila dilakukan dengan tidak berterus terang alias berputar-putar, ini artinya kita memberi kesempatan bagi pihak lain untuk memanipulasi kita. Dengan membuka diri dan menyatakan apa yang menjadi tujuan kita, pihak lain tidak diberi kesempatan untuk berputar-putar.
Dia pun sebaiknya terbuka. Itu pesan dari keterbukaan kita.
Sebenarnya apa sih “manipulasi” itu? Mengkontrol sesuatu atau seseorang untuk tujuan tertentu di luar dari yang sepatutnya. Berkata A, namun untuk mencapai tujuan B. Dan ketika Tujuan B merupakan tujuan yang merugikan kita, jadilah kita telah “dimanipulasi” pihak lain.
Keterbukaan merupakan suatu bentuk ketulusan dan keberanian bertindak. Bagi yang tidak tulus, ini merupakan bentuk intimidasi. Bagi yang tulus, ini merupakan undangan untuk bekerja sama.
Jadi, apapun tanggapan mereka dapat kita baca dengan lebih jelas.
Tentu Anda perlu tetap peka terhadap apa tanggapan mereka. Bisa saja tanggapannya berupa kebohongan atau jawaban berputar-putar. yang “dikemas” sangat rapi. Karena, dalam kultur yang agak berputar-putar, berterus terang sejak awal merupakan sesuatu yang tidak lazim, sehingga bisa saja responnya kurang mengena.
Namun penulis akan tetap berterus terang. Hanya terkadang “kadar” tonjokannya agak berbeda, tergantung sikon dan apa yang hendak dicapai. Intinya adalah bagaimana kita tidak dimanipulasi oleh orang lain.
Keterusterangan merupakan antitesis dari manipulatif. Bagaimana menerapkannya?
Dalam spirit berterus terang, kita amati bagaimana jawaban-jawaban pihak lain. Adakah ketulusan di dalamnya. Apakah janji-janji ditepati. Apakah ada “harapan terselubung.” Adakah “unsur kompetisi” tidak sehat. Adakah kepura-puraan dan kerendahan diri yang dapat bermuara kepada iri hati dan kedengkian.
Satu, catat poin-poin pembicaraan sejak awal. Sebelum pertemuan, poin-poin pembicaraan penting sebaiknya telah jelas. Hafalkan kalau perlu dan bawa catatan. Kalau perlu, latihlah ingatan dan bagaimana melafalkan jargon-jargon jika ada.
Dua, awali pertemuan dengan menanyakan kabar dan hal-hal positif. Namun tidak perlu berlama-lama maupun hingga berkepanjangan. Bagian pembuka dan introduksi merupakan fase setting the tone dan pengenalan bagi pihak lain bahwa Anda bukan seseorang yang dapat dimanipulasi.
Tiga, mulai dengan poin besar alias premis, sebelum ke hal-hal detil. Misalnya, bisa diutarakan bahwa pembicaraan ini untuk membahas bagaimana target dapat dicapai dalam sekian bulan. Setelah itu, baru dibahas apa-apa saja yang perlu dicapai dan bagaimana bisa dicapai, termasuk strategi praktis.
Empat, ingatkan pihak lain apabila arah percakapan telah keluar dari obyektif. Percakapan yang ke luar jalur ini bisa saja dijadikan trak untuk “memanipulasi.” Namun tidak selalu. Bisa saja manipulasi terjadi dalam detil yang sejalan dengan obyektif.
Lima, baca apa yang tidak diungkapkan. Ini bisa saja dari bahasa tubuh atau berbagai sinyal yang dapat ditangkap. Sinar mata biasanya lebih jujur daripada kata-kata. Bisa saja seseorang bernarasi sangat berbeda isinya dengan apa yang ada di dalam hatinya.
Namun jangan juga Anda 100 persen percaya apa yang belum terbukti. Obyektivitas lebih bernilai daripada “kecurigaan instingtif.” Perlu waktu untuk membuktikan berbagai “kecurigaan” Anda.
Akhir kata, mean what you say and say what you mean. Apa yang Anda ucapkan, tepati. Apa yang Anda akan tepati, ucapkan. Jika orang-orang di sekitar Anda belum terbiasa, mulailah dari diri Anda.
Jadilah orang yang tulus dan sungguh-sungguh, agar Anda dapat menarik mereka yang berkarakter sama. Dan sukses bersama.
Dunia memang tidak hitam putih, banyak yang berwarna abu-abu. Jalankan hidup dengan optimal. Tidak perlu memanipulasi orang lain, jika kita tidak mau dimanipulasi.[]
KONTAN WEEKLY, 28 November – 4 Desember 2016